14. Sajadah Putih #1

2.2K 166 15
                                    

Allahu Akbar

Allahu Akbar

Suara panggilan adzan pertanda masuknya waktu sholat. Kiara yang sedang mengendarai mobilnya, ia harus singgah di masjid untuk melaksanakan sholat Maghrib. Sebenarnya Kiara niatnya ingin sholat ketika sampai di rumah saja, sayangnya kali ini jalan tidak berpihak kepadanya, hujan deras yang membasahi bumi membuat jalanan semakin macet. Ia takut ketika ia sampai di rumah, waktu Maghrib sudah habis.

Hanya menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Abian dan Haidar tiba di masjid untuk melaksanakan sholat. Seperti biasa, Abian meletakkan Sajadah nya pada jendela masjid, sedangkan Haidar ia tidak mau repot membawa sajadah jika ingin sholat di masjid.

"Abian, aku heran sama kamu. Kenapa selalu bawa sajadah putih kemana pun kamu pergi?," Tanya Haidar.

Abian tersenyum, "hmm... karena aku mencintainya"

"Huweekkkk. Ente kalo mau bucin, jangan sama sajadah juga bian!!," jawabnya sembari menepuk keras pundak Abian.

"Sudah-sudah, hayyuk wudhu." Mendengar Abian berkata 'hayyuk' membuat Haidar terheran-heran.

"Nih anak, konslet kayaknya. Yaudah lah, hayyukk. Papale papale...."

***

Setelah Kiara berwudhu ia langsung memakai mukenah putih yang Alm. Mamanya belikan. Namun ketika Kiara mencari sajadah untuk sholat, stok sajadah di masjid Al-Falah sudah dipakai para jama'ah. Bagaimana mau sholat kalo enggak ada sajadah? Masa iya aku sholat pake karpet masjid? pikirnya.

Kiara hanya pasrah jika kali ini ia sholat tanpa sajadah. Kiara yang hendak mengambil posisi duduk untuk berdzikir, sembari menunggu Imam masjid datang. Ia melihat sajadah putih menganggur pada jendela masjid.

"Alhamdulillah, akhirnya aku sholat pakai sajadah juga" ucap kiara tersenyum sambil membentang sajadah yang ia ambil.

Abian yang kebingungan dimana sajadah nya, ia langsung bertanya kepada Haidar.

"haydar hal taroo sajadah shalaati huna?". Tanya Abian kepada Haidar

"La"

"sajadah shalaati mafqudatun, ayna abhatsu 'anha?," Tutur Abian.

"Yaudah kalau begitu setelah kita Sholat Maghrib, nanti aku cari bantu Sajadah nya. Mendingan sekarang ayo kita Sholat, para jama'ah sudah menunggu kamu jadi Imam Sholat" ucap Haidar.

Abian hanya mengangguk pasrah, ia berharap sajadahnya tidak benar-benar hilang. Dikarenakan Abian dan Haidar sama-sama lulusan Al-Azhar di Mesir, mereka berdua terkadang berbicara menggunakan Bahasa Arab. Dengan diselingi bahasa indonesia juga.

Bagi Abian diantara barang yang paling istimewa hanyalah Sajadah Putihnya. Ia selalu membawa Sajadah itu kemanapun ia pergi, contohnya saja ketika ia pergi mengisi jadwal kajian atau jalan-jalan keluar bersama kedua orang tua nya atau adiknya. Karena jika sudah masuk waktu sholat namun ia masih diperjalanan, Abian langsung singgah ke masjid dan membentangkan sajadah putih yang selalu ia bawa. Sajadah Putih adalah saksi ketika Abian mulai belajar sholat bersama Ayahnya waktu ia kecil dulu, hingga sekarang Abian selalu menjaga Sajadah Putih pemberian Ayahnya. Ketika Abian di umur empat tahun, Abian selalu merengek dan menangis kencang, karena jika tidak ada sajadah putih maka ia tidak mau sholat.

*flashback on

Tepat di di hari kelulusan Abian di pesantren An-Najmi, terjadi kebakaran. Para santri pun berhamburan menyelamatkan diri mereka masing-masing. Abian yang hendak kembali masuk ke Asrama untuk mengambil sajadah nya yang tertinggal, namun ia langsung di cegah oleh Ali-Ayah Abian. Abian hanya menangis, hari kelulusan yang sangat di nanti semua nya hancur. Terutama Abian, ia harus ikhlas merelakan Sajadah pemberian Ali semasa kecilnya.

Hingga suatu hari, ketika Abian ingin berangkat ke Mesir. Ia membatalkan semuanya, Abian tidak akan mau pergi jika tidak ada sajadah putih di sisinya.

"Nak, besok lusa adalah hari kamu berangkat ke Mesir, anak gantengnya bunda jaga diri baik-baik yah" ucap Aminah-Bunda Abian.

"Maaf bund, tapi Abian enggak mau pergi ke Mesir kalo enggak ada sajadah putih" tutur Abian dengan raut wajah lesu.

Melihat putranya yang tertunduk lesu bahkan seperti orang tidak semangat menjalani kehidupan. Membuat Aminah dan Ali merasa kasihan, sehingga ia mempunyai ide untuk membuatkan sajadah baru khusus untuk putranya.

"Abian Ayah punya ide. Gimana kalau kita pergi ke pabrik nya langsung untuk membuat sajadah baru untuk kamu. Ayah sudah mencari tahu siapa pemilik pabrik tekstil yang mengelola sajadah itu. Namanya om Aldo dia teman Ayah dulu waktu di Al-Azhar Mesir" tutur Ali.

"Tapi Ayah, Abian mau corak di sajadah putih Abian dulu harus persis sama"

Setelah sampai di pabrik yang mengelola sajadah itu. Ternyata corak sajadah Abian seperti dulu mereka tidak memproduksi lagi. Hingga akhirnya Ali meminta kepada Aldo untuk membuatkan corak sajadah seperti Abian dulu, walaupun tidak sama persis.

Di bandara Abian masih menunggu sajadah nya yang masih di perjalanan.

"Ayah bunda, dimana sajadah Abian? Kok sampe sekarang belum sampai?" gerutunya.

"Sabar nak, kata om Aldo sedang berusaha mencari jalan pintas biar cepat sampai-"

"Ali! Alhamdulillah belum terlambat" teriak Aldo. "Nah Abian, sekarang kamu semangat menuntut ilmu di Mesir nya yah. Ini sajadah nya sudah jadi. Memang motif dan coraknya tidak sama persis seperti sajadah kamu yang dulu. Tapi ini khusus om buatkan untuk kamu, nih di ambil yah" jelas Aldo.

Abian yang merasa senang melihat sajadah nya sudah jadi, ia pun langsung memeluk tubuh Aldo "terimakasih om sudah mau ngikutin kemauan Abian, semoga suatu saat nanti ketika Abian pulang dari Mesir. Abian akan menjadi seperti Om Aldo, menjadi pengusaha sukses"

"Aamiin"

"Oh iya, sajadah nya kenapa ada dua?" Tanya Abian.

Ali pun membuka suara "biar kalau suatu saat nanti, jika sajadah nya hilang sudah ada cadangannya"

"Kalau sajadahnya enggak hilang-hilang? Kan sayang enggak kepake" tutur Abian

"Kamu simpen saja, untuk makmum kamu kelak" ucap Aminah seraya tersenyum.

"Makmum Abian siapa bun? Kan kalo Abian jadi Imam sholat setiap makmum sudah ada sajadah mereka masing-masing. Jadi siapa Makmum Abian?," ucap Abian yang masih polos.

"Istri kamu lah" jawab singkat Ali.

Mendengar itu membuat Abian tersipu malu. Bisa-bisa nya kedua orang tuanya sudah memikirkan itu semua.

*flashback off

***

"Abian. Sajadah shalaatika ma'a tilkalmar'ati," Ucap Haidar yang melihat sajadah Abian.

----

Vote dan tinggalkan jejak di setiap halaman guyss, biar author semakin semangat untuk up bab berikutnya...🥰🤩

💦

_Sajadah Putih_

✍️🏻Nyimas Rizki Nawal Fitria

VOTE & KOMENTAR for next part

Spam komen 🤍✨️ yang banyakk!!

Sebelum baca WAJIB Follow akun wattpad ini! :

📝Nyskiyyy_

Akun real Ig author :
@nyimasrzki_01

Akun tiktok :
@nyimaskyyy

Sajadah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang