Bagian 28

502 55 17
                                    

"Seperti yang kalian tau, penyakit Azka ini penyebarannya memang cepat, kita gak bisa prediksi bagaimana perkembangan penyakitnya dan sekarang kanker Azka juga sudah memasuki stadium tiga, kondisi Azka sekarang juga menurun meski Azka sudah berhasil lewatin masa kritisnya, nanti kalau kondisinya sudah lebih baik, kita bisa melakukan kemotherapi, meski kemotherapi bukanlah jaminan untuk kesembuhan Azka, tapi setidaknya dengan kemotherapi kita bisa menghambat penyakit Azka supaya gak berkembang terlalu cepat." jelas Radit.

Naren, Sena dan Zayyan yang mendengar penjelasan dokter muda itu benar-benar seolah kehilangan kata. Belum genap satu bulan Azka mendapat vonis mengerikan itu tapi penyakit Azka malah semakin parah saat ini.

Azka sendiri memang berhasil melewati masa kritisnya di hari kedua di rawat di ICU setelah mendapat kekerasan dari Raka dan gengnya, kini Azka telah di pindahkan ke ruang rawat biasa meski Azka belum sadar hingga saat ini, namun meski telah berhasil melewati masa kritisnya, kondisi Azka masih belum bisa membuat keluarganya tenang. Mereka malah harus di hadapkan fakta bahwa penyakit Azka kini telah semakin parah dan telah berkembang begitu cepat.

Setelah tak ada lagi yang di jelaskan oleh Radit, kini Zayyan, Sena dan Naren memilih pergi ke ruangan Azka, Zayyan kembali dari Jogja setelah mendapat kabar bahwa Azka masuk rumah sakit, ia sempat di buat ketakutan saat kondisi putra bungsunya yang kritis dan kini baik Zayyan maupun kedua kakak Azka kembali di buat ketakutan setelah mendengar vonis baru untuk penyakit Azka.

Stadium tiga, itu berarti penyakit Azka sudah berkembang semakin parah, entah bagaimana mereka harus di hadapkan pada situasi itu, ketiganya sama-sama menyimpan ketakutan pada kondisi Azka, terutama takut akan kehilangan meski mereka mencoba untuk tetap optimis untuk kesembuhan Azka.

"Sen.. kamu pulang sama Kakak ya! istirahat di rumah! kamu kan baru sembuh, Ayah gak mau kamu sakit lagi" ucap Zayyan yang dengan cepat mendapat penolakan dari Sena. Tentu Zayyan masih ingat kondisi Sena yang babak belur kemarin dan sekarang juga nampak masih ada sisa lebam di wajah Sena namun Sena seolah tak mau beranjak sedikitpun dari sisi Azka sejak Azka di rawat di rumah sakit ini.

"Gak mau, Yah. Sena mau nunggu Adek sampai sadar, Sena gak tenang ninggalin Adek." ucap Sena dan Zayyan hanya bisa tersenyum tipis, ia memaklumi betapa khawatirnya Sena pada adiknya saat ini.

"Sen.. kalo kamu mau nemenin Adek setidaknya kamu juga harus mikirin tubuh kamu sendiri, dari kemarin kamu gak mau makan, Kakak beliin makanan di kantin ya! kamu harus makan! Kakak gak mau kamu ikutan sakit juga." ujar Naren dan Sena tak bisa menolak permintaan kakaknya itu.

"Ayah mau nitip makanan apa? biar Naren sekalian beliin."

"Apa aja, Kak. Terserah Kakak." ucap Zayyan lalu Naren pun keluar dari ruangan Azka, tinggalah Zayyan dan Sena di ruangan itu, Zayyan memilih duduk di sofa untuk menyandarkan punggung lelahnya sejenak disana sementara Sena duduk di sisi ranjang Azka, bisa Sena lihat betapa pucat wajah adiknya saat ini, wajah Azka juga di penuhi lebam yang membuat Sena marah setiap kali melihatnya, Sena masih tak terima dengan perlakuan Jevan, Daniel dan gengnya Raka yang membuat adiknya seperti ini.

"Dek..." Sena meraih tangan Azka yang terbebas dari infus lalu menciuminya begitu lama, airmatanya lagi-lagi meluruh begitu saja jika di hadapkan dengan adiknya seperti ini.

"Dek.. bangun! jangan buat Kakak khawatir, Kakak minta maaf, Kakak gak bisa jaga Adek, Kakak juga gak bisa ngurangin rasa sakit Adek.."

Zayyan yang mendengar ucapan Sena kini hanya bisa memandang sendu saat melihat bagaimana Sena yang menangis di sisi Azka.

"Dek.. apapun yang terjadi Adek harus kuat! Adek gak boleh nyerah, Adek gak sendirian lewatin ini semua, hm!"

Sena beralih mengelus surai hitam Azka, Sena lalu tersenyum miris, wajah Azka bagaikan jiplakan dari wajah almarhumah sang bunda, dulu Sena sempat berucap bahwa jika ia rindu bundanya ia tinggal melihat wajah Azka saja karena Azka bagaikan versi laki-laki dari bundanya.






SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang