Bab. 17

161 4 0
                                    

Jefri susah payah bangkit, dengan berlari terpincang- picang lelaki itu berlalu dari tempat Atika tergantung. Ia terus berlari tanpa menoleh kebelakang lagi.

Benar, Atika telah mati. Gantung diri ditengah alas roban. Semua yang terjadi adalah fata morgana, tipuan setan. Gadis itu bangkit kembali hendak menutut balas.
Ada rasa dendam dan benci pada Atika.

Sulastri benar, ada yang membangkitkan arwah Atika.

Jefri harus mengperingatkan papanya. Agar mereka cepat pergi dari rumah terkutuk tersebut. Nyawa papanya tengah terancam dalam bahaya. Ia tak boleh terlambat.

Jefri, jangan pergi !
Kembali!

Atika memanggil- manggil.
Suaranya terdengar mengaung di telinga.

Jefri, kau tega meninggalkan diriku disaat aku tengah hamil anakmu!

Jefri tak akan berhenti , lari dan lari. Airmatanya bercucuran di pipi. Ia berlari menyeret kaki kanannya yang picang. Ia harus berhasil keluar dari hutan alas roban.

............ *******************.............

Di dalam rumah.
Sugi masih gemetaran duduk dengan pandangan terus mengarah ke tempat dimana putranya pergi . Ia duduk gelisah

Sementara perempuan bernama Jeng Sri duduk dikursi menghadap langsung didepannya. Perempuan itu membuka tutup toples mengambil satu kue didalamnya memasukkam kedalam mulutnya, mengunyahnya dengan kedua matanya menuju kearah Sugiarta . Sepasang mata yang terlihat penuh tipu rayu.

" Kemana putrimu membawa putraku?" tanya Sugi dengan suara bergetar. " kami harus pulang, anak dan isterinya menunggunya"

Jeng Sri tertawa membersihkan remahan - remahan kue yang menempel di dadanya.
" Jangan kuatir, mereka sedang melepas rasa kangen. Karena sudah terlalu lama Putramu pergi meninggalkan putriku. Tepatnya.
Me cam pak kan!"

" Maafkan kami jeng, ampunilah dosa putraku"

Jeng Sri tiba- tiba berdiri dengan kedua tangan membawa toples berisi kue. Ia berjalan memutar, dengan tertawa lirih ia berdiri tepat dibelakang Sugiarta yang duduk dengan sikap gelisah tak tenang.
" Kau belum menyentuh satupun hidangan yang aku suguhkan"

Leher Sugiarta terasa tercekat. Jakun nya naik turun karena panik.

Lalu sekoyong- koyong perempuan itu mrngayunkan toples berisi kue di tanganya keatas kepala botak Sugiarta. Dengan sekuat tenaga ia menghantamkan toples tersebut ke atas kepala Sugiarta.

PRAAAKKKK!!

Suara hantaman keras terdengar. Toples kaca itu retak menghantam tengkorak kepala Sugiarta sebelum terlepas dan jatuh ke bawah, pecah dan hancur berantakan, kue- kue didalamya berceceran tumpah ruah ke atas lantai rumah

Kepala Sugiarta mendadak terasa sakit luar biasa. Pandangannya menjadi berkunang- kunang sebelum berubah gelap gulita.
Ia terjatuh tak sadarkan diri.

Tahu- tahu, tubuh Sugiarta sudah tergeletak diatas lantai sebuah kamar dengan kaki dan tangan teringkat tali rafia. Tali tersebut mengikat dengan kencang dan erat. Ia mencoba meronta , namun tali yang mengikat terlalu kuat. Di lantai kamar itu tergeletak sebuah tampah bundar berisi segala macam. Bunga- bunga tujuh macam, ada kendi , cawan kemenyan yang mengeluarkan asap mengepul diirngi bau menyengat. Seekor ayam cemani tergeletak ditengah tampah terbuat dari ayaman bambu.

Sugiarta meronta- ronta berusaha lepas tapi tentu saja usahanya sia- sia.
Lelaki itu tahu, itu semua praktek perdukunan. Perempuan itu seorang dukun atau pakar dunia supranatural.
Ia sudah curiga semua yang terjadi pada keluarganya terutama pada putranya ada hubungan dengan hal yang berbau mistik dan klenik.

Tak lama kemudian, Sugiarta mendengar putranya memanggil- manggil namanya. Timbul semangatnya untuk memanggil kembali nama putranya.

Jefri memasuki kamar dengan wajah tertegun dan terkejut melihat tubuh papanya terikat di lantai.
Ia mendekati rubuh Sugi berusaha melepas ikatan tali rafia di rangan dan kaki. Ia butuh sebuah pisau untuk mrmotong tali- tali tersebut. Jefri dengan tingkah bingung memandang keseliling kamar mengharap ada sebilah pisau ditempat tersebut, pisau adanya di dapur, jadi tanpa menunggu ia berlari ke arah dapur.

Namun belum juga dirinya keluar kamar, jeng Sri sudah muncul diambang pintu kamar. Ditanganya memengang sebilah pisau panjang. Mata pisau berkilat - kilat menandakan kalau pisau tersebut tajam.

Jefri mudur kembali menghampiri tubuh papanya. Melihat kepala papanya terluka dan berdarah. Ia memeriksa mengetahui kalau kepala itu bocor karena hantaman benda tumpul.

" Akhirnya kau tahu semuanya"
Kata jeng Sri dengan wajah sinis dan bengis." Bertahun- tahun aku merasakan sakit hati dan benci pada apa yang terjadi pada putriku."

Jefri terpuruk disamping tubuh Sugiarta.

" Kau memfaatkan kepolosan putriku untuk melakukan kebejatan mu!"

Jefri bersimpuh dihadapan perempuan yang tengah dilanda murka. " Ampunilah aku Jeng Sri. Ampunilah dosaku yang telah ku perbuat pada Atika"

Jeng Sri melangkah perlahan kearah tubuh tak berdaya Sugiarta. Menendang- nedang kaki yang terikat.
Dari mulutnya keluar suara tertawa puas. Semetara pisau ditangannya berkilauan siap untuk di tancapkan.
" Atika yang sekarang bukan lagi Atika yang dulu. Dia bukan lagi anakku"

jefri tahu, Atika bukan lagi manusia tapi gadis itu mahluk jelmaan mahluk halus.

Mendadak Jeng Sri menangis terisak sembari memutar- mutar pisau ditanganya.

Jefri memengang kepala papanya yang masih mengeluarkan darah.
" Aku rela untuk menolong Atika agar arwahnya tenang"

Jeng Sri makin kencang menangis , anehnya perempuan itu tidak mengeluarkan setetespun air mata.
" Kau sudah tahu, kalau putriku bukan lagi manusia. Kesedihan aku alami karena kehilangan putri kesayanganku satu- satunya membuat aku nekat melakukan perjanjian dengan penunggu sendang ditengah hutan alas roban. Perjajian dengan nyai Poncowati"

Jefri mulai paham. Kenapa arwah Atika penasaran dan getayangan akibat ulah ibunya yang bersekutu dengan iblis penunggu sendang. Arwahnya dibangkitkan untuk membalas dendam.

Perempuan itu mengacungkan ujung pisau ke arah wajah Jefri
" Benar kau mau menolong putriku?"

Jefri mengangguk lemah. Ia harus segera menolong papanya kalau tidak nyawanya bisa tak tertolong karena kepalanya terluka mengeluarkan darah.
" Tolong Papaku, jeng kulihat kepala papa terlalu banyak mengeluarkan darah, dia bisa mati. Alu perlu membawanya ke rumah sakit"

Jeng Sri tertawa kembali kali ini tertawa lepas ngakak. Perempuan itu menertawakan ketakberdayaan Sugiarta " Lihat, apa segala harta dan uangmu bisa menolong nyawamu sekarang ini"

" Tolong, jeng. Aku mohon biarkan aku menolong papa, setelah itu aku akan lakukan semua yang kau mau"

Perempuan itu mengeleng.

Jefri tak mampu berbuat banyak selain pasrah.

Jeng Sri duduk bersimpuh didepan sesajen

Jefri tahu kamar itu tempat perempuan itu melakukan ritual pemujaan setan.

Jeng Sri mengangkat cawan berisi kemeyan . Memutar - mutar cawan tersebut. Membuat asap yang mengepul memenuhi ruangan.
Bau menyengat menusuk hidung .

Jefri harus melakukan sesuatu untuk menolong papanya tengah sekarat , ia merasa perempuan tesebut telah memukul kepala papanya dengan sesuatu yang keras. Ia takut papanya gegar otak dan akhirnya meninggal.

" Apa benar kau mau melakukan apapun untuk putriku, Atika?"
Tanya Jeng Sri dengan nada suara dalam dan penuh tekanan.

Jefri mengangguk mantap. Tak ada yang bisa ia lakukan di situasi seperti itu. Ia hanya bisa menurut .

" Kau harus menikahi putriku"

Jefri terpekik terkejut. Mulutnya melongo mendengar permitaan perempuan itu.
" Mana mungkin, dia sudah mati"





   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang