Bab.20

156 3 0
                                    

Langit dari sore sudah menujukan suram , mendung gelap.
Awan hitam berarak mengelayut.
Sementara angin berhembus kencang.
Membuat daun- daun bergerak- getak bergoyang liar.

Tak lama gerimis turun rintik- rintik. Langit malam terlihat tidak ramah. Malam itu benar- benar tidak menujukan persahabatan.

Jefri makin gelisah tatkala waktu menujukan jam sepuluh malam. Badannya mengigil karena rasa lelah dan gelisah. Ia tak tahu apa yang akan terjadi.

Sugiarta terlihat malah tambah kacau. Perutnya makin keroncongan karena kelaparan. Ia benar- benar lapar dan haus. Semua rasa itu, lelaki itu tahan seharian.

Jeng Sri terlihat makin tak sabar. Ia mulai bersiap. Dengan wajah masih terlihat sedih perempuan itu memengang tangan Atika mencium kedua pipi putrinya dengan sendu- sendan tangisan.

Malam itu seperti perpisahan antara seorang ibu dengan anaknya untuk selamanya.

Selepas dirasa cukup bertangis- tangisan. Jeng Sri melepas tubuh putrinya. Merelakan .

Atika terus menangis , seperti tak mau berpisah dengan ibunda tercinta.
" Ibu, aku ingin terus bersama ibu" katanya dengan kalimat mendayu- dayu penuh kesedihkan.

Jeng Sri kembali menghampiri tubuh putrinya memeluk kembali.
" Sudah cukup, kau merasakan penderitaan, ibu ingin melihatmu bahagia. Hanya ini satu- satunya jalan untuk kebahagiaanmu. Percayalah"

Jeng Sri menghapus tetesan air mata. Dikedua mata Atika. Perempuan itu mendelik ngeri, saat tahu kelompak mata dan daging dibawah mata Atika mulai mengelupas lepas.
" Lihat, Sudah terlalu lama "katanya kemudian.

Atika pada akhirnya mengangguk saat mengetahui dan menyadari bahwa tubuhnya secara perlahan mulai rusak dan hancur. " Ibu aku sayang ibu"

Jeng Sri makin kecang menangis. Untuk yang terakhir kalinya mereka sekali lagi berpelukan dengan lama.

Secara tiba- tiba Jeng Sri melepas seluruh pakaian yang di kenakan putrinya hingga gadis itu telanjang bulat. Perempuan itu juga menyuruh Jefri melakukan hal sama. Sama- sama bugil.

Jefri tak menolak, menurutnya semakin cepat dilakukan semua akan secepatnya berakhir.
Jefri mendekap dadanya merasakan hawa dingin mulai menyelimuti tubuhnya ditengah gerimis dan angin yang bertiup kencang.

" Malam ini sepertinya akan terjadi hujan badai" kata Jefri memberitahu.
" Apa tetap akan dilakukan upacara pernikahan !"

Jeng Sri mengusap air matanya. Perlahan perempuan itu membuka baju kebayanya berserta kain jarik yang ia pakai.

Jefri dan papanya tentu saja terkejut bukan main,tak mengira kalau perempuan itu tak malu- malu bertelanjang didepan kedua lelaki anak dan bapak tersebut.

Jeng Sri berbalik memperlihatkan dua buah dada yang mengelantung kepada Sugiarta.

Sugiarta menelan ludah, memandang pemandang yang seharusnya terlihat indah, tapi malam itu terasa sangat menyeramkan.

Perempuan itu menujuk pada Sugiarta untuk melakukan hal yang sama pada semuanya.

Sugiarta mundur menjauh ia mengeleng kasar. " Ini konyol dan gila, aku tak mau bertelanjang di tengah cuaca dungin dan berangin"

Jeng Sri melotot marah dan murka.
Ia sudah cukup merasa bersabar menghadapi lelaki berkepala botak dan berkaca- mata itu.

Jefri memegang pundak papanya lembut" Sudahlah pa. Kita ikuti saja kemauan dia, biar semua cepat berakhir dan selesai"

Dengan terburu- buru Sugiarta menurut membuka baju dan celana.

Dengan keadaan semua telanjang. Jeng Sri mulai memimpin ritual. Acara pernikahan Atika dan Jefri.

   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang