19. Shadow Black

11.8K 479 62
                                    

Suara bel rumah yang berbunyi membuat keduanya menoleh ke arah pintu.

"Itu pasti dokter yang kupanggil," Stone berkata sambil menuntun May keluar dari kamar mandi. "Aku akan memberitahu dokter wanita itu untuk menemuimu di sini."

"Dokternya wanita?" May bertanya sambil mendongak.

"Kukira kau akan lebih nyaman berhadapan dengan dokter wanita."

Sebelum May bisa melarang dirinya sendiri, wanita itu melilitkan lengannya ke badan Stone dan memberi pria itu sebuah pelukan.

"Terima kasih, Stone," May berbisik.

Stone membalas pelukan May dan mengecup ujung kepala wanita itu sebelum melangkah mundur. Pria itu kemudian menjulurkan tangannya dan menyapukan ibu jarinya ke pipi May.

"Baiklah, aku akan menemuimu setelah dokter selesai memeriksa," pria itu berkata sebelum membalik dan berjalan keluar.

May menunggu di kamar dengan gugup. Ketika suara ketukan di pintu akhirnya terdengar, ia perlu memaksakan bibirnya untuk berhenti gemetaran agar bisa menjawab.

"M-masuk."

Pintu terbuka dan seorang wanita melangkah masuk. Wanita itu tinggi dan kurus. Dengan rambut beruban yang diikat ke belakang membentuk sanggul.

Wanita itu memberi May sebuah senyuman sebelum menutup pintu dan berjalan mendekat.

"Halo, Nyonya Black," wanita itu menyapa dengan suaranya yang bermelodi sambil menjulurkan tangan. "Namaku Dokter Jocelyn. Bagaimana kabarmu?"

May melongo. Butuh beberapa detik sebelum May sadar bahwa Nyonya Black yang disebut oleh wanita itu adalah dirinya.

"Oh maaf," May menjawab ketika sadar bahwa ia sudah membiarkan tangan wanita itu terjulur terlalu lama. Dengan wajah memanas, buru-buru dijulurkannya tangannya sendiri meraih milik wanita itu. "Aku sepertinya masih perlu menyesuaikan diriku sendiri dengan nama itu. Hai, dokter Jocelyn. Ya, aku baik-baik saja terima kasih."

Wanita itu tertawa. "Ah ya.... Suamimu mengatakan bahwa pernikahan kalian baru saja dilaksanakan. Selamat atas penikahannya."

Dengan canggung May membalas ucapan selamat dokter Jocelyn dengan senyuman yang terlalu lebar hingga membuat luka di bibirnya kembali membuka.

"Awh," May meringis sambil mengangkat tangannya ke bibir.

Dokter Jocelyn langsung meletakkan tasnya ke atas meja dan mengeluarkan sepasang sarung tangan yang kemudian dikenakannya sebelum memeriksa wajah May.

Jemari dokter Jocelyn bergerak dengan cepat, memeriksa permukaan kulit May dengan sentuhan ringan.

"Aku diberitahu bahwa kau disekap dan dilecehkan selama beberapa hari," wanita itu berkata sambil menjalankan ibu jarinya ke rahang dan leher May. "Aku biasanya akan melibatkan polisi jika hal seperti ini terjadi. Tapi mengingat bahwa suamimu adalah... uhm... kasus spesial, aku memutuskan untuk melakukan ini semua di bawah tangan."

Wanita itu memberi May senyuman lembut sekali lagi sebelum melanjutkan, "Tetap saja aku akan memeriksamu untuk memastikan kau tidak tertular penyakit seksual apapun dan tidak hamil. Apakah kau setuju dengan semua ini, Nyonya Black?"

Begitu May mengangguk, dokter Jocelyn mempersiapkan ruangan untuk pemeriksaan. Wanita itu meminta May melucuti pakaiannya dan berbaring di kasur.

May merasa canggung dan tidak nyaman, tapi dokter Jocelyn bekerja dengan cepat dan efisien.

Setelah pemeriksaan selesai, dokter Jocelyn memasangkan selimut menutupi tubuh telanjang May dan duduk di sebelah wanita itu sambil menarik napas.

"Selain lebam dan memar di tubuhmu, aku melihat robekan dan lecet di bagian intimmu," wanita itu memulai temuannya. "Semua hal yang sering kulihat pada korban pemerkosaan. Meski aku yakin lukamu akan sembuh dengan waktu, aku yakin semua ini tidak mudah untuk dihadapi. Aku akan membawa sample yang barusan kuambil ke laboratorium dan memeriksanya. Harapan terbaikku adalah kau tidak tertular penyakit seksual apapun dari orang-orang itu, Nyonya Black."

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang