Bab.9

194 6 0
                                    


Jefri terbatuk- batuk. Tengorokannya terasa panas dan nyeri.
Ia mencoba minum air hangat agar rasa  nyeri agak mereda.
Ia duduk disofa didepan televisi. Dalam otaknya masih teringat kejadian malam dimana ia dirasuki oleh kuntilanak yang ia temui di alas roban.  Saat ia kerasukan setan. Ia tidak merasakan dan ingat apa- apa. Tapi menurut Sulastri dan Berlia ia merangkak dengan jari- jarinya mirip binatang laba- laba. Padahal kaki dan lengan tanganya tengah cidera akibat kecelakaan dipinggir alas roban. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa.

Ia mencoba berpikir masih secara logis,nsemua  hal diluar akal  manusia.
Ia dari dulu tak percaya akan setan, hantu atau hal mistik.

Apakah semua yang terjadi ada hubungannya dengan Atika. Gadis yang pernah singgah dulu  ditahun 1998. Tapi hubunganya  apa?

Jefri menekan kepalanya yang terasa berdeyut- deyut sakit.  Kenapa akhir- akhir ini ,ia selalu memimpikan gadis itu. Wajah  dan tubuhnya setiap malam selalu ada dalam mimpi- mimpinya. Tepatnya mimpi- mimpi buruk.

Suatu kali, ia berada di persawahan yang luas membentang , ada kalanya diatas laju motor yang berlari kencang.
Dan semua mimpinya selalu ada keberadaan Atika.

Jefri mendegus  berpikir keras mencari solusi. Ia akan mencari Atika, untuk meminta -maaf  atas perbuatan nya dulu. Mungkin dengan permintaan maaf , hidupnya akan tenang dan tidak diliputi rasa bersalah. Mungkin dengan semua tanda dan pesan yang ia dapat. Pertanda bahwa apa yang pernah ia lakukan  dimasa dulu berdampak pada seseorang yang terluka dan menderita hidupnya.

Jefri memutuskan akan mencari keberadaan Atika, walau dia tak tahu dimana sekarang Atika berada.
Ia berjalan mondar- mandir didepan televisi. Berpikir keras.  Cara menemukan Atika.
Ia akan mencari keberadaan Atika tanpa diketahui oleh isterinya Berlia. Ia akan menyelidiki seorang diri. 
 
Ia memutar otak ,
Bagaimana, bagaimana?

Ia tiba- tiba teringat teman - temanya sewaktu di sekolah Smp. Mungkin ada yang mengetahui keberadaan Atika. Tempat tinggalnya yang di desa Surodadi. Kenapa dulu ia mengatarkan Atika, hanya didepan gapura desanya tidak sampai masuk ke depan rumahnya. Sekarang rasanya menyesal dan otaknya buntu.
Lelaki itu mencoba mengingat siapa temannya yang bisa dimintai tolong.

Ia teringat dengan wisnu teman sebangkunya,  tapi sayangnya ia tak tahu dimana rumah Wisnu.
Ia mengeleng frustasi. Kembali mengingat teman yang lainya. Hartono, mungkin ia bisa mendatangi kediaman Hartono, cuma anak itu yang Jefri tahu letak rumahnya Di desa Mentosari. Letaknya sekitar empat kilo meter dari letak rumahnya  du gringsing. Kalau dari jalan raya belok kiri terus masuk   kedalam. Rumahnya diseberang sungai yang memisahkan kebun dan ladang milik warga desa.  Dulu ia sering main ke rumah Hartono jikalau ada tugas  sekolah kelompok.
Besok ia akan diam- diam medatangi Hartono.
Besok mungkin.
Ya, besok.

Selepas sarapan pagi,dengan celana training olah raga dan kaos hitam  katun berkerah ia keluar rumah. Ia meminta ijin kepada Berlia, dengan alasan hendak mecari udara pagi sekaligus berolah raga, jongging.
 
Berlia menginjinkan tanpa banyak bertanya.

Dijalan jefri naik mobil angkot menuju ke daerah Mento sari. Sesampainya didepan desa Mentosari. Ia turun melanjutkan dengan naik ojek motor memasuki desa dipinggiran sungai berair tenang , sepertinya sungai itu lumayan dalam kalau dilihat dari aliran airnya.

Udara  pagi terasa sejuk dan mulai hangat karena sinar mentari  memancarkan hawa panas.

Sekitar tiga puluh menit, akhirnya sampailah ia di depan rumah Hartono. Rumah itu seingat Jefri tidak banyak berubah .  Tapi itu tidak penting bagi Jefri. Yang utama adalah bertemu dengan Hartono.

Ia melangkah mendekati pintu rumah, mengetuk  pintunya.
Dalam empat kali ketukan, baru munculah si Hartono. Yang kini telah berubah menjadi bertambah gendut dan berewokan.

Hartono memandang aneh dan bingung ke arah Jefri , tapi setelah dijelaskan oleh Jefri barulah lelaki itu tertawa dan memeluk tubuh Jefri dengan hangat dan ramah.
"Atika?" tanyanya setelah Jefri menceritakan maksud dan tujuanya.
" kalau Atika, aku tidak tahu . Tapi aku bisa meberitahumu orang yang tahu kabar sekarang tentang Atika, tapi ngomong- ngomong  ada keperluan apa engkau mencari teman kita waktu Smp, setahu aku bukankah kalian pernah ketemu diacara reuni sekolah tahun1998"

Jefri mengangguk pelan.
Ia diam tanpa memberitahukan. Ia tak ingin Hartono mengetahui masalah pelik yang ia hadapi.

Hartono sepertinya bukan jenis orang yang mau tahu persoalan orang. Lelaki gemuk itu mendesah .
" Aku bisa membawamu ke orang yang tahu tentang Atika,"

Jefri  menatap teman Smpnya dengan wajah penuh harap." Siapa?"

" Kau masih ingat dengan  Kartika?"

Jefri mengeleng  tak bersemangat. Ia tahu, ia bukan seorang Siswa yang suka bergaul dengan siswa- siswa  biasa dalam tanda kurung siswa yang tidak terlihat di sekolah. Dahulu banyak siswa membetuk geng disekolahan. Kelompok- kelompok yang ingin populer atau sok paling pintar. Jefri dulu ingat betul ia masuk ke geng anak populer .
Kalau ingat itu ia merasa tak enak hati dengan Hartono. Sebab dulu ia tak begitu mengenalnya, hanya sekedar lalu saja.

" Aku bisa mengatar kamu ke rumahnya, kalau kau berkenan"

Jefri tanpa berpikir lagi langsung meng iyakan.
" Sebelumnya aku sangat berterima kasih kepadamu"

" Santai Bro, pagi ini  aku tidak ada kesibukan. Jadi aku bebas.  Isteri dan anakku  lagi pergi kerumah mertuaku"

Dengan hati penuh pengharapan Jefri berharap semua kekacauan dalam hidupnya akan segera terselesaikan.
Ia sangat berharap.

Hartono membawa Jefri menuju ke desa Pancuran. Mereka pergi dengan naik motor berbocengan. 

Jefri tak banyak berbicara ketika motor melaju kembali menuju keluar desa Mentosari.

Hartono membawa motor buntutnya melewati depan rumah Jefri yang terlihat sepi .

Jefri menutupi wajahnya dengan telapak tangan, takut kalau- kalau isterinya memergoki dirinya pergi dari rumah untuk tujuan yang lain bukan olah raga.

Desa pacuran sebuah desa besar dengan penduduknya padat dan  ramai.

Jantung Jefri berdegup kecang begitu motor yang mereka tungangi berhenti didepan sebuah rumah.  Rumah bercat biru langit yang cerah. Rumah dengan halaman dipenuhi dengan semaraknya bunga mertega yang tengah berbuanga.

             ***************

   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang