35. Aman dan Terlindungi

9.8K 406 34
                                    

May tertawa mendengar ucapan Stone.

"Kau pasti hanya menghiburku," wanita itu berkata dengan suara tidak percaya. "Tidak mungkin apa yang baru saja kita lakukan menggairahkan bagimu."

"Aku tidak berbohong, my snow. Apa yang kau lakukan, mempercayakan tubuhmu kepadaku seperti itu, memberiku izin untuk menyentuhmu, memberikan bagian paling privatmu kepadaku, itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagiku. Dan ketika melihatmu melepaskan diri oleh sentuhanku, oh my fucking God, tidak ada wanita lain seseksi itu ketika melakukannya."

May mengigit bibir bawahnya berusaha untuk menahan wajahnya agar tidak memanas.

Cara Stone memeluknya, menenangkannya ketika pria itu sendiri jelas-jelas masih kaku oleh ketegangan yang tidak terlampiaskan, membuat May merasa sungguh bersalah.

"Maaf aku masih belum siap untuk melakukannya denganmu," May membisik dengan penuh penyesalan. "Kau pasti sangat tersiksa sekarang."

"Sudah kukatakan. Aku bisa mengendalikan diriku sendiri, my snow. Jangan merasa bersalah dan jangan memikirkan akan hal itu."

May menyandarkan kepalanya kembali ke dada Stone sebelum menghela napas. Hal lain yang disukainya dari pria itu, bagaimana pria itu tidak pernah membuatnya merasa perlu untuk melakukan sesuatu yang belum siap dilakukannya.

"Katakan padaku sesuatu tentang dirimu, Stone," May membisik dengan mata yang mulai terasa berat oleh kantuk.

"Apa yang ingin kau ketahui?"

"Semuanya."

Stone tertawa dan menjalankan jemarinya ketika membalas, "Aku tidak tahu harus mulai dari mana."

"Ceritakan tentang ayahmu kalau begitu."

"Hm... Ayahku adalah dua bersaudara. Ia dan adiknya adalah orang yang memulai semua ini, jadi bisa dibilang aku, Zade, dan Sev, tumbuh di lingkungan seperti ini sejak kecil. Kehidupan seperti inilah yang kuketahui sejak kecil."

"Apa yang terjadi pada ayahmu?"

"Terbunuh," Stone menjawab dengan suara ringan. "Ia dan pamanku. Aku baru berumur 25 tahun ketika itu. Zade hanya 20 tahun dan Sev baru 18."

"Aku tidak bisa membayangkan," May membisik sambil menjalankan telunjuknya membelai dada pria itu. "Maafkan aku."

May bisa merasakan bahu Stone mengedik samar.

"Jujur, aku tidak terlalu kaget. Terbunuh adalah hal yang wajar dalam pekerjaan semacam ini."

Balasan Stone membuat jantung May mengerat dan ia pun membeku. Ia mungkin tidak pernah memikirkan hal itu, tapi Stone benar. Bekas luka yang ada di sekujur tubuh pria itu adalah buktinya. Dalam pekerjaan seperti ini, orang seperti Stone selalu akan memiliki musuh.

"Jangan khawatir, my snow," Stone berkata ketika bisa merasakan badan May yang kaku dalam pangkuannya. "Aku sangar berhati-hati dalam setiap langkahku. Orang-orangku juga tahu untuk selalu waspada dan menjaga diri setiap mereka melakukan sesuatu. Kami semua sangat mahir dalam pekerjaan ini. Tapi aku cukup tersentuh melihatmu peduli kepadaku."

"Tentu saja aku peduli," May membisik sambil mengecup kulit pria itu lagi. "Kau adalah suamiku."

"Hm...," Stone menggumam sebelum menunduk untuk mengecup ujung kepala May. "Terima kasih untuk perhatianmu, Sweetheart."

May memejamkan matanya. Aroma Stone yang unik terasa membuainya semakin dalam. Campuran dari cologne pedas yang dipakai pria itu dan tembakau dari rokok yang kadang dihisapnya. Disadari May berapa cepat ia terjatuh untuk pria itu. Yang kemudian membuatnya sekali lagi menjadi overthinking.

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang