"Gimana pertandingan pertamanya, Nak?" tanya Zayyan pada Sena, kini Zayyan dan Azka tengah berada di ruang rawat Azka dan tengah melakukan video call pada Sena yang berada di Bandung. Hanya Zayyan yang berbicara dengan Sena, Azka sendiri hanya bersandar lemas di dada ayahnya dengan masker oksigen yang terpasang di wajahnya, tadi malam Azka kembali sesak nafas dan juga demam tinggi, kondisi Azka benar-benar membuat Zayyan khawatir, saat ini saja Azka memaksa ingin melihat Sena meski sedari tadi Zayyan sudah menyuruh bungsunya itu untuk istirahat saja.
"Menang, Yah. Tim Sena masuk babak selanjutnya. Oh ya.. Adek kenapa? sesak nafas lagi ya?"
Azka yang mendengar itu hanya bisa mengangguk pelan.
"Hasil pemeriksaan Adek keluar hari ini, Sen."
"Iya, Yah. Semoga aja Adek gak kenapa-napa ya.. Oh ya, Kak Naren dimana?"
"Kak Naren di agensinya, nanti malem baru dateng. Kamu udah makan, Sen?"
"Udah, Yah. Oh ya, Sena tutup dulu ya, mau latihan lagi soalnya, Adek disana baik-baik ya, Ayah juga, salam buat Kakak, Yah."
"Iya, Sen.. kamu juga baik-baik disana ya."
"Iya, Yah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Panggilan pun berakhir, Azka yang melihat panggilan itu berakhir nampak sedikit kecewa, ia tak sempat mengobrol apapun dengan Sena, Azka hanya tak ingin Sena mendengar suara seraknya yang menyedihkan saat ini, kondisi Azka saja rasanya sudah menyedihkan. Saat ini Azka seolah tak bisa melakukan apapun, penyakitnya seolah menyerangnya tanpa ampun tiap harinya, seluruh tulang dalam tubuh Azka seolah ngilu dan tubuhnya sangat lemas, bahkan untuk pergi ke kamar mandi saja Azka harus di bantu oleh ayahnya ataupun Naren, belum lagi akhir-akhir ini untuk bernafas saja rasanya Azka merasa kesulitan, Azka benar-benar kepayahan dengan kondisi tubuhnya, Azka benar-benar merasa menjadi anak yang menyusahkan, ayah dan kakaknya kerepotan karena menjaganya, Zayyan yang harus meninggalkan urusan restoran demi menjaganya belum lagi Naren yang setiap pulang kerja harus menginap di rumah sakit dan menjaganya, kakaknya selalu nampak kuyu dan kelelahan membuat Azka benar-benar merasa bersalah.
"Dek.. hei! kok nangis sayang?" tanya Zayyan yang di buat panik saat mendengar suara isakan Azka, Azka menoleh menatap wajah teduh ayahnya, ayah yang selalu mencintainya dan merawatnya tanpa pamrih selama ini, kedua mata Azka basah oleh airmatanya dan Zayyan jelas di buat khawatir Azka akan berakhir sesak nafas lagi jika terus menangis.
"Yah, maafin Azka- Azka ngerepotin Ayah sama Kakak terus- Azka gak berguna, Yah." lirih sekali suara Azka nyaris seperti bisikan namun Zayyan bisa mendengar semuanya, Zayyan menggeleng cepat lalu mengeratkan pelukannya pada bahu sempit bungsunya.
"Jangan bilang gitu, Nak. Azka gak pernah nyusahin siapa-siapa kok, Azka bungsu kesayangan Ayah, Ayah gak pernah merasa di repotkan oleh Azka, justru Ayah bangga sama Azka, Azka anak yang kuat, Azka bahkan mampu bertahan melawan rasa sakit Azka sampai saat ini, Ayah bangga sama Azka." ucap Zayyan lalu memeluk tubuh kurus putranya dan mengelus lembut punggung Azka supaya putra bungsunya itu lebih tenang.
"Yah.. Azka- Azka gak mau ngelakuin operasi itu, Yah. Azka takut, Yah."
Mendengar ucapan Azka, Zayyan lantas melepas pelukannya dan menatap sendu wajah putra bungsunya.
"Kenapa, Nak?"
"Azka takut, operasi itu juga gak menjamin kesembuhan Azka, Yah. Azka gak mau operasi, Yah. Azka mohon, Azka gak mau, Yah. Rasanya menyakitkan, semuanya... rasanya menyakitkan, Yah."
Zayyan rasanya tak kuasa lagi membendung airmatanya, setelah sekian lama selalu terlihat kuat rupanya hari ini pertahanan yang Azka buat runtuh begitu saja dan Azka meluapkan segalanya, Zayyan memang kecewa Azka tak ingin melakukan operasi itu, tapi Zayyan juga tak mungkin bisa memaksa putra bungsunya, Zayyan mengerti, Azka masih memiliki trauma tentang rumah sakit meski tak separah dulu. Zayyan mengerti ketakutan Azka dan Zayyan juga tak bisa memaksa putranya karena yang merasakan semuanya adalah Azka. Yang selama ini merasakan sakit adalah Azka termasuk sakitnya kemotherapi itu semuanya adalah Azka yang merasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
FanfictionTali persaudaraan itu terikat dan saling menyatukan satu sama lain, meski sempat terpisah jarak, meski dengan sifat yang berbeda, namun saudara tetaplah saudara yang akan saling menjaga dan saling menyayangi satu sama lain. Tentang ketiga bersaudara...