"Assalamualaikum."
Azka membuka pintu apartemen dengan takut, benar saja, sosok yang ia takutkan kini tengah duduk di sofa ruang tamu saat Azka memasuki apartemen itu dan Naren langsung berjalan menghampiri Azka begitu melihat kehadiran adiknya itu.
Azka sendiri memilih menunduk dalam-dalam, ia takut melihat ekspresi wajah kakak pertamanya yang begitu dingin saat ini.
"Waalaikumsalam, dari mana kamu?" suara Naren yang begitu dingin seolah langsung membuat bulu kuduk Azka berdiri.
"Kamu tau ini jam berapa, Attharazka?" ucap Naren dengan nada datarnya.
Azka mengangkat wajahnya, benar saja. Wajah Naren terlihat marah dan begitu menyeramkan saat ini.
"H- hampir j- jam sepuluh." jawab Azka dengan gelagapan.
"Hampir jam sepuluh dan kamu baru pulang?" tegas Naren
"Maaf Kak.. tadi aku kerja kelompok."
"Azka.. kamu belajar bohong darimana? mana ada kerja kelompok sampai jam segini?"
"Bener, Kak. Tapi habis kerja kelompok aku main." lirih Azka dengan polosnya, Naren mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya Naren tak tega melihat raut wajah Azka yang nampak ketakutan tapi ia juga harus bersikap tegas pada adiknya.
"Ka.. kamu gak pernah kayak gini! Kamu gak pernah keluyuran sampai malam begini! Sekarang kenapa kayak gini? padahal Kakak tuh naruh harapan besar sama kamu. Kakak tuh mikir kamu gak akan pernah langgar aturan Kakak dan Kakak malah mikir Sena yang bakal langgar aturan Kakak. Ini malah kamu!! Kamu nih kenapa? Kamu lagi berontak apa gimana? Kamu gak nyaman tinggal sama Kakak apa gimana?"
Kedua mata Azka mulai berkaca-kaca, semua ucapan Naren memang di katakan dengan nada yang lembut namun entah mengapa seolah menusuk hatinya.
"Gak gitu, Kak. Maafin aku. Aku khilaf, tadi keasyikan main sama teman aku, maaf, Kak. Aku gak ada maksud buat langgar aturan Kakak, apalagi bikin Kakak kecewa."
"Kakak harap kamu gak bakal lakuin hal kayak gini lagi ke depannya! tapi Kakak juga harus adil, Kakak harus kasih kamu hukuman!"
"I-iya, Kak."
"Kamu inget kan? Kakak pernah bilang kalau di antara kamu sama Sena pulang kemaleman, Kakak bakal suruh kalian tidur di luar?"
"I-Inget Kak."
"Tapi Kakak gak setega itu nyuruh kamu tidur di luar, kamu tidur di sofa malam ini sebagai gantinya, uang jajan kamu nanti juga akan Kakak potong 50% sebagai hukuman! renungkan kesalahan kamu! Kakak gak bakal gini kalo kamu gak langgar aturan Kakak!" ucap Naren dengan nada datarnya.
"I–iya, Kak."
"Jatah makan malam kamu ada di ruang makan, makan dulu sana!" ujar Naren lalu pergi begitu saja, meski sedang kesal, namun ia masih sempat-sempatnya menyuruh Azka untuk makan. Sementara Azka memilih pergi ke kamarnya untuk ganti baju sebelum ia nantinya tidur di sofa.
Azka sebenarnya tak mempermasalahkan hukuman dari kakaknya, yang membuat Azka kecewa pada dirinya sendiri adalah karena ia sudah mengecewakan Naren hari ini.
"Dek.. Lo dari mana?" tanya Sena saat Azka memasuki kamarnya.
"Bukan urusan lo!" jawab Azka dengan nada ketusnya.
"Dek.. gue tadi denger pembicaraan lo sama Kak Naren. Maaf, gue gak bisa bela lo, gue juga takut sama Kakak soalnya."
"Hm.."
Azka menanggalkan seragamnya lalu menggantinya dengan kaus santai dan celana bahan berwarna hitam kemudian berniat keluar kamar sampai suara Sena menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
FanfictionTali persaudaraan itu terikat dan saling menyatukan satu sama lain, meski sempat terpisah jarak, meski dengan sifat yang berbeda, namun saudara tetaplah saudara yang akan saling menjaga dan saling menyayangi satu sama lain. Tentang ketiga bersaudara...