Bagian 16

552 60 18
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu minggu UTS telah terlewati, kini Azka dan teman-teman sekelasnya yang lain tengah menanti pembagian nilai hasil UTS mereka kemarin. Bu Rani selaku wali kelas Azka sesaat lagi akan mengumumkan hasil Ulangan tengah semester kemarin, Azka nampak santai saja, ia tak terlalu peduli berapapun nilainya. Berbeda sekali dengan Jevan, anak itu nampak tak sabar ingin segera mendengar siapa pemilik nilai tertinggi di UTS kali ini.

Jevan yakin dirinyalah yang memiliki nilai tertinggi mengingat ia belajar begitu keras bahkan mengikuti berbagai les tambahan untuk UTS kali ini.

"Baiklah.. Ibu akan membagikan hasil UTS kalian kemarin, pemilik nilai tertinggi di UTS kemarin, selamat untuk Attharazka.. Azka, silahkan ke depan dan ambil hasil UTS kamu."

Azka di buat terkejut seketika saat namanya di sebutkan sebagai pemilik nilai tertinggi, rupanya tak hanya Azka yang terkejut namun seluruh isi kelas juga nampak riuh dan juga tak menyangka bahwa Azka bisa mengalahkan nilai seorang Jevan Winata.

"Selamat ya, Ka! tingkatkan lagi ya belajarnya dan pertahankan terus nilai-nilai kamu." ucap Bu Rani yang di balas senyuman tipis oleh Azka.

"Makasih, Bu."

Azka kembali duduk di bangkunya dan langsung di beri ucapan selamat oleh Rian, Azka sejujurnya sangat senang bisa menjadi pemilik nilai tertinggi dalam UTS kali ini, ia tak sabar memberitahukan hal ini pada ayah dan kedua kakaknya, pasti mereka akan bangga pada Azka.

Berbeda dengan Azka yang nampak bahagia dengan hasil pencapaiannya, Jevan justru kini tengah di kuasai amarah luar biasa. Ia menatap tajam pada Azka dan meremat kertas nilai hasil UTS nya kali ini. Peringkat Jevan berada di bawah Azka dan tentu saja Jevan tak akan pernah terima di kalahkan oleh siapapun, baru kali ini Jevan merasa memiliki saingan dan Jevan tentu tak akan membiarkan hal ini begitu saja.

"Sialan si cupu! gue gak bisa biarin dia ngalahin gue gitu aja! Ya kali gue di kalahin sama tuh anak cupu!!" geram Jevan dan Daniel yang mendengar itu hanya bisa menampilkan senyum sinisnya.

"Gue gak terima di kalahin sama anak cupu kayak dia, Niel. Apa hebatnya sih tuh anak?! ya kali anak anti-sosial kayak dia ngalahin gue!!"

"Tenang, Jev! gimana kalo kita sedikit kasih dia pelajaran! udah lama juga kita gak main kan?" ujar Daniel, Jevan menampilkan smirknya. Tak banyak yang tahu bahwa Jevan adalah seorang pembully di sekolah. Jevan selalu membully siswa-siswi yang tak ia sukai, ia dan Daniel melakukannya dengan sangat mulus hingga siswa-siswi incaran mereka biasanya akan berakhir mengundurkan diri dari sekolah atau di keluarkan. Para guru tentu tak ada yang tahu tentang kelakuan Jevan dan Daniel karena mereka termasuk ke dalam siswa unggulan dengan nilai tertinggi yang memiliki imej murid baik-baik. Hanya segelintir guru dan siswa-siswi yang mengetahui kelakuan asli Jevan dan Daniel. Guru yang mengetahui pun tak berani berbuat banyak apalagi membuat Jevan dan Daniel di hukum mengingat kedua orangtua mereka sangat berpengaruh di sekolah ini.

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang