Bagian 11

732 66 11
                                    

                         ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                         ***

Dalam hidup seorang Narendra Daniswara, musik adalah segalanya baginya. Musik adalah mimpinya, musik adalah tujuan hidupnya. Naren yang saat itu baru lulus SMA sangat tertarik untuk melanjutkan kuliah pada jurusan seni musik, sesuai dengan passion nya. Ia yang sejak kecil memang hobi menulis lirik dan membuat lagu akhirnya memutuskan untuk mengirim puluhan bahkan ratusan lagu ciptaannya ke berbagai agensi. Naren bahkan memutuskan pergi dari rumah dan meninggalkan keluarganya demi meraih impiannya itu.

Jangan kira jalan Naren mudah, ia sempat di tentang oleh Zayyan saat memutuskan pergi, namun Naren tetaplah Naren dengan sifat keras kepalanya. Ia ingin membuktikam bahwa dirinya bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri tanpa bayang-bayang dari harta milik orangtuanya.

Jalan Naren tidak mudah, ia sempat mendapat berbagai penolakan pada karya-karyanya, namun Naren tetap teguh pada impiannya, ia tak pernah berpikir untuk menyerah sebelum ia bisa membuktikan pada sang ayah kalau ia bisa sukses dengan jalan yang ia pilih itu.

Dan buah dari kesabaran Naren adalah lagu ciptaannya di terima oleh salah satu agensi besar dan di nyanyikan oleh penyanyi terkenal juga. Lagu itu booming di pasaran yang membuat nama penciptanya ikut terangkat, sejak saat itu. Naren di percaya sebagai penulis lagu tetap di agensi itu.

Penghasilan Naren semakin meningkat bahkan beberapa bulan sejak lulus kuliah, ia bisa membeli sebuah apartemen dan mobil hasil jerih payahnya sendiri.

Naren cukup nyaman dengan hidupnya, ia suka ketenangan karena saat menulis lirik lagu hal itulah yang ia butuhkan, namun tiba-tiba saja sang ayah menitipkan kedua adiknya padanya. Naren tentu tak sepenuhnya bisa menerima, ia terbiasa hidup sendiri dan tak suka di ganggu, itu dulu.

Tapi kini Naren sadar, ia mulai nyaman tinggal bersama adik-adiknya, ia mulai terbiasa mendengar perdebatan kedua adiknya atau mendapati kenakalan adik-adiknya. Kini Naren mulai mengerti perasaan ayahnya saat merawat mereka sendirian dulu. Pasti sulit dan Naren merasakannya saat merawat adik-adiknya yang memiliki sifat yang berbeda itu.

Naren juga sadar, sejauh apapun jarak memisahkan mereka dan selama apapun mereka berpisah, mereka akan tetap merasa nyaman jika bertemu satu sama lain. Mereka akan merasa sedih jika salah satu dari mereka sakit, inilah juga yang kini Naren rasakan saat melihat adik bungsunya yang biasanya aktif berdebat dengan Sena kini hanya bisa terbaring tak berdaya seperti ini.

Hatinya sakit...

Naren tak mau melihat adik-adiknya sakit, ia lebih suka mendengar perdebatan kedua adiknya atau memberikan hukuman saat salah satu dari mereka membuat masalah daripada melihat adiknya sakit seperti ini.

                        ***

Naren berjalan mendekati ranjang yang di tiduri oleh kedua adiknya itu, ada tiang infus yang tergantung  di sisi ranjang Azka dan Sena yang nampak tertidur pulas sembari memeluk adiknya.

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang