8. Secercah Cahaya Dalam Kegelapan

14.6K 415 35
                                    

Sama seperti kemarin, May masih mogok makan. Bujukan Kamila hanya berhasil membuat May meminum jus dan susunya, hingga Madame Jade datang menjelang malam dengan wajah marah.

"Jadi kau menolak makan?" wanita itu berkata dengan suara lebih tinggi dari biasa. "Baiklah, tidak usah makan kalau begitu!"

Wanita itu meraih nampan makan malam yang ada di atas meja dan melemparkannya melintasi ruangan.

Suara pecahan mangkuk dan piring yang hancur menggema di dalam kamar dan membuat May makin menggigil. Ia beringsut menjauh sambil mendekap selimut di depan dada layaknya sebuah tameng yang akan melindunginya dari kemarahan Madame Jade. Tapi Madame Jade dengan kasar menarik selimut itu dari May dan melemparkannya ke lantai.

"Sekarang, bangun!" wanita itu membentak. "Makan tidak makan, kau akan mulai bekerja malam ini."

Sementara May berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh, Madame Jade berjalan menuju ke lemari baju yang ada di kamar dan mengaduk-aduk isinya. Ia meraih salah satu lingerie yang kemudian dilemparkannya ke wajah May.

"Kenakan itu dan benahi rambutmu. Pakai make up untuk menutupi wajahmu yang bengkak dan pakai sepatu itu." Wanita itu menunjuk ke arah sepasang sepatu hitam yang ada di bagian bawah lemari. "Lekas kerjakan. Ia sudah menunggu."

"Aku tidak mau." Meski ketakutan, May masih bersikeras melawan. "Kau memaksaku berdandan agar aku terlihat cantik di depan pria yang hendak memperkosaku, apakah kau pikir aku akan menurut begitu saja?"

"Oh yang benar saja, May." Madame Jade berdecak sambil berkacak pinggang. "Dengar." Wanita itu kemudian membungkuk ke depan dan memenuhi ruangan May. "Berhenti bersikap seperti anak kecil karena aku tidak peduli akan rengekanmu. Kau bisa melakukan apa yang kuperintahkan atau aku bisa memanggil salah satu penjaga ditempat ini untuk menyeretmu keluar tanpa busana. Pilih yang mana karena yang jelas aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan. Kuberi kau waktu sepuluh menit untuk bersiap."

Tanpa menunggu balasan, Madame Jade menegakkan punggungnya dan berjalan keluar.

Apa yang dikatakan wanita itu mengakhiri perlawanan May. Memikirkan akan ada seorang pria bersenjata melucuti pakaiannya dan menyeretnya keluar cukup untuk membuat tenggorokan May kering oleh rasa takut.

Ketika Madame Jade kembali sepuluh menit kemudian, May sudah mengenakan pakaian yang diperintahkan untuk dikenakan dan menyisir rambutnya yang kusut. Ia juga memoleskan make up yang disediakan untuk menutupi wajahnya yang bengkak oleh air mata.

"Bagus," Madame Jade berkata dengan wajah yang terlihat puas. "Ikuti aku."

Wanita itu berbalik dan berjalan keluar.

May gemetaran dengan sangat hebat hampir saja ia tidak sanggup mengikuti Madame Jade. Dengan tangan berpegangan pada pinggiran tembok, May melangkah di atas high hell-nya menyusuri lorong gelap berliku yang ada di depannya.

"Bosku akan senang melihat betapa takutnya dirimu, Darling," Madame Jade berkata sambil melangkah lebar di depan May. "Puaskan ia dan kau mungkin akan mendapatkan hadiah."

Itukah yang akan ditemuinya sekarang? Pemilik tempat ini? May tidak berani bertanya. Ia terlalu takut untuk bersuara.

Madame Jade membawanya melewati sebuah pintu di mana seorang pria berbadan besar berjaga. Madame Jade mengangguk dan pria itu membukakan pintu untuk mereka.

May melirik ke arah pria itu ketika lewat dan menemukan bahwa pria itu juga sedang mengamatinya sambil nyengir dan meremas selangkangannya sendiri.

Ketakutan, May buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan dan mempercepat langkahnya.

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang