Bagian 34 - Ending

839 56 33
                                    

Setelah hampir dua hari di rawat di ruang ICU, Azka kini di pindahkan ke ruang rawat biasa atas permintaan Azka sendiri. Ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya namun berada di ruangan itu membuat Azka seolah tak bisa bersama keluarganya dengan waktu yang lama karena setiap keluarganya yang menemani Azka disana waktunya akan di batasi.

Selang ventilator pun telah di lepas dan di gantikan oleh masker oksigen yang terpasang di wajah Azka namun bukan berarti kondisi Azka telah membaik, kondisi Azka malah semakin menurun setiap harinya. Bahkan beberapa kali Azka muntah darah, keluarga Azka pun seolah tak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya ingin membuat bungsu mereka bahagia dengan mengabulkan setiap keinginannya termasuk keinginan Azka untuk di temani oleh keluarganya.

Setiap tarikan nafas yang terdengar dari Azka begitu berat dan menyakitkan membuat keluarganya semakin di landa kekhawatiran dan ketakutan. Penyakit Azka benar-benar mengerikan dan seolah melumpuhkan Azka dalam waktu yang singkat. Tak ada nutrisi yang berhasil masuk dalam tubuh Azka beberapa hari ini namun anak itu terus muntah-muntah bahkan terakhir kali yang ia muntahkan adalah darah membuat tubuh Azka semakin terlihat kurus bahkan wajahnya nampak sepucat mayat.

Malam ini Azka kembali demam tinggi, tubuh anak itu menggigil dan di penuhi keringat. Radit telah menyuntikan obat untuk mengurangi rasa sakit dan demam Azka namun nyatanya obat yang Azka terima seolah tak bereaksi apapun untuk tubuhnya. Kini tubuh Azka berbalut selimut tebal, giginya nampak saling menggertak menandakan Azka tengah kedinginan saat ini.

Sena yang sejak pagi menemani Azka dan memilih libur sekolah kini ikut berbaring di samping adiknya dan memeluk sang adik berusaha memberikan sedikit kehangatan untuk Azka.

Zayyan dan Naren pun ikut menjaga Azka, kini keluarga Azka seolah tak rela meninggalkan bungsu mereka dan seolah ingin selalu di sisi Azka setiap saat.

"K-Kak dingin.." lirih Azka di balik masker oksigennya, Sena pun mengeratkan rengkuhannya pada tubuh kecil adiknya. Sena bahkan sudah tak bisa membendung airmatanya yang entah sejak kapan mengalir begitu saja.

Zayyan dan Naren juga kini duduk di sisi ranjang Azka, Zayyan nampak mengelap peluh yang membasahi wajah Azka sementara Naren hanya bisa memandang pilu adiknya yang tengah kesakitan saat ini. Dalam hatinya ia begitu tersiksa dan merasa bersalah karena tak bisa melakukan apapun untuk meringankan rasa sakit adiknya.

"Kak Sena.."

"Iya, Dek."

"K-kalo gue udah gak ada, Kakak janji, jangan balapan lagi ya! Kakak juga harus nurut kata Ayah sama Kakak. Gue minta maaf karena selalu nyusahin lo dan bikin lo kesel sama gue." lirih sekali Azka berucap dan nyaris seperti sebuah bisikan namun seolah berhasil menghantam hati Sena saat ini.

Sena lantas menggeleng ribut dengan suara tangisnya yang semakin kencang, ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Azka yang nampak bergetar dan menggigil saat ini.

"Adek jangan ngomong gitu! Adek gak bakal pergi!! jangan ngomong gitu!! kakak mohon..."

Azka lantas menolehkan kepalanya pada Zayyan dan Naren yang juga menangis saat ini.

"A-yah, maafin Azka belum bisa banggain Ayah dan selalu nyusahin Ayah... Kak Naren, Azka minta maaf selalu nyusahin Kakak.. Kak Naren, jaga Ayah sama Kak Sena ya, Kakak juga jangan terlalu gila kerja, inget kesehatan Kakak juga, Ayah juga harus selalu jaga kesehatan."

"Iya, Nak." ujar Zayyan sembari menciumi wajah Azka yang begitu pucat saat ini, sementara Naren menggenggam tangan Azka yang terbebas dari infus dan menangis dengan kepala yang tertunduk dalam.

Azka memandangi satu persatu wajah keluarganya, keluarga yang ia cintai dan yang selalu mencintainya selama ini. Azka bahagia, ia bisa menjadi bagian dari keluarganya. Azka bahagia bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya meski dalam waktu yang relatif singkat, namun Azka bersyukur Tuhan mau berbaik hati padanya dan memberinya usia sampai saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang