54. Perfect Day

8.9K 328 48
                                    

Matahari bersinar cerah pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari bersinar cerah pagi ini. Langit biru memantulkan kilauan keemasan dari balik jendela dan  membuat suasana hati May menghangat begitu bangun.

Apalagi ketika suami tampannya tiba-tiba mengajaknya untuk bermain di laut. 

Dengan senyuman di wajah, sebuah topi dan bikini berwarna pink terang, May melompat ke punggung Stone bak seekor anak koala sementara pria itu berjalan melintasi halaman belakang sambil membawa tas jinjing besar.

"Kuharap kau membawa sunscreen di dalam tasmu, Stone," May berkata dari punggung Stone sambil mendongak ke atas dengan mata sipit. "Kulitku mudah sekali terbakar jika tidak. Aku tidak ingin terlihat seperti kepiting rebus besok."

Stone tersenyum sebelum menurunkan May. Ia kemudian meraih handuk besar dari tas, yang dibentangkannya ke atas pasir, sebelum mengeluarkan sebotol sunscreen.

Ketika May hendak meraih botol sunscreen dari tangan Stone, pria itu menarik tangannya menjauhi jangkauan May.

"Aa..a...." Stone menggeleng. "Biar aku yang melakukannya, my snow."

May menaikkan alisnya. Mendapatkan belaian dan usapan dari tangan Stone? Tentu saja ia tidak akan menolak.

Sambil nyengir, May langsung menidurkan dirinya telungkup ke atas handuk besar dan menunggu.

Stone mendudukkan dirinya sendiri di sebelah May sebelum mengeluarkan sunscreen ke telapak tangan dan mulai mengusapkannya ke punggung May.

Setelah apa yang terjadi dengan Sean, jujur May masih merasa ketakutan. Setiap hari ia menunggu perasaan pria itu mengabur atau berpindah kepada wanita lain. Namun yang ditunggunya tidak juga terjadi. Justru sebaliknya, semakin hari yang ditunjukkan oleh pria itu kepadanya hanyalah cinta dan perhatian yang tidak berakhir.

May tahu Stone bisa mendapatkan wanita manapun yang diinginkannya, jadi kenyataan bahwa pria itu tidak tertarik pada siapapun kecuali dirinya adalah hal yang tidak dipahami oleh May. Bukan hanya ia adalah seorang janda, tapi ia juga hancur berantakan ketika pria itu menemukannya.

Meski masih bingung, May memutuskan untuk tidak lagi memikirkan hal itu. Apalagi ketika tangan pria itu kini sedang menggosokkan sunscreen ke setiap senti dari permukaan kulitnya.

May tertawa cekikikan ketika merasakan tangan pria itu menyelinap ke dalam celana bikininya dan mengusap pantatnya dengan sunscreen.

"Kau tahu bagian itu tertutup kain, kan, Stone?" May bertanya sambil menaikkan badannya ke atas dan menoleh ke arah pria itu.

"Aku tidak ingin pantatmu memerah seperti kepiting rebus," pria itu berkata dengan wajah serius. "Ini adalah salah satu bagian tubuh favoritku. Lagi pula, kanker kulit adalah hal yang serius, my snow. Aku tidak ingin mengambil risiko dengan kelewatan satu sentipun dari kulitmu."

"Kau benar tentang itu." May menegakkan tubuhnya dan menyambar botol di tangan Stone. "Giliranku untuk memberimu sunscreen kalau begitu."

May menggunakan waktunya menggosok tubuh Stone dengan baik. Ia memastikan setiap lekukan badan Stone yang keras mendapatkan perhatian dari tangan dan sunscreen yang ia oleskan. Ketika ia akhirnya selesai, May bisa merasakan wajahnya memerah. Dan bukan karena panasnya matahari melainkan sesuatu yang lain.

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang