Bab.2

248 5 0
                                    


Jefri mencoba me- starter mesin mobil. Tapi usahanya sia- sia. Mobil itu tak mau menyala mesinya. Masih mati secara mendadak tanpa sebab yang jelas.

" mobil, Sialan. Mobil tidak berguna!!" umpat Jefri menahan emosi " aku sudah mengisi bensin mobil ini sewaktu pulang dari toko"
Sebetulnya apa yang terjadi, siapakah sosok yang berada diatas mobil, bahkan sampai meloncat- loncat

" Tidak mungkin orang gila yang berada diatas mobilmu " kata Berlia dengan suara parau  karena  takut .

" Aku tidak tahu" tukas Jefri mencoba berpikir rasional menghadapi situasi.
" tidak mungkin hantu atau apapun yang tidak masuk di akal"
Namun semakin ia mencoba berpikir , tetap saja buntu.
 
" Lakukan sesuatu Han!" teriak Berlia sudah tak tahan menghadapi bayinya yang  masih meraung- raung menangis. Tak bisa di diamkan.

" Apa yang harus aku lakukan , apa aku harus keluar dari mobil dan mengusir mahluk yang aku sendiri tak tahu,mahluk apa. Hush, hush , pergi kau dari atas mobil!"

" Jangan bercanda , disituasi genting!" seru Berlia makin merinding .

" Aku sedang tidak bercanda, tapi aku panik. Seperti dirimu"

Mahluk itu masih berjalan - jalan pelan diatas atap mobil. Langkahnya terasa dari dalam mobil.

Suara tertawa cekikikan kembali terdengar nyaring berputar- putar.

Sang bayi masih menangis kencang, tak tahu karena sebab apa.

Berlia menimang - nimang bayinya   mengayun - ayun  tubuh yang menangis meronta- ronta, ia mencoba bersikap tenang. Merasakan debaran jantung yang tak terkedali.
Diciumnya dahi bayinya, mengharap semua kengerian yang ia rasakan segera berakhir.

Kembali tombol klakson mobil Jefri nyalakan dengan membabi- buta.
" Pergi kau , jalang!" teriaknya marah dan murka, karena tidak bisa melakukan apapun.

Suara klakson yang bertalu- talu membuat bayi mereka malah makin rewel , nagis kejer.

 Alas roban masih gelap dan sunyi, hanya suara binatang- binatang primata yang berteriak- teriak diatas sana. Menambah kengerian .

Jefri mengedor- gedor atap mobil, masih mencoba mengusir mahluk yang nangkring diatas mobilnya.
" Pergi, jangan gangu kami!"
 
Teriakanya dibalas dengan tertawa panjang .

Kikikikikik, hik, hik !!

Berlia, sudah tak kuasa merasakan kengerian dan ketakutan, perempuan itu menangis terisak. Ia menangis tersedu- sedu.

Jefri  kembali menyalakan mesin mobil, berharap mobilnya nyala.
" Tuhan, tolong kami!"
Mobil masih tak bergeming , tak bergerak sendikitpun . Mesin mobil tak bereaksi .
" Sial, sial, bangsat!"

Berlia, duduk meringkuk dengan tubuh gemetar , ia merasa kasihan pada bayinya, melihatnya terlalu lama menangis, dari sejak keluar dari pintu rumah, bayinya terus menangis tak mau diam. Ia sudah berusaha dengan segala macam cara agar bisa membuat bayinya berhenti menangis.

Apakah ini ada hubungan dengan mahluk putih diluar mobil, batin Berlia mencoba berpikir.
Bayinya tak mau berhenti menangis karena kehadiran mahluk itu.

Sosok di atap mobil terasa berjalan merangkak.  Memukul- mukul  bodi mobil dengan  kedua tangannya, meminta perhatian dari sang pegemudi dan penupang dalam mobil.
" Apa maumu?"

Waktu terasa lama berjalan, seakan- akan waktu berhenti berputar.

Mereka masih menunggu,  menunggu apa yang di inginkan sosok putih tersebut.

" Kenapa , ia tidak menujukkan wujudnya pada kita" kata Jefri dengan jakun yang naik turun  karena gugup dan panik. Ia memandang berkeliling. Diluar jalanan terlihat gelap tanpa lampu penerangan .

Lelaki itu mengeluarkan  senter kecil dari laci dashboard mobil.  Menyalakan lampunya , menyorotkan keluar nobil. Tapi tidak membantu karena sorot sinar lampunya tidak mengenai apapun dan percuma saja.

Jefri mengembalikan kembali senter ketempat semula. Kesal bercampur marah  menjadi satu dalam otaknya yang kalut.

Tiba- tiba sosok diluar mobil, bersenadubg lirih. Suaranya terdengar mirip bisikan di telinga Jefri.
" Dia bernyanyi" katanya memberitahukan

Berlia  diam  terlihat sedikit lega dengan bayinya yang kini masih nangis namun tidak lagi kejer.
Ia menempuk- nepuk pantat sang bayi lembut.
Ia mendengar suara senandung lirih juga.

" Dia kuntilanak" kata Berlia memberitahukan pada suaminya  bahwa yang mengikuti mereka sosok kuntilanak,

" Kuntilanak?" tanya Jefri menyakinkan

" ya, "

" Tapi kenapa?"

Berlia menggeleng tak tahu.

Sunyi, kenapa mendadak berubah sepi. " Kemana kutilanak itu"

Jefri memandang keluar jendela, mencari- cari sang kunti.
" Apakah dia sudah pergi"kata Jefri berharap mahluk yang dibilang kuntilanak itu pergi " kurasa kuntilanak itu pergi karena kita acuhkan"

Berlia menggeleng pelan, ia tahu mahluk itu belum pergi, masih ada disekitar mereka.  Mahluk yang belum tahu wujudnya .
Berlia mendekap bayinya erat.  Dengsn mendongak ke atas,ia  mengetuk- ketuk atap mobil .
Tapi sayangnya ketukanya dibales dengan gendoran kecang.


 

 
 

   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang