Bagian 15

627 67 20
                                    

                           ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                           ***

Sena tiba-tiba terbangun tengah malam saat mendengar Azka yang mengigau, Azka nampak tak nyaman dalam tidurnya dan terus bergerak gelisah. Sena kemudian menyalakan lampu supaya bisa melihat adiknya  lebih jelas dan betapa terkejutnya Sena saat melihat wajah Azka yang penuh keringat juga nampak sangat pucat.

"A—yah..."

"Dek, bangun! ini Kakak." Sena lagi-lagi di buat terkejut saat mendapati suhu tubuh Azka yang panas. Sena juga bisa melihat kerutan di dahi Azka, Azka seperti nampak tengah kesakitan dalam tidurnya membuat Sena semakin kelabakan.

"Dek..." Sena menepuk pelan pipi Azka dan akhirnya caranya itu berhasil membuat adiknya terbangun. Azka membuka kedua matanya dan menatap Sena dengan tatapan sayunya, pandangan Azka seolah berputar saat ini karena kepalanya terasa sangat sakit.

"Kak..." gumam Azka dengan suara seraknya.

"Iya.. lo sakit ya? mana yang sakit, hm?" tanya Sena dengan lembut dan Azka hanya mengangguk pelan.

"P–pusing.."

"Kakak ambilin kompresan sama obat ya! lo demam, dek."

Azka kembali mengangguk saja dan membiarkan Sena melakukan apapun untuknya, sementara Sena pergi ke dapur untuk mengambilkan baskom kecil yang ia isi air es juga lap kecil, tak lupa Sena mengambil obat penurun panas untuk Azka. Sena tak berniat membangunkan Naren karena pasti Naren sangat kelelahan mengingat malam tadi Naren pulang larut malam dari agensinya.

Sena kembali ke kamar dan mendapati Azka yang sudah kembali terlelap, sungguh, Sena tak tega melihat adiknya sakit seperti ini, belakangan ini entah mengapa Azka sering sekali sakit dan jelas itu membuat Sena selalu di buat khawatir pada adiknya.

"Bangun dulu, yuk! minum obatnya dulu, Dek!"

Azka mengerjap pelan kemudian berusaha untuk duduk dan dengan sigap Sena membantu Azka lalu memberikan obat dan segelas air untuk Azka minum. Setelahnya Azka kembali berbaring dan Sena mengompres adiknya dengan telaten.

"Besok hari minggu, jadi jangan kemana-mana, istirahat aja di rumah!"

Azka mengangguk pelan, kemudian kembali menatap Sena yang masih duduk di sampingnya.

"Tidur lagi, Kak!" lirih Azka mengingat Sena juga baru saja keluar dari rumah sakit dan pasti masih butuh banyak istirahat juga.

"Adek tidur aja, nanti Kakak juga tidur kok kalo Adek udah tidur."

'Tidur, Kak!"

Sena membuang nafas kasar saat Azka menepuk sisi ranjangnya yang kosong dan terus menyuruhnya untuk tidur, akhirnya Sena pun menurut dan tidur di samping Azka. Sena tidur menyamping menghadap Azka sembari memeluk adiknya itu. Sesekali Sena mengelus surai Azka dan itu membuat Azka nyaman dan kembali terlelap dalam tidurnya.

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang