47. Mama Bear

12.7K 451 102
                                    

Meski memprotes ketika Stone akhirnya menarik tubuhnya keluar, May tahu pria itu benar. Perutnya kini memang keroncongan. Ia butuh makan.

Stone memberi May sebuah kecupan manis sebelum kemudian melepaskan pelukannya.

"Tunggu di sini," pria itu berkata sambil melompat turun dari ranjang. "Biar kuambilkan handuk untuk membersikanmu."

Stone berjalan ke kamar mandi dan kembali dengan handuk hangat di tangan.

Dengan lembut, pria itu menarik paha May membuka dan menyeka celah May yang lengket dengan handuk yang dibawanya.

May tahu pria itu berhati-hati, tapi tetap, ketika handuk Stone menggores lipatannya yang baru saja teregang hingga maksimal, ia tidak bisa menahan dirinya untuk menarik napas akan rasa perih yang kini dirasakannya.

"Shit, baby. Apakah kau kesakitan? Maafkan aku."

Suara Stone yang terdengar khawatir membuat May mengusapkan tangannya ke wajah pria itu.

"Hanya sedikit perih, Stone."

"Mengapa kau tidak menghentikanku?"

"Aku sudah tahu bahwa aku pasti akan merasa sedikit nyeri setelahnya," May membalas. "Maksudku... Kau sangat besar. Tapi aku baik-baik saja. Sungguh. Benar aku merasa sedikit nyeri, tapi ini adalah jenis sakit yang aku tidak keberatan untuk merasakan. Jadi berhentilah khawatir."

Stone masih menatap May dengan pandangan ragu sebelum perlahan mengangguk dan menurunkan lagi handuk di tangannya. Pria itu melakukan pekerjaannya dengan hati-hati dan penuh perhatian, May hampir tidak percaya bahwa itu adalah tangan yang sama dengan yang digunakan pria itu untuk membunuh seseorang.

Ketika tidak ada lagi lelehan yang tersisa, Stone membawa mulutnya ke bagian tubuh May yang bengkak dan menciumi setiap senti permukaannya hingga yang tersisa hanyalah kenikmatan.

"Kau benar-benar tahu caranya memanjakan seorang wanita, papa bear," May mendesah dengan senyuman lebar melekat di wajah.

Ia bisa merasakan helaan napas Stone melawan kulitnya. Menghembus perlahan ketika pria itu menjawab, "Aku hanya tahu caranya memanjakanmu, baby. Istriku. Satu-satunya wanita yang kucintai melebihi apapun dan siapapun."

May menunduk dan menangkupkan tangannya ke wajah pria itu hingga mendongak.

"Apakah ada yang tahu betapa lembut dan romantisnya ketua mafia keluarga Black?"

"Tidak," Stone menjawab dengan cengiran yang lebar di wajahnya. "Hanya kau yang membuatku seperti ini."

"Untungnya aku bisa menjaga rahasia," May membalas sambil membelai pipi pria itu. "Aku tidak ingin merusak reputasimu sebagai seorang pria yang bengis."

Stone tertawa mendengar balasan May.

"Reputasi itu sudah bertahan bertahun-tahun, my snow. Kau tidak perlu khawatir akan ada yang merusak reputasiku dalam waktu dekat, bahkan jika mereka tahu bahwa aku tidak berdaya melawanmu."

May tahu pria itu tidak membual. Ia melihat bagaimana anak buah Stone memperlakukan pria itu. Pandangan mereka yang penuh dengan kekaguman dan kengerian adalah bukti bahwa orang-orang itu tunduk pada Stone bukan hanya karena respek, tapi juga karena rasa takut.

Stone membantu May berdiri. Dan sementara May memilih untuk mengenakan piyama berwarna merah mudanya, Stone mengeluarkan celana panjang dan kaos untuk dipakai.

Mereka berdua kemudian turun ke bawah untuk memeriksa makanan yang ditinggalkan oleh Martha sebelum wanita itu pulang.

Berada di dekat Stone membuat semuanya terasa mudah bagi May. Benar pria itu masih terasa mengintimidasi dengan tubuhnya yang kekar dan tinggi. Ketampanan dan pesona pria itu juga kadang membuat May merasa minder. Belum lagi dengan kemewahan dan kekayaan milik Stone yang sepertinya tidak terbatas.

Stone [SUDAH TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang