22. Jodoh Sejak Lahir?

2.3K 174 21
                                    

Aku ikhlas jika orang yang aku
cintai pergi, mungkin saja karena dia
bukan yang terbaik untukku. Atau diriku yang terlalu buruk untuk dia?

-Kiara Kayla Ash-Shafiyah-
.
.
.

Sesampai di rumahnya Hasan melihat sang putri tampak murung.

"Kiara boleh Papa bicara sebentar?"

"Iyah boleh pa."

"Kamu masih ada rasa suka sama Abian?"

"Enggak lagi Pa. Dan nggak akan pernah" ucapnya tegas.

"Kenapa nak?"

"Kia gak pantes, kia sadar diri pa. Bukan cewek brandalan seperti Kiara yang Abian mau. Aisyah sudah memberitahu semuanya kalau dalam waktu dekat ini dia akan menikah bersama orang yang ia cintai dalam diam." Jawabnya dengan suara yang bergetar.

"Nak jodoh itu sudah ada Allah yang mengatur. Jika kita mencintai seseorang karena Allah dan itu yang terbaik menurut-Nya, In syaa Allah apa yang menjadi hak kita akan Allah kembalikan untuk kita. Selalu berhusnuzhon sama Allah yah nak." Hasan mendekat kepada anak gadisnya sembari menghapus gulir-gulir bening itu yang membasahi pipi nya.

"Jodoh itu unik. Apa yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik menurut Allah, begitupun juga sebaliknya. Allah itu Maha membolak balikan hati manusia 'yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'alaa diinik'. Jika Abian memang yang terbaik untuk anak Papa, dengan mudah Allah memberikan rasa suka, rasa cinta untuk anak gadis papa yang lagi galau ini"

"Ingat yah nak, dipersilahkan kepada orang yang mencintaimu untuk langsung bertamu ke rumah menemui papa. Karena laki-laki kesungguhannya dalam mencintai selalu dilihat dari keseriusannya. Tidak ada main belakang, tidak ada main umpat-umpatan, mencintai berarti berjuang, menginginkanmu mari berhadapan" ucap Hasan dengan tegas.

Mendengar itu Kiara tersenyum. Betapa bersyukurnya Kiara lahir di dunia ini dengan sosok Ayah seperti Hasan. Ia tidak pernah membentak, main fisik, menuntut apapun dari anak gadisnya. Bahkan jika memarahi Kiara pun, hanya sekedar menasehati dengan suara tegas nya saja. Begitu lah Hasan dan Maryam mendidik anak-anaknya.

"Terima kasih Pa. Papa sudah menjadi sosok Ayah yang hebat dan cinta pertama Kiara,"

"Sama-sama nak."

Hasan langsung menarik Kiara kedalam pelukannya.

"Assalamu'alaikum," ucap Shaka yang tampak lelah.

"Wa'alaikumussalam"

"Papaaaa Shaka juga mau di pelukk!"

Mereka yang tengah asik berpelukan. Kiara pun jadi terasingkan.

"Manja"

Hanya satu kata. Namun rasanya Shaka ingin menggantung Kakak nya itu sekarang juga.

"Iri?" Tanya Shaka menaikan sebelah alisnya.

"Sudah-sudah. Kiara istirahat yah di kamar"

"Tuh wajah Kak kia, kelihatan galau banget. Kenapa kak?"

Namun Kiara langsung pergi masuk menuju kamarnya.

Hasan membuka suara, "Shaka kamu harus selalu ada di sisi kakakmu yah. Papa yakin setelah ini kak kiara mu itu tidak seperti semangat awal dia hijrah dulu," ucap Hasan tertunduk lesu.

"Memangnya kenapa Pa? Apa yang sebenarnya yang terjadi sama kak kia?"

"Papa tidak bisa menjawabnya sekarang nak. Suatu saat kamu pasti akan tahu semuanya," kata Hasan sembari menepuk bahu anak laki-lakinya itu.

Sajadah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang