3. Black Room

22.6K 483 222
                                    

Note: !Warning! Bab ini mengandung adegan kekerasan dan pemerkosaan. Yang tidak nyaman atau belum cukup umur, mending skip karena penjabaran scene-ku cukup detail.

***

***

May mengamati bangunan yang ada di depannya dari balik kaca gelap mobil sport milik Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

May mengamati bangunan yang ada di depannya dari balik kaca gelap mobil sport milik Sean. Hotel yang mereka tuju terlihat mewah tapi sepi.

Di awal pernikahannya, Sean memang kerap mengejutkan May dengan romantic gateway seperti ini. Membooking hotel mewah selama beberapa hari hanya untuk bersantai dan bercinta layaknya pasangan muda yang baru menikah.

Sean tidak lagi melakukannya. Uang dan kesibukan adalah alasan yang diberikan pria itu. May paham tentu saja. Itulah mengapa ia merasa tidak enak akan kejutan yang diberikan oleh Sean.

"Kau tidak perlu membooking hotel untukku, Sean," May berkata. "Aku sudah cukup senang kau bisa menghabiskan malam ini denganku. Kau tidak perlu buang-buang uang untuk hal ini."

May menolehkan kembali wajahnya ke arah Sean dan bisa melihat bahwa komentarnya sepertinya menyinggung perasaan pria itu.

"Jangan meremehkanku, May," pria itu berkata sambil merengut. "Hanya karena usahaku mundur bukan berarti bahwa aku bangkrut."

May buru-buru menggeleng. "Maafkan aku, Sean, bukan maksudku untuk—"

"Sudahlah," Sean memotong cepat sambil mematikan mesin mobil. "Ayo, kita keluar."

Tidak ingin membuat Sean makin kesal, May menurut. Ia membiarkan Sean membukakan pintu mobil untuknya dan menggiringnya menuju pintu hotel.

Seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian sekuriti tersenyum ke arah Sean sambil mengangguk sebelum membukakan pintu untuk keduanya.

Di dalam, suasana sepi yang sama terlihat. Hanya ada seorang resepsionis di loby yang menatap ke arah mereka dengan wajah masam.

"Apakah kau sudah membooking hotel?" May bertanya ke arah Sean.

"Hm," Sean hanya menggumam sambil mengangguk.

Mereka berjalan melewati meja resepsionis dan langsung masuk ke dalam lift. Ketika mereka sampai di lantai yang dituju, Sean menarik pinggang May dan menggiring wanita itu melewati lorong sepi dengan deretan pintu kamar yang tertutup.

Mata May membesar ketika ia mendengar lenguhan dan geraman terdengar dari balik pintu yang ada di kanan dan kirinya.

Sean berhenti ketika mereka tiba di salah satu kamar yang ada di sana dan mengetuk pintu.

Ketika itulah May mulai merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Kukira kau yang membooking hotel, Sean," May berbisik ke arah suaminya. "Tidakkah kau memiliki kunci?"

Sean berdeham.

"Tidak," pria itu berkata singkat. "Bruce yang memesankan hotel."

"Bruce?" Alis May langsung berkerut. Belum sempat ia bertanya lebih jauh, pintu terbuka.

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang