Becky perlahan membuka matanya yang masih terasa ngantuk lalu dia mengangkat tangan nya ke atas dan memandangi sekeliling isi kamar tersebut.
"Tunggu aku sekarang ada di mana?" Tanya nya pada dirinya sendiri. Dia merasa seperti pernah melihat kamar ini dan Becky mengganti posisi tidurnya menjadi duduk. Dia kembali memandangi kamar itu lagi.
"Aku ingat inikan rumahnya Richie." Kini Becky mengingat nya, dia sering menginap di tempat kakaknya dan ini adalah kamar yang biasanya dia tempati kalau menginap disini tapi dia heran kenapa bisa berada di kamar ini? Siapa yang membawanya kesini?
Becky mengingat-ingat kembali apa yang sebenarnya terjadi sampai dia bisa berakhir di rumah kakaknya. Semalam dia menemani Jaja ke pesta lalu terjadi penembakan di sana dan polisi datang. Dia ingat kalau semalam dirinya pulang bersama Freen. Mereka mampir ke kantor polisi sebentar karena Freen ada urusan di sana dan terakhir yang Becky ingat adalah dia ketiduran di sofa ruang kerja Freen.
"Jadi, kenapa aku di sini? Apa Phi Freen yang mengantarku kesini ya?" Becky pun turun dari tempat tidur nya lalu berjalan ke pintu dan membukanya. Beberapa pelayan sedang duduk dan mengobrol di dapur saat mereka melihat Becky datang cepat-cepat mereka berdiri.
"Selamat pagi nona Becky." Sapa salah satu di antara mereka.
"Pagi, jangan pedulikan saya. Kalian ngobrol saja." Balasnya. Tentu
para pelayan menjadi tidak enak. Mereka pun kembali bekerja.Becky mengambil gelas dan menuangkan air putih hangat ke dalam gelas untuk dia minum.
"Sudah puas kamu tidurnya, hmm?" Becky pun membalikkan badan nya saat mendengar suara dari belakang ternyata itu kakaknya.
Kakaknya pun menatap tajam ke arah adiknya. Tapi sang adik malah menggoda nya karena Richie memakai baju polos putih dan celana pendek.
"Awwwww kenapa suami orang bisa setampan ini. Boleh tidak saya goda tuan?" Tanya Becky sambil mengedip-ngedipkan mata nya ke arah sang kakak.
Richie pun melangkahkan kaki nya mendekati Becky dan tanpa aba-aba lelaki itu menjewer telinga Becky, memperlakukan nya seperti anak kecil karena menurut nya Becky masih seperti anak kecil.
"Aduuuh... Phi... Lepas dong sakit..."
"Sudah berkali-kali kamu di tegur mama jangan pernah pergi keluar tengah malam tapi kamu tetap saja tidak mendengarkan, untung saja semalam kamu tidak terkena tembak itu kalau kamu tertembak gimana? Kamu mau mama kita mati berdiri, hah?" Richie menarik tangan Becky untuk duduk di kursi meja makan sambil terus mengomeli sang adik.
Semenjak menikah dengan Queenay hubungan Richie dengan
mamanya kembali dekat begitu juga dengan Becky. Sifat mama nya kembali seperti dulu lagi. Dia menjadi Richie yang lebih hangat kepada keluarga nya dan dia juga membantu sang mama untuk mendidik adiknya yang nakal ini."Aku di undang Phi dan undangan pestanya malam hari yang memang hampir mendekati tengah malam. Phi Freen terlalu berlebihan tuh ceritanya. Masa Phi lebih percaya sama teman dibandingkan adik nya sendiri sih?" Dengan sengaja Becky memasang wajah sedih nya.
"Kalau punya adik model begini menurut kamu apa bisa di percaya?" Becky pun mengerucutkan bibirnya.
"Awwww hatiku sangat terluka kenapa aku merasa seperti di adik tirikan." Tangan Richie yang tadi menjewer telinga Becky terlepas dan dia mendorong kepala gadis itu dan tertawa kecil.
"Kamu pinter banget ya mengalihkan pembicaraan." Katanya sedikit kesal. Becky pun menggosok-gosok telinga nya yang sedikit perih akibat ulah kakaknya. Matanya melihat ke depan seperti sedang mencari seseorang.
"Istri Phi kemana? Biasanya juga kalian nempel terus?" Tanya nya.
"Dia masih tidur. Sudah kamu jangan mengalihkan pembicaraan kita." Suara Richie kembali galak.