Bab. 13

180 4 0
                                    

Jefri membalik lembaran buku telepon diatas meja kecil. Ia mencari nomer milik Sulastri. Ia hendak menanyakan sesuatu hal yang penting pada gadis montok tersebut, tentu saja mengenai Atika yang ternyata telah mati secara mengenaskan gantung diri. Lelaki itu berharap gadis yang katanya memiliki indera ke enam itu mau membantunya, karena ia tidak tahu lagi mau meminta tolong pada siapa.

Jefri memutar nomer yang tertera dibuku telepon . Menunggu sampai deringan diangkat diseberang sana.

Terasa begitu lama , sampai telepon diangkat oleh Sulastri.

Dengan suara ragu- ragu Jefri.
" Halo"

Diam dan senyap diseberang telepon. Hanya terdengar napas Sulastri.

Jefri langsung ke masalah yang ingin di bicarakan " Gadis itu ternyata sudah meninggal bertahun- tahun yang....."

" Aku sudah tahu, mati karena gantung diri" potong Sulastri dengan suara gemetaran.

Jefri terkejut sesaat menyadari kalau Sulastri sudah tahu tragedi yang terjadi. " Apa yang harus aku perbuat untuk sekarang ini"

Sulastri terdengar mendesah pendek " Maafkan aku Jefri, aku tidak bisa menolongmu. Karena aku bukan seorang paranormal . Aku bukan dukun"

" Aku tahu kau bukan dukun, namun setidaknya kau mengerti dengan yang terjadi padaku"

" Maaf kan aku, aku tidak bisa menolongmu"

Telepon ditutup di seberang sana.

Tinggalah Jefri dengan hati gelisah dan putus asa. Semua jalan didepan matanya terasa buntu.

Tak berapa lama berselang telepon diatas meja berdering.

Jefri melonjak terkejut mendengar suara deringan telepon yang membunyarkan pikiran kalutnya.
Diangkatnya gagang telpon. Ternyata Sulastri yang menelepon balik.

" Aku mungkin tidak bisa membantumu, tapi aku bisa menjawab semua yang terjadi pada dirimu" kata Sulastri dengan helaan napas diseberang sana.
"Mengapa arwah gadis yang mati gatung diri itu menghantuimu, ada berapa kemungkinan"

Jefri mendengarkan dan menyimak

"Aku tekankan disini, tak ada yang namanya arwah penasaran didunia ini. Orang yang sudah meninggal dunia tidak ada lagi urusannya dengan dunia. Mereka sudah tenang di dunia mereka. Yang ada adalah jin Qorin mereka"

" Jin Qorin?" tanya Jefri tak mengerti.
" Kau tidak tahu jin Qorin?"
" Aku tidak tahu , baru mendengar malah ada jin yang bernama Qorin"

Sulastri tertawa " Aku lupa kalian bukan muslim jadi tidak mungkin tahu"

Jeri makin bingung.

" Semua yang tinggal di atas bumi ini, pasti memiliki jin penjaga. Dalam agamaku jin penjaga ini bernama Qorin. Jikalau manusia telah meninggal dunia, maka jin pejaganya akan mengantikannya, bisa berwujud menyerupai manusia yang ia jaga sewaktu hidup. Ia bisa berwujud apapun"

" Mungkin bagi kepercayaanmu ini terdengar tidak masuk akal dan sedikit gila, tapi kalau kau seorang muslim , kami mempercayainya"

" Lalu..."

" Aku tidak mau kau jadi sakit kepala dengan semua penjelasan aku"

" Aku mencoba memahaminya"kata Jefri seraya menelan ludahnya . Ia merasa gugup .

" Sudah aku bilang ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Yang pertama, jin itu merasa benci dan dendam dengan apa yang telah kau perbuat. Yang kedua, dia merasa tidak di kebumikan dengan selayaknya, dan yang terakhir ada seseorang yang membangkitkan "

Jefri menekan keningnya kuat - kuat merasakan kepalanya mendadak berdeyut- deyut kencang.
Ia mencoba mecerna semua omongan Sulastri mengenai jin Qorin, Jin yang baru ia tahu dan dengar namanya.

Ia mengakui dia bukan seorang yang religius atau taat dalam menjalani ibadah. Ia jarang malah tidak pernah ke rumah tuhan. Dan tidak pernah percaya dengan semua hal yang berbau ghoib dan mistik. Menurutnya semua itu konyol dan tak bisa masuk diakal.

" Saranku datangilah tempat yang menurutmu arwah penasaran itu. Datangilah keluarganya, pergilah ke kuburannya, dimana ia dikubur, kau harus menyempurnakan kematiannya. Meminta maaflah. Siapa tahu dengan kau datangi ke keluarganya dia bisa mengampunimu."

Jefri terasa bisu, ia tak bisa berbicara sepatah katapun. Ia mencerna dan mengangguk .
" Aku akan datangi makam Atika"

" Nama gadis yang gantung diri itu Atika?"

Jefri mengangguk lemah.

Ia tak mengira kalau pertemuan dengan Atika ditahun 1998 akan meninggalkan kepedihan dan penderitaan pada gadis itu. Apa yang ia perbuat pada gadis itu . Ia tahu gadis itu hamil benihnya. Lalu ia pergi meninggalkan gadis itu meninggalkan noda dan aib. Pada akhirnya Atika sudah tak kuat menghadapi kenyataan pahit sampai nekat gantung diri.

Jefri memang pantas mendapatkan semua hukuman dengan yang sudah ia perbuat. Dosa yang ialakukan pada gadis itu.

Atika maafkan aku.

*************************

Dini hari, dikediaman orang tua Jefri.

Malam semakin larut , udara terasa dingin di kulit. Weni merapatkan baju piyama tidurnya. wanita gemuk itu keluar dari kamar berniat pergi ke dapur untuk minum segelas air dan makan sesendok kue di lemari es. Karena malam itu perutnya mendadak terasa lapar , membuat perempuan itu terbangun dan tidak bisa memejamkan mata kembali.

Ia melangkah perlahan membuka pintu kamar, takut membangunkan suaminya yang terlihat tertidur pulas dibarengi dengan dengkuran keras. Ia keluar dari pintu secara perlahan dan berusaha tidak menimbulkan suara berisik. Ia menuju ke arah anak tangga, untuk turun ke lantai bawah

Ia perlahan menuruni satu persatu anak tangga. Sesampainya dilantai bawah, ia berjalan cepat menuju ke dapur. Perempuan gemuk itu mencari tombol saklar lampu ruangan dapur. Ia menyalakan lampu . Lantas membungkuk untuk membuka pintu kulkas ,dua pintu. Ia mengeluarkan sepiring potongan kue berkrim cokelat .berserta sebotol minuman dingin. Ia menyantap kue itu dengan lahap. Sesekali ditengaknya air dibotol langsung tanpa gelas.

Belum lama ia asik menyantap kue dingin . Tiba- tiba terdengar suara ketokan dipintu.
Suara ketokkan dipintu depan terdengar pelan dan lirih.
Weni menghentikan aktifitasnya.
Perempuan itu memasukkan kembali piring kuenya ke dalam kulkas.

Weni melangkah ke ruangan keluarga. Berdiri bersandar pada tembok menyakinkan dirinya bahwa ia tak salah dengar.

Angin mendadak berhembus kecang ke dalam ruangan membuat lampu kristal swaroski yang tergantung di ruang tamu bergoyang- goyang menimbulkan suara detingan dan gemericing lirih

Tirai jendela rumah berkibaran. Kain gordennya Meliuk - liuk .

Weni melirik sekilas kearah jam yang tergantung di dinding, diatas televisi berukuran besar diruangan keluarga .

Jam menunjukan setengah tiga dini hari.

Ketokan lirih kembali terdengar. Tiga kali ketokan. Hening kemudian.
Tiga ketokan kembali, Hening.

Weni mencoba mendekati jendela rumah penasaran siapa yang mengetok pintu.
Perlahan ia menyibak tirai jendela mengitip ke luar jemdela.

Sedetik kemudian ia menjerit ketakutan....




   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang