Bab.6

215 6 0
                                    


Berlia, menjauh melangkah keluar dari dapur menuju ruang keluarga, ia ingin membuktikan semua penjelasan  suaminya.

Ia tercengang begitu sampai di ruang keluarga. Menjumpai ruangan itu kacau dan berantakan.
Kertas- kertas berserakan di semua tempat.

Tanpa menunggu lama, Berlia memuguti satupersatu majalah- majalah wanita , majalah-majalah edisi lama, yang ia kumpulan dan simpan aebagai koleksi pribadi. Majalah tersebut sudah tidak  dibaca lagi. Tapi ia masih menyimpanya karena  banyak resep- resap masakan.

Berlia mengalihkan pada selembar kertas bergambar wajah Uci. Ia meneliti dan memeriksa sesaat mencoba menerka- nerka .
"Ini gila" ujar Berlia merasa konyol.
Apa hubungannya suaminya dengan Uci.
Apa mereka punya affair?
Perempuan itu tertawa sesaat, duduk disofa  kecapaian , ia mengatur napas dengan memangku tunpukan majalah.

Tak lama Jefri muncul dengan mengedong bayi mereka,ia duduk disebelah Berlia. Lelaki itu sudah tampak lebih tenang .

" Aku punya teman sewaktu Smp, bernama Sulastri, dia punya indera ke enam." tutur Berlia dengan pandangan serius kearah Jefri.
" Aku akan hubungi dia, kita sebaiknya meminta bantuan dirinya"

Jefri mengangguk  masih tak mengerti
" Indera ke enam?" ulang Jefri.

Berlia mengangguk " Yang kita hadapi  sekarang ini bukan hal wajar dan biasa"

Berlia meng hampiri mesin telepon, memuutar nomer milik  Sulastri.

Dalam tiga deringan , Sulastri mengangkat sambungan telepon. Selesai berbasi- basi akhirnya  sulastri bersedia datang keesokan harinya , karena hari itu, juga sudah  sore nenjelang malam. gadis bernama Sulastri berjanji akan berkunjung diesok siang.
    
            *************

Sekitar jam sepuluhan, gadis yang bernama Sulastri menepati janjinya.

Ternyata Sulastri, berwajah cantik dengan rambut ikal sebahu.  Tubuh montok cenderung gemuk, kulit  kuning langsat.

Berlia menyambut kedatangan teman sewaktu smp nya dengan hangat, sehangat pantat pengorengan. Mereka  cipika- cipiki terlebih dahulu.  Sebelum  Mempersilakah  masuk.

Dua teman sewaktu sekolah dulu, asik melepas kangen dan nostalgia.  Mereka bercerita diselingi canda tawa.

Selepas makan siang , tiba waktunya Berlia dan Jefri menceritakan persoalan yang mereka hadapi. Semua mereka ceritakan dari awal mereka diteror kuntilanak di jalan alas roban hingga mengalami kecelakaan parah yang membuat keeusakan parah mobil mereka. Jefri merasa di ikuti oleh mahluk ini sampai ke rumah mereka. 

" Dan suamimu, di tampakkan hal ghoib, angka 1998"

Jefri memgangguk.

" Juga wajah Uci bin slamet" tambah Berlia. Ia menunjukan selembar kertas yang dimaksud"

Sulastri  mengambil kertas tersebut dari tangan Berlia.melihat gambar artis Uci.  Mengamatinya.
" Ada pesan yang ingin disampaikan, kalau menurut dari penglihatan batin aku. Angka 1998 itu menjurus ke tahun, sih."  terang Sulastri." untuk gambar artis top ibukota  ..."
Gadis itu terdiam berpikir.

Jefri menunggu dengan tak tenang. Ia di tinggal berdua saja bersama Sulastri di meja dapur sementara Berlia sibuk menbuat hidangan , minuman untuk teman lamanya.

"  Ada apa di tahun 1998 yang menyangkut  artis Uci bing slamet?"
tanya Sulastri pada Jefri.

Jefri mengeleng tak paham dengan ucapan Sulastri. Ia mencoba berpikir keras " Aku tetap tak  bisa berpikir"

Sulastri terseyum ramah.  Ia  membantu Berlia menata mangkuk besar berisi minuman buah segar dan  beberapa toples berisi aneka  macam jenis kue, bikinan Berlia sendiri.

" Jadi , kau harus menginggat kembali ke masa lampau, ada kejadian apa saja ditahun 1998  yang berhubungan dengan artis Uci"

Berlia mengedong bayi lucunya dari tangan suaminya. Ia melangkah ke ruang keluarga.
" Aku hendak menonton televisi, mungkin ada acara kuis atau film "

" Film?" tanya Jefri mendadak terkejut " Film ditahun 1998"

Sulastri menjentikan jarinya.
" Sekarang mulai jelas " katanya kemudian "  Film Yang di bintangi oleh artis Uci bing slamet di tahun 1998"

Jefri  tiba- tiba saja terkejut dan gelisah. Ia mulai paham dan mengerti  apa yang di maksud dengan Sulastri.
Ludahnya terasa pahit dilidah. Ia mencoba membasahi kerongannya dengan menelan air ludahnya. Ia menggeleng pelan sebelum berkata.

" Pengakuan seorang pelacur"









   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang