20. Snow White

11.4K 526 99
                                    

Stone berterima kasih dan menutup sambungan telepon. Sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, ia berjalan menuju balkon.

"Maaf lama," Stone berkata begitu ia berdiri di sebelah May. "Saudaraku menelepon."

May menoleh dan mengedip menatap wajah Stone.

"Aku tidak tahu kau punya saudara."

"Sepupu sebenarnya."

"Oh?"

"Namanya Shadow, tapi kami semua memanggilnya Zade."

"Stone dan Shadow?" May bertanya dengan alis tertarik ke atas. "Sungguh nama yang unik."

"Tunggu hingga kau mendengar nama adiknya Shadow. Kami memanggilnya Sev, tapi nama aslinya adalah Savage. Savage Black."

May tertawa hingga mata lebar itu melengkung sipit dan membuat Stone makin tidak bisa memalingkan wajahnya.

"Stone, Shadow, dan Savage," May mengulang. "Benar-benar keluarga mafia. Apakah kalian dekat satu sama lain?"

"Ya. Zade dan Sev sudah seperti saudara kandungku sendiri. Mungkin aku bisa mengundang mereka kemari kapan-kapan. Aku bisa memperkenalkan mereka padamu."

"Oh... kau tidak perlu melakukan itu, Stone," May menjawab sambil menggeleng. "Kau bisa berhenti berpura-pura menganggap pernikahan ini sebagai sesuatu yang serius."

Stone mengerutkan alisnya. "Mengapa kau berkata begitu?"

May menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga dan menolehkan kembali pandangannya ke arah laut dengan pipi memerah, sesuatu yang disadari oleh Stone dilakukan wanita itu ketika gugup atau malu.

"Aku tidak akan benar-benar bisa menjadi istri bagimu, Stone. A-aku—" May menghela napas dan memeluk dirinya sendiri. "Aku sudah rusak. Pria-pria itu sudah merusakku."

"Mereka tidak merusakmu, May. Benar mereka melukaimu, tapi kau tidak rusak. Kau tidak bisa berpikir seperti itu."

Dada Stone mengerat melihat bagaimana badan wanita itu kembali gemetaran. Ia berharap ia tahu apa yang bisa dikatakannya untuk menghibur wanita itu, tapi saat itu ia benar-benar tidak tahu. Jadi Stone melakukan satu-satunya hal yang terpikirkan olehnya. Diraihnya pundak wanita itu ke dalam pelukan.

Stone mengira bahwa May akan mendorongnya menjauh, tapi begitu ia melilitkan lengannya, wanita itu membalas dan memeluk dengan sangat erat hingga badan mereka melebur menjadi satu.

"Maafkan aku," May membisik ke dada Stone. "A-aku hanya merasa tidak berguna. Aku tidak akan bisa menjadi istri seutuhnya bagimu, Stone. Kau berhak memiliki seorang istri yang bisa memberimu semua yang kau harapkan. Bukan seseorang yang sudah rusak dan kotor sepertiku."

Stone menarik May ke salah satu kursi yang ada di balkon dan mendudukan wanita itu ke pangkuannya.

"Jangan pernah berpikir seperti itu," Stone berkata sambil mendekap dan mengecup ujung kepala May. "Kau sama sekali tidak rusak dan tidak ada dari dirimu yang kotor. Kau semurni salju di mataku. Kau paham? Kau adalah Snow White."

May mendongak untuk bisa menatap Stone. "Tapi... bagaimana dengan seks? Tidakkah kau ingin melakukannya?"

Stone menghela napas dan merapikan helaian rambut May yang tertiup angin.

"Tentu saja aku ingin melakukannya, tapi aku tidak ingin kau khawatir tentangku. Pulihkan dirimu. Ingat bagaimana kau menikmati hal itu sebelum Hotel Starlight. Sebelum Sean jika perlu. Kau akan mendapatkan dirimu yang lama kembali."

May menangis lebih keras dan Stone mengulang ucapannya lagi.

"Aku tidak pernah bersama siapa-siapa sebelum Sean," May berkata disela-sela isakan tangisnya. "Aku selalu mengira Sean akan menjadi satu-satunya pria yang menyentuhku. Betapa bodohnya aku."

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang