Bab.5

215 5 0
                                    


Selama hampir enam bulan , Jefri harus mondar- mandir menjalani pengobatan dirumah sakit di Semarang.

Kaki kananya patah tulang akibat terjepit dashboard mobil yang hancur ringsek karena menghantam pohon. Sementara tangan kananya luka robek memanjang akibat tusukan benda keras. Luka itu memanjang dan mesti di jahit.

Jefri merasa bersyukur, ia masih diberi panjang umur. Walaupun kini ia harus pincang jika berjalan karena kaki kananya patah tulang. Ia cacat.

Berlia dengan sabar dan telaten menjaga dan merawat Jefri. Kesetiaanya dipertaruhkan, utuk menjaga keutuhan rumah tangga yang dibina bersama Jefri.

Selama sakit, Jefri istirahat dirumah. Ia tidak di perbolehkan untuk pergi ke toko untuk semetara waktu sampai ia benar- benar sembuh. Jefri tidak merasa kesepian karena ada putra kecilnya yang selalu menjadi pelipur lara.

Setiap malam , mimpi- mimpi buruk selalu berkujung dalam tidurnya.
Perempuan mengerihkan itu selalu muncul dan me terornya. Ia akan terbangun dengan tubuh basah kuyup karena keringat dingin.

Berlialah yang menenangkan kegelisahannya. Memberi semangat dan dukungan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Jefri merasa bersalah dan berdosa terhadap isterinya , karena telah meragukan.

Suatu sore yang kelabu, dimana mendung bergelayut di langit. Awan- awan hitam ber arak tertiup angin .

Jefri tengah menikmati sore hari dengan secangkir teh hangat dan roti. Lelaki itu terlihat bahagia dengan memangku bayi montoknya disofa didepan televisi. Mengajaknya bercanda .

Bayi itu selesai dimandikan. Jefri suka dengan aroma wangi bedak bayi. Ia tak segan untuk mencium berlama- lama. Tentu saja mencium aroma tubuh putranya.

Sementara Berlia tengah menyiapkan mandi air hangat untuk Jefri di bath-.tup . Suaminya berniat berendam air hangat sore ini.
Setelah semuanya selesai dan siap, ia mengambil alih memangku bayinya mengantikan suaminya yang akan menenangkan pikiran dengan berendam air hangat.

Jefri dengan langkah pincang menuju kamar mandi, sebelum masuk ia melepas seluruh pakainnya. Lalu dengan perlahan masuk ke dalam bath- up yang terisi air hangat.
Rasa hangat dan nyaman melingkupi tubuh Jefri. Ia merasa rileks dan tenang. Ia mencoba memejamkan kedua matanya.

Seklebat wajah muncul dipelupuk mata Jefri. Ia melonjak terkejut mendesah pelan.
Wajah yang tidak akan bisa ia lupakan. Wajah sosok yang menghatui tidur malamnya. Sosok kuntilanak dengan wajah rusak dan busuk. Ia bahkan masih ingat dengan belatung- belatung yang keluar dari daging wajah busuknya .

Rasa hangat berubah menjadi panas,

Jefri bangkit dari bath- tup saat mrnyadari air di dalam bak mengeluarkan panas. Uap- uap air itu terlihat perlahan naik membentuk embun. Jefri melihat srluruh kamar mandi tertutup air embun.

Kaca cermin di atas wastafel kamar mandi juga tertutup butiran- butiran kecil air yang menempel dipermukaannya.

Merasa sudah cukup berendam ia menghampiri ke depan cermin menatap wajahnya nemeriksa bulu- bulu kecil yang mulai tumbuh kembali di dagu dan atas bibir.

Jefri terkejut, ia mundur menjauh dari kaca cermin diatas wastafel.

Matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat

Embun - embun dipermukan kaca cermin bergerak- gerak dan membentuk suatu angka dengan sendirinya.

1998

Jefri mengucek kedua matanya berharap apa yang dilihatnya itu tidak nyata, ia sedang mimpi.
Lelaki itu melangkah keluar dari kamar mandi dengan otak diliputi pertanyaan, akan peristiwa ganjil yang ia lihat didalam kamar mandi.
"Apa itu tadi, 1998.angka apa?"
" kenapa dengan angka 1998?"

Jefri menggeleng mencoba berpikir logis, ia salah lihat, matanya menipunya. Ia berjalan ke arah lemari, memilih kemeja lengan pendek dan celana pendek santai, karena sore ini, jefri tidak ada rencana keluar rumah

Selesai berpakaian ia melangkah keluar kamar menuju ke ruang keluarga, sekedar menghabiskan waktu sore dengan menonton acara televisi.

Baru beberapa langkah ia kembali dikejutkan dengan majalah- majalah diatas rak televisi berlonpatan , terbang ke segala penjuru ruangan. Majalah- majalah tersebut seperti dilempar seseorang yang tak terlihat , seseorang yang kasat mata.
" Tidak lagi" kata Jefri dengan menjambak rambutnya kuat-.kuat.
" Ini mustahil, aku sudah gila"

Jefri memandang keseluruh ruangann, ruangan itu berantakan oleh majalah--majalah milik isterinya. Ia kembali menyakinkan bahwa yang terjadi hanya ilusi.

Belum hilang keterkejutan batin Jefri. Ia dibuat makin kaget dengan sebuah majalah yang terjatuh ke lantai. Buku majalah tersebut terjatuh, dalam posisi terbuka.
Lalu

Majalah tersebut membuka sendiri halaman demi halaman. Dari perlahan- lahan berubah cepat .
Majalah itu mengila dengan membolak- balik sendiri.
" Itu tidak mungkin, ruangan ini tertutup tak ada angin yang bertiup dari celah manapun diruangan ini"

Kepalanya terasa berputar- putar dengan tubuh bergetar ia melihat lebar- lebar halaman majalah itu mulai lepas satu persatu. Terlepas dari cover buku. Terbang ke udara. Berputar- putar.

Selebar kertas terbang meliuk - liuk du udara terbang menuju kearahnya.

Jantung lelaki itu berdegup kecang , dadanya tersegal- segal. Masih tak percaya dengan penglihatannya.

Selembar kertas tersebut tiba- tiba meluncur menutupi wajah Jefri. Melekat di kulit wajahnya.

Dengan gelagapan Jefri menarik kertas yang menutupi wajahnya, membuat dirinya kesulitan bernapas.

Sebuah wajah, wajah cantik seorang artis ibukota yang terkenal, artis top.
" Apa, Uci bin slamet" guman Jefri tak mengerti.
" Ini gila dan Konyol"

Jefri berbalik mengurungkan menonton televisi sore itu, ia berjalan mencari keberadaan isteri dan anaknya.

Dengan wajah pucat pasi , ia menjupai isterinya tengah menyusui bayinya meja makan di dapur.

Berlia begitu melihat kemunculan suami di ambang pintu dengan wajah pucat dan terlihat Shock. Ia bergegas bangkit dari duduknya menghampiri.
" Kenapa mukamu pucat sekali, Han. Seperti baru saja melihat hantu"

Jefri masih gemetar , ia dibimbing duduk dikursi.

Berlia mengambilkan segelas air agar jefri lebih tenang. Perempuan itu mengelus- elus punggung suaminya lembut.

Jefri menceritakan apa yang dillihat dan alami. Dari awal sampai akhir secara beruntun . Dari kemuculan angka 1998 kemudian majalah- najalah yang terlempar dari rak selanjutnya kertas- kertas yang berhamburan. Terakhir tentang gambar wajah artis ibukota, Uci bing slamet.

Berlia menarik napas begitu Jefri selesai bercerita dengan suara gemetaran dan terbata- bata.

Bayi dalam tanganya tertawa- tawa ceria Berlia mencubit pipi gemoy bayinya. Mencium kedua matanya dengan perasaan gemes.

Jefri menegakkan punggung, menatap Berlia dengan sikap gelisah .

" Ku rasa, aku sudah di ikuti"



   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang