Meski telah di perbolehkan untuk pulang namun Azka merasa kondisi tubuhnya seolah menurun hari demi harinya, terkadang Azka merasakan tulang-tulang dalam tubuhnya terasa begitu ngilu, ia juga masih sering merasa sakit kepala dan sering muntah beserta mimisan juga, namun Azka merasa tak aneh lagi dengan kondisi tubuhnya karena itu semua memang bagian dari gejala penyakitnya.
Pagi itu Zayyan memasuki kamar putra bungsunya, Zayyan memang lebih banyak berada di rumah belakangan ini demi bisa menjaga dan mengurus Azka. Urusan restoran yang di Jakarta ia serahkan pada manajer restoran sekaligus orang kepercayaannya itu, sementara yang berada di Jogja ia serahkan sepenuhnya pada Reno yang telah benar-benar pulih saat ini. Zayyan memang ingin lebih fokus menjaga Azka untuk saat ini meski terkadang ia sesekali harus pergi jika ada urusan di restoran yang tak bisa di wakilkan.
Zayyan menyingkap gorden yang ada di kamar Azka dan langsung menampilkan cahaya matahari pagi yang menembus kamar putra bungsunya itu, Zayyan tersenyum tipis melihat Azka yang nampak terusik dari tidurnya dan perlahan membuka kedua matanya.
Zayyan lantas mendekati ranjang Azka lalu duduk di tepi ranjang dan mencium kening putra bungsunya itu.
"Eungghh Ayah.." lirih Azka dengan suara parau khas bangun tidurnya, Azka mengucek kedua matanya lalu perlahan duduk dengan bersandar di kepala ranjang.
"Bangun dulu yuk, Dek. Adek kan harus sarapan sama minum obat, dari kemaren Adek gak mau makan sama banyak tidur, sekarang coba makan ya!" ucap Zayyan dan Azka hanya mengangguk pelan.
"Tapi aku mau mandi dulu, Yah, badan aku gak enak, lengket."
"Iya, tapi mandinya pake air anget ya! Ayah siapin." ujar Zayyan dan lagi-lagi Azka hanya menurut saja.
Setelah air hangat sudah siap, Zayyan membantu Azka berjalan ke kamar mandi, setelah beberapa menit, Azka keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih segar, Azka juga telah berganti baju dengan kaus rumahan dan celana bahannya, Zayyan juga memakaikan Azka sweater karena tubuh Azka sangat sensitif belakangan ini. Azka kemudian duduk di atas ranjangnya dan Zayyan yang mulai menyuapinya dengan bubur, Zayyan lega Azka mau makan pagi ini, belakangan ini Azka sangat susah sekali makan dan terus muntah-muntah.
"Yah, besok aku mau sekolah ya!"
"Adek masih sakit, masih perlu banyak istirahat, Nak." tolak Zayyan
"Yah, aku udah pikirin buat tawaran Ayah waktu itu, aku gak papa kalo nanti harus home schooling, tapi untuk seminggu ini, biarin aku sekolah ya! anggap aja perpisahan sama temen-temenku di sekolah, Yah."
Zayyan yang mendengar itu lantas menatap Azka tak percaya.
"Dek.. kamu yakin mau home schooling?" tanya Zayyan yang seolah tak percaya mendengar keputusan Azka, namun Azka telah memutuskan hal itu, ia ingin fokus pada pengobatannya seperti kata ayahnya.
"Iya, Yah. Azka gak papa kalo harus sekolah di rumah." ucap Azka dan Zayyan langsung memeluk putra bungsunya itu, ia tahu keputusan ini pasti berat untuk Azka.
"Yah.. kemo selanjutnya nanti kapan?" tanya Azka.
"Hari rabu, Nak."
"Sebelum itu, Azka pengen liburan dulu boleh gak? udah lama kita gak liburan sekeluarga." ucap Azka, Zayyan lalu melepas rengkuhannya pada si bungsu dan menatap Azka dengan tatapan teduhnya.
"Adek mau liburan kemana?"
"Ke pantai, Yah."
"Tapi pantai kan jauh, Nak. kalo Adek nanti kenapa-napa disana gimana?"
"Yah, please... kali ini aja, Azka pengen ke pantai sebelum kemo nanti, Azka takut kalo udah kemo lagi malah gak bisa kemana-mana." pinta Azka, Zayyan yang mendengarnya hanya bisa membuang nafas panjang lalu mengusap puncak kepala Azka dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
FanfictionTali persaudaraan itu terikat dan saling menyatukan satu sama lain, meski sempat terpisah jarak, meski dengan sifat yang berbeda, namun saudara tetaplah saudara yang akan saling menjaga dan saling menyayangi satu sama lain. Tentang ketiga bersaudara...