Bab.21

229 6 0
                                    


Sugiarta memandang ke sekeliling ruangan dapur. Matanya sibuk mencari- cari sesuatu.

Jefri berdiri dengan gelisah takut jika perempuan itu kembali muncul mengatahui mereka mendengar jeritan dan lolongannya.
" Ayo, papa, kita pergi dari rumah ini!!" seru Jefri dengan suara bergetar panik.

Sugiarta mengeleng ssesaat pandangannya teararah ke segala penjuru dapur. Matanya menangkap sebotol  dirigen tergeletak disamping kompor. Lelaki itu mengangkat dirigen membuka tutupnya. Bau minyak tanah menguar ke udara. Dan beruntungnya ia juga menemukan sekotak keciil korek api kayu.

Tanpa berpikir lagi, lelaki botak tersebut  menuangkan cairan minyak ke seluruh benda didalam ruangan dapur, dinding dapur, meja dan kursi tak ada yang luput .
Lelaki itu sudah dirasuki setan. Kobaran rasa amarah membara didadanya.

" Papa apa yang papa lakukan?" tanya Jefri mencoba mencengah aksi gila papanya.

" Papa akan bakar rumah ini, ini rumah setan!"

" Jangan Pa!"

" perempuan itu telah membunuh   mamamu!"

Cairan minyak tanah dalam botol dirigen habis tak bersisa lafi. Botol tersebut kosong.

Sugiarta menarik pelan putranya  untuk segera keluar rumah.

Dengan mantap ia menyalakan sebuah korek api, namun api korek padam tertiup angin.
Sugiarta mengambil sebuah lagi, ia menyalakan kembali. Kali ini nyala kecil api berkobar diujung korek. Ia menahan sesaat menunggu kobaran api stabil. Sedetik kemudian ia meleparkan korek api tersebut ke dalam ruangan dapur yang telah di tuangi cairan minyak tanah.

WUUUUSSSSSS!!

Api langsung menyala,  berkobaran membakar dan menghanguskan rumah kayu milik jeng Sri. Asapnya membubung ke atas  udara. Sementara kobaran api memancar menimbulkan hawa panas. Percikan api bergeletak- gelatak.

Sugiarta menyalakan mesin mobilnya . Mesin mobil pick- upnya meraung- raung sebelum mendecit- decit berlalu meninggalkan pinggiran kebun singkong milik warga desa Surodadi.

Beberapa warga teihat mulai berdatangan ke lokasi terjadinya kebakaran. Mereka bergerombolan.

       *********************

SEBULAN KEMUDiAN......

Jefri keluar dari pintu rumah dengan meneteng sebuah tas kulit berwarna cokelat.

Papanya dengan sikap berwibawa membuka pintu mobil Mazda grand.

Didepan teras rumah Berlia dan putra mereka berdiri dengan wajah terlihat sedih.

Jefri berbalik menghampiri keduanya.
Memeluk tubuh Berlia dan mencium pipi putranya . Jefri menangis tersedu- sedu . Berlama- lama.
Sementara Berlia tak bisa mencegah suaminya untuk pergi meninggalkan mereka.

" Maafkan aku, aku harus pergi" katanya dengan suara parau menahan rasa sedih dan sengsara membayangkan hari- hari yang akan ia lalui kelak tanpa kehadiran keduanya.

Mobil melaju pelan meniggalkan halaman rumah. Diiringi dengan cucuran air mata dan lambaian tangan Berlia.

Sugiarta sengaja dirinya sendiri yang akan mengatarkan putranya ke jakarta.

Mobil melaju meninggalkan daerah Gringsing menuju desa pancuran  didepan desa pancuran mobil berbelok ke sebuah Pom bensin sebentar sebelum kembali melanjutkan perjalan menuju ke pasar Plelen.

Sesampai dipasar plelen mobil mazda milik Sugiarta bersiap memasuki jalan alas roban.

Jefri mehela  napas panjang saat mobil melaju melewati tugu , monumen mobil ringsek. Ia duduk dengan gelisah mengingat kembali kejadian dimana  kuntilanak Atika  meneror dirinya yang mengakibatkan kakinya cacat permanen.
Ia menghembuskan napas  saat mobil melaju meninggalkan jalan alas roban.

Jefri tersenyum mantap, ia memutuskan pergi dari kampung halamannya ke jakarta untuk menjadi seorang.........

  PASTUR

Tamat




   ALAS ROBAN 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang