Freen seketika terkejut dan tubuhnya mulai menegang. Dia bisa merasakan kalau resleting celananya di buka perlahan oleh bocah nakal yang ada di bawah sana. Astaga. Becky sungguh sangat berani.
Tangan Freen pun mencoba untuk menghentikan Becky tapi gadis itu tidak peduli, dia kembali menyentuh bagian yang paling sensitif di dalam tubuh Freen.
Ketika Freen melihat ke bawah, Becky tersenyum lebar kepada nya dengan penuh kemenangan dan detik itu juga Becky berhasil mendapatkan keinginannya. Resleting celana Freen sudah terbuka dan
tangan Becky langsung menggapai benda panjang berurat yang sudah
tegang itu lalu dia mulai bermain di sana dengan gerakan naik turun.Freen menggigit kuat bibirnya agar tidak sampai mengeluarkan suara desahan. Dia masih sadar kalau ada orang lain yang sedang duduk di kursi sana tapi gerakan Becky semakin lama semakin liar di bawah sana membuatnya tidak tahan. Lututnya pun bergetar hebat. Ya ampun, dia bisa gila kalau begini terus.
"Freen." Panggilan Heidi tiba-tiba membuat Freen dengan cepat menghadap wanita itu. Dia sedang berusaha keras agar wajahnya terlihat biasa saja.
"A... Ada apa?" Tanya Freen tidak seperti biasanya. Biasanya dia tidak pernah bicara terbata-bata walaupun hanya satu kali dan dia terkesan sangat cuek. Heidi sampai bingung karena ini pertama kalinya dia merasakan Freen sedikit berbeda ketika berbicara dengannya. Malam ini Freen terlihat sedikit lebih terbuka. Tentu saja Heidi merasa senang.
Wanita itu tidak tahu saja kalau Freen sedang mati-matian menahan desahan nya agar tidak keluar.
"Hmmm, aku ingin bertanya apakah hari sabtu nanti kamu ada waktu?" Tanya Heidi. Kapan lagi dia memiliki kesempatan seperti ini?Dia ingin mencoba untuk mendekati Freen dan dia ingin Freen melihat nya bukan hanya sekedar rekan kerja saja.
"Kenapa?" Suara Freen ketika bertanya sudah kembali seperti Freen yang biasanya namun dia masih terlihat menggigit bibirnya untuk tetap menahan agar tidak ada suara aneh yang keluar dari mulutnya.
"A ... A... Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Jawab Heidi gugup.
"Arghh..." Akhirnya Freen tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak berteriak. Teriakan nya seperti sedang menahan sakit.
Ya, Freen merasa sakit karena Becky tiba-tiba menggigit miliknya. Memang tidak terlalu kuat tapi sanggup membuatnya kaget hingga refleks berteriak. Heidi pun langsung berdiri dan menghampiri Freen di meja nya.
Freen dengan cepat mendorong Becky agar tidak menyentuh nya dulu. Kali ini Becky pun berhenti melakukan perbuatan gila nya tersebut. Kasian juga melihat kekasihnya itu menahan desahan akibat ulahnya.
"Kamu kenapa Freen?" Tanya Heidi yang sedikit panik.
"Tidak apa-apa. Hanya saja kakiku tiba-tiba merasa kram tapi sekarang sudah tidak apa-apa." Entah alasan itu masuk akal atau tidak Freen pun tidak peduli karena hanya itu alasan yang bisa dia pikirkan di otaknya sekarang.
Heidi pun berjalan semakin mendekati meja Freen. Otomatis wanita itu menarik kursi agar badan nya menempel ke dinding meja. Dia harus berjaga-jaga supaya Heidi tidak melihat kalau resleting celana nya yang sudah terbuka dan miliknya yang besar sedang berdiri tegak di bawah sana.
"Tapi kenapa wajahmu sangat merah Freen? Apa kamu merasa sakit? Atau kamu ingin pulang saja sekarang, aku akan menemanimu." Heidi semakin memasang wajah khawatirnya. Dia tidak tahu kalau di bawah sana Becky sedang mengata-ngatai nya di dalam hati karena sok dekat dengan kekasih nya itu.
"Tidak perlu, aku tidak apa-apa." Tolak Freen langsung.
"Apa taksimu sudah datang?" Tanya Freen kemudian. Dia ingin
wanita itu secepatnya pergi dari sini agar dia juga bisa segera menuntaskan rasa sesak yang masih memenuhi tubuhnya. Rasa sesak karena gairah yang harus segera dituntaskan oleh orang yang sudah memulainya. Sungguh dia merasa sangat tersiksa.