Bab.7

208 6 0
                                    

Jam menujukan pukul 09.00.
Berlia membawa Sulastri masuk ke dalam kamar tamu.

Disana Sulastri menyalakan beberapa lilin yang ia bawa dari rumah.  Menyalakan kemenyan dalam wadah kecil terbuat dari tanah liat. ia menyuruh ketiganya duduk bersila diatas lantai kamar, membentuk lingkaran. Sementara lilin- lilin berserta cawan kemeyan, diletakkan didepan mereka. Asap dan bau menyan mengepul dan berbau menyengat di hidung.

Bayi Berlia telah tertidur dibox bayi di kamar khusus teruntuk bayi. Sengaja Berlia menidurkan  putra kecilnya lebih awal.

Lampu kamar dimatikan. Cahaya lilin berpendar- pendar dalam gelapnya kamar yang jarang mereka gunakan. Asap lilin dan asap kemenyan mengepul mejadi satu dalam ruangan.

" Kemenyan adalah salah satu media pemanggil arwah, biasanya  para dukun atau sejenisnya akan menggunakan kemeyan atau dupa"
Tutur Sulastri  seraya menyuruh mereka berpengangan tangan. " Kita akan memanggil arwah yang telah menghantui kalian" ujarnya lagi. seraya menahan napas. Semenit berselang ia hembuskan panjang-.panjang.

Jefri menunduk , memejamkan mata. Ia mengharapkan keputusan untuk melakukan pemanggilan arwah tidak menimbulkan masalah baru buat keluarganya. Ia tak ingin terjadi apa- apa buat dirinya, baik isteri dan bayi mereka.

Sulastri memulai ritual,
" wahai, roh yang penasaran yang terombang-ambing , aku ingin kau hadir malam ini, ditempat ini"

Tak ada tanda- tanda kehadiran sesuatu yang ganjil.

Ketiganya sabar menunggu.
Sunyi , hanya cahaya lilin yang bergerak-gerak , menari- nari dihadapan mereka.

Lima menit telah berlalu , belum ada tanda- tanda kemunculan satupun mahluk lelembut yang hadir.

Sepuluh menit , mereka masih sabar menunggu.

Jefri mendesah merasa kecewa , ia merasa bahwa Sulaatri telah gagal.

Satu lilin tiba- tiba padam. Bahu sulatri terasa menengang. Gadis itu menghebuskan napas .

Satu lilin kembali ikut padam. Kepanikan mulai melanda ketiganya yang masih berpengangan tangan.

" Beri kami tanda apapun " kata Sulastri lirih. " Tanda akan kehadiramu di tempat ini"

Lama mereka  diam dalam keremangan cahaya.
Lilin-lilin yang masih menyala,  lilin yang masih tersisa.

Mendadak angin berhebus kencang dalam kamar tersebut, hembusan berakibat api lilin bergerak- gerak liar.
Tak berlangsung lama api lilin mulai padam satu persatu . Hingga semua lilin  padam.

Gelap, Sunyi , hanya terasa bau asap  kemeyan di hidung.

Tak ada yang berani bergerak dan beranjak pergi. Pengangan tangan mereka makin kencang .

Sulastri melepaskan pengangan tangan.
Bangkit berdiri hendak menyalakan saklar lampu kamar.

Begitu lampu menyala. Mereka dikagetkan dengan Jefri yang mendadak kenjang- kejang dengan kedua mata melotot.

" Dia telah datang ! " seru Sulastri menghambur kearah Jefri. Ia me mengangi kedua bahu lelaki itu dengan kuat " Dia dirasuki."

Berlia berubah menjadi panik, ia ikut memengangi tubuh suaminya.

Jefri memberontak mencoba melepaskan dari pengangan tangan Sulastri dan Berlia.  Matanya  masih melotot bola matanya bergerak ke atas perlahan hingga menghilang berganti putih kosong tanpa bola mata.

Jefri terus berontak sekuat tenaga. Satu kebasan tenaganya mampu menghempaskan tubuh Sulastri berserta Berlia.

Kedua perempuan tersebut terjungkal ke belakang .

Jefri terbebas. Lelaki itu tiba- tiba dalam posisi merangkak. Mengeram buas ke arah Sulastri.

Sulastri mundur  ketakutan,  ia bangkit berdiri dengan posisi bersiap.

Jefri mendadak  merangkak dengan kecepatan  yang sulit di pahami. Lelaki itu pergi keluar dari kamar seperti seekor laba- laba.

" Kejar!" pekik Sulastri menarik tangan Berlia untuk mengikutinya.

Mereka berlari mengejar  Jefri berlari merangkak menuju ke kamar bayi.

Bayi mereka, mendadak menangis kecang. Tangisan kejer, Meraung--raung .

" Kejar!" jerit Berlia ketakutan melihat suaminya berubah

Pintu kamar bayi terbuka lebar. Didalam sang bayi terus menangis.

Sulastri  berjalan perlahan memasuki kamar bayi. Diikuti Berlia yang ketakutan dibelakangnya.
 
Didalam dilihatnya Jefri berdiri disamping box bayi dengan  mengedong bayinya yang masih menangis.

" Jangan , Han. Letakkan kembali bayi kita!" jerit Berlia cemas.

Jefri menoleh ke arah keduanya dengan senyuman  lebar dan terlihat mengerihkan.

" Dia bukan suamimu" kata Sulastri memberitahu. " dia dirasuki, mahluk yang kalian temui di alas roban"

Berlia mengangguk dengan wajah pucat. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk  kepada bayinya.

Jefri yang dirasuki tiba- tiba tertawa. Menimang- nimang  bayi ditangannya .

" Tolong jangan sakiti bayi kami"  kata Sulastri dengan suara penuh pengharapan. Memohon belas kasihan kepada mahluk yang merasuki tubuh Jefri, menguasai jiwa dan pikiran suaminya.

" Dia anakku" kata mahluk yang mengambil  alih Jefri. Suaranya  terdengar  suara perempuan serak dan parau.

Berlia tiba- tiba saja menerjang  tubuh suaminya . Mencoba merebut paksa bayi ditangan suaminya.

Sulastri tak tinggal diam, perempuan itu membatu merebut bayi . Terjadi perembutan bayi ditangan Jefri.

Mereka berputar - putar.  Saling rebutan bayi ditangan.

Tangisan sang bayi makin kecang menangis.

Satu kesempatan Berlia berhasil merebut bayinya dari tangan Jefri.  Sementara Sulastri dengan sekuar tenaga menarik tubuh lekaki itu menjauh dari tubuh Berlia yang berhasil merapas dari tangan mahluk  .

Tubuh Jefri dihempaskan ke tembok rumah. Membentur dengan sangat keras. Membuat lelaki itu  ambruk ke atas lantai kamar.

Melihat tubuh Jefri yang terkapar dilantai.
Sulastri bergegas mengajak Berlia dan bayinya keluar dari kamar. Ia mengunci Jefri di dalam kamar.
Ia takut mahluk yang merasuki Jefri masih bersemayan belum keluar dan pergi.

Mereka menanti diluar kamar menjauh dari pintu.

Tak lama berselang terdengar pintu kamar di gedor- gedor dari dalam.
Gedoran kecang dan kuat membuat pintu bergetar.

Mereka mundur perlahan.

" Buka pintu!" teriak suara perempuan serak dan parau.
" Kembalikan anakku!"





   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang