Bab. 14

155 3 0
                                    


Weni dikagetkan dengan kemunculan sesosok perempuan  berambut pajang terurai. Wajah sosok tersebut berdiri tepat di hadapan Weni.

Weni  kaget sejadi- jadinya. Ia mundur menjauh dari letak  kaca jendela.  Tubuhnya menjadi lemas  tak bertenaga. Seakan tak dialiri darah disekujur tubuh gemuknya. Dadanya naik turun karena rasa takut yang luar biasa menderanya.

Sosok perempuan itu berwajah hitam dan busuk. Wajah busuknya menempel lengket dikaca jendela  Sementara kedua tangann ya memukul- mukul kaca menimbulkan kaca rumah bergetar.

Belum juga reda, jantung Weni kembali dibuat mencelos serasa hendak copot dari dadanya.
Melihat sosok perempuan tersebut  menjulurkan lidah panjangnya, mulai menjilati kaca jendela, dengan kedua mata memandang marah kearahnya.
Sepasang mata yang melorot turun kepipi dengan sorot tajam penuh kebencian.

" Buka pintu !" teriak sosok mengerihkan itu.

Weni makin mundur menjauh tak kuasa melihat kengerian  di depan matanya. Ia tak mengira akan didatangi mahluk menyeramkan.

Angin kembali berhembus kencang  tak tahu darimana asal sumber angin tersebut, membuat lampu- lampu hias diatas meja ruang tamu semakin bergoyang- goyang kecang dan tak terkendali. Goyangannya disertai dengan suara- suara gemericing yang terdengar di gendang telinga mengiang - giang.

Weni terhuyung.  Ia menutup kedua telinganya. Tak kuasa berdiri hingga tubuhnya terhempas  dan jatuh terjerebab diatas lantai . Ia tersungkur.diatas lantai rumah yang terbuat dari batu pualam . Ia jatuh  menghadap  ke arah pintu.

Pintu di gedor- gedor dari luar , gedorannya begitu kuat membuat daun pintu bergetar kencang .

Weni beringsut dengan pantatnya mundur menjauh dari letak pintu. Hanya itu yang bisa ia lakukan.

Perempuan itu menjerit tatkala sebuah mur besi terlepar dari atas langit- langit menghantam dahinya secara keras. Darah mengucur dari luka hantaman.  Ia makin panik ketika dilihatnya lampu kristal mewah tersebut bergoyang-goyang  kecang  mengarah  ke arahnya yang bersimpuh dilantai.

Kembali mur- mur yang lainnya terlempar jatuh ke lantai  menimbulkan suara Kelontangan yang kecang.

Weni tak berdaya matanya terpenjam, saat perempuan itu tahu. Lampu gantung  yang terbuat dari kristal swaroski.  Lampu mewah dan mahal itu secara cepat  merosot lepas dari tempatnya.  Kabelnya terulur ke bawah.

Dengan kecepatan seperkian detik saja . Rangkaian lampu hias tersebut jatuh  mengarah ke tubuh weni .
Tak khayal lagi....

BRAAAAKKKK!!
DEAAAARRR!!
DAAAAARRR!!

Lampu tersebut hancur berantakan menimpa tubuh Weni yang kelonjotan berlumuran darah segar. Kelapanya hancur dengan otaknya berceceran di atas lantai. Sementara genangan darah mengenangi di bawah tubuhnya.

Semenit kemudian  tubuh Weni, diam tak lagi bergerak.  Perempuan gemuk itu telah tewas mengenaskan.

Suasana berubah menjadi hening dan mencekam. Angin berhenti berhembus.  Tirai berhenti berkibaran kembali menutup.

Suara tertawa mengema  panjang membelah kesunyian malam .
Dibarengi suara cekikikan  menyusul kemudian.

Tak beselang lama terdengar suara pengajian dari speaker masjid seiring menghilangnya suara- suara tertawa  diluar rumah


   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang