chapter 30 - terima kasih sudah ada

54 6 0
                                    

Ale

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ale.

Gue menutup koper lantas mendorongnya ke sudut ruangan. Mata gue pun teralih pada cewek berambut pirang panjang yang tengah mengepak sesuatu ke dalam sebuah kotak. Swan sedang berada di apartemen gue sejak sore tadi.

"Swan."

"Iya, Kakak." Dia menjawab tanpa menengok ke arah gue.

Gue berkacak pinggang, saat ini gue sedang berdiri di belakang Swan. Cewek itu duduk di sofa sambil masih sibuk menatap segala perintilan di dalam kotak berwarna bening itu. "Swan."

"Iya, Kak Ale." masih nggak nengok juga loh dia. Karena kesal akhirnya gue nyamperin Swan ke sofa lantas duduk di hadapannya.

"Gue manggilin lo dari tadi, Swan."

"Aku jawab loh, Kakak."

"Iya lo jawab tapi nggak nengok ke gue."

"Emang harus aku nengok ke kamu ya?" kali ini dia mendongak sambil geleng-geleng kepala. Gue mengerutkan kening kemudian menarik kotak bening itu memindahkannya ke meja. Swan terlihat nggak rela gue menjauhkan barang itu darinya. "Kak Ale, itu masih belum rapi loh. Aku juga belum masukin tolak angin, ih!"

"Nanti gue masukin sendiri. Sekarang gue mau ngomong sama lo."

"Yaudah ngomong aja. Dari tadi kamu ngajak bicara kan aku jawab." Kali ini Swan beralih menatap gue.

"Lo biasa aja ya gue mau pergi dua minggu?"

"Kan kamu kerja."

"Ya iya gue emang kerja, tapi kan gue kerjanya jauh, Swan."

"Masih Indonesia aja kok."

"Harus naik pesawat. Itu jauh namanya."

"Jakarta ke Bali dua jam, Kak. Nggak usah heboh gitu deh." Mendengar jawaban Swan benar-benar bikin gue menghempaskan punggung ke sofa. Dia kelihatan baik-baik aja mau gue tinggal ke Bali selama dua minggu penuh. Swan malah asik sendiri dengan topi dan kacamata yang ada di kotak satunya lagi, perintilan lain yang akan gue bawa ke Bali besok.

"Kamu seneng ya aku pergi jauh dari kamu?"

"Emang aku bilang seneng ditinggal kamu?"

"Ya kamu sekarang ini.. sikap kamu ini nunjukkin kalo kamu seneng-seneng aja ditinggal aku. Biasa aja gitu nggak ada khawatir-khawatirnya." Aneh banget, ini aneh banget karena gue jadi ngomel-ngomel nggak jelas. Gue jadi sebel sendiri.

Swan memutar tubuhnya lalu berhadapan dengan gue. Jarinya yang kecil itu menyentuh rambut yang belum sempat gue sisir seharian. Dia nggak bilang apa-apa dan gue juga nggak mau menginterupsi apa yang sedang dia lakukan. Gue membiarkan jari Swan yang mungil itu menyusup diantara helaian rambut. Merasakan sentuhannya yang lembut dan penuh perasaan itu. Mata gue nggak lepas dari manik coklatnya yang kini gantian menatap gue.

kala hujan turun lagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang