Perjalanan ke pantai itu berjalan cukup panjang dan memakan waktu, sekitar empat jam untuk sampai di pantai yang masih berada di kawasan kepulauan seribu itu, sepanjang perjalanan, Azka nampak tertidur dengan lemas, wajahnya nampak begitu pucat namun Azka begitu semangat untuk pergi ke pantai bersama keluarganya.
Azka sendiri duduk di jok belakang bersama Sena sementara Zayyan duduk di jok depan di samping Naren yang mengemudikan mobil. Zayyan nampak mengobrol ringan dengan Naren, sementara jok belakang terdengar sepi karena Azka yang tidur sedari tadi membuat tak ada yang Sena bisa ajak bicara, namun di tengah keheningan mobil itu, tiba-tiba Azka terbangun saat merasakan gejolak mual luar biasa dari dalam perutnya.
"Kak... m-mual" lirih Azka, Sena pun dengan cepat menyiapkan kantung kresek yang memang telah di siapkan jika Azka mual seperti ini, tak lama Azka memuntahkan isi perutnya, Naren yang mendengar suara adik bungsunya yang muntah pun lantas menepikan mobilnya.
Naren dan Zayyan menoleh ke belakang saat mendengar suara Azka yang muntah-muntah dan terlihat Sena kini dengan telaten membalur leher Azka dengan minyak angin.
Nafas Azka terengah-engah setelah merasa mualnya sedikit mereda, ia lalu bersandar lemas di jok mobil.
"Yah, Kak.. aku keluar cari tempat sampah dulu ya!" ujar Sena sembari membawa bekas muntahan Azka untuk ia buang.
"Adek masih mual, Nak?" tanya Zayyan begitu cemas, Azka hanya menggeleng pelan, seluruh tubuhnya terasa lemas saat ini.
Tak lama Sena kembali memasuki mobil dan mengambilkan Azka air mineral.
"Minum dulu, Dek!" titah Sena lalu membantu Azka untuk minum.
"Dek.. kita pulang lagi aja ya!" ujar Zayyan dan dengan cepat Azka menolak permintaan ayahnya.
"Lanjutin aja, Yah. Aku gak papa kok." ujar Azka dengan suara seraknya, Zayyan hanya bisa membuang nafas panjang saat ini.
"Kakak bawa mobilnya gak akan terlalu ngebut, kalo Adek ngerasa gak enak badan bilang aja ya!" ucap Naren yang di iyakan oleh Azka lalu mobil yang di kendarai Naren pun kembali melaju dengan kecepatan sedang, Azka pun kembali tertidur dengan bersandar lemah di bahu Sena karena tubuhnya menjadi sangat lemas setelah muntah-muntah tadi.
****
Mobil yang di kendarai Naren kini telah tiba di depan penginapan yang mereka sewa selama sehari semalam itu, Zayyan kini menggendong putra bungsunya yang masih terlelap di punggungnya itu ke kamar sementara Naren dan Sena membawakan barang-barang mereka.
Penginapan sederhana ini sendiri hanya memiliki dua kamar, Azka akan tidur sekamar dengan Zayyan supaya Zayyan lebih mudah merawat Azka jika tiba-tiba kambuh saat malam hari sementara Sena sekamar dengan Naren.
Setelah membaringkan tubuh Azka di atas ranjang dan menyelimuti tubuh putranya, Zayyan keluar untuk menemui kedua putranya yang lain yang kini tengah beristirahat di sofa yang di sediakan di ruang depan.
"Ren.. Sen... mending kalian istirahat dulu, nanti jam tujuh malam kita bakar-bakar deket pantai."
"Iya, Yah. Ayah juga istirahat dulu biar gak capek." ucap Sena, Zayyan pun mengangguk pelan sembari tersenyum.
****
"Dek.. bangun, Nak!"
Azka melenguh pelan, kedua matanya perlahan terbuka saat merasakan tepukan lembut di bahunya, Azka bisa melihat ayahnya yang berdiri di sisi ranjang yang ia tiduri saat ini.
"Ayo bangun, Nak! kita makan malam dulu, Kak Sena sama Kak Naren juga lagi bakar-bakar di luar."
Zayyan membantu Azka untuk bangun kemudian memasangkan baju yang lebih hangat untuk Azka pakai karena cuaca malam hari di pinggir pantai lumayan dingin, Zayyan tak mau Azka kembali demam seperti kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
FanfictionTali persaudaraan itu terikat dan saling menyatukan satu sama lain, meski sempat terpisah jarak, meski dengan sifat yang berbeda, namun saudara tetaplah saudara yang akan saling menjaga dan saling menyayangi satu sama lain. Tentang ketiga bersaudara...