The Jail 12

3K 278 51
                                    

Haechan menjalani hari demi hari seperti biasa. Perbedaan yang terasa adalah pekerjaannya yang makin berat ditambah lagi Haechan bergabung ke kantin penjara untuk menambah pendapatannya.

Juga, hampir sebulan terakhir Haechan tidak bertemu dengan Mark. Usut punya usut, jika pria itu sedang mengurusi sesuatu karena harus 'membersihkan' citra lapas secara administratif. Meskipun tampak baik-baik saja, tak anyal jika Haechan sedikit merasa sesuatu yang janggal di hatinya.

Nana melihat rekannya itu tiba-tiba terdiam dari acara mengupas kentang, lalu menyenggol tangan Haechan untuk menyadarkannya.

"Hei," panggil Nana. Haechan tersentak lalu menoleh.

"Fokus, chan." Tegur Nana. Haechan mengangguk lalu kembali ke rutinitasnya.

Dia mengupas kentang kembali. Tetapi tiba-tiba dia malah menyayat tangannya.

"Ah!" Rintih Haechan saat pisau yang dia gunakan membuat tangannya berdarah. Segera Nana mengambil tangan Haechan lalu mengelapnya dengan lengan bajunya.

"Haechan, kok bisa seperti ini-haechan?" Teguran Nana berhenti saat dia menatap mata Haechan yang berlinang air mata dalam keterdiamannya.

"H-haechan? Sakit banget, ya?"

Kalimat tanya itu sukses meruntuhkan pertahanannya. Tangisan Haechan perlahan mengeluarkan lirihannya. Dia tidak Tau tapi ini terasa menyakitkan bagi pemuda itu.

Nana hanya bisa menepuk pundak Haechan, lalu mengangkat tubuhnya dan meminta izin untuk dibawa ke klinik.

Frizar mengamati Haechan yang masih sesenggukan kecil di depannya. Dia sedikit prihatin, Nana yang melihat itu juga sama. Perasaan pemuda itu sangat melemah akhir-akhir ini.

"Dok, dia tidak akan infeksi kan?" Tanya Nana kembali meyakinkan.

Frizar menyilangkan tangannya di depan dada, "Tentu. Tapi, tidak dengan hatinya."

Nana dengan otak mungilnya mencoba memahami sejenak kalimat aneh itu. Seketika dia menyadari setelah menyusun puzzle yang ada.

"Ah, kurasa dia merindukan Tuan Mar-hmp!" Kalimat Nana terpotong saat mulutnya disumpal.

Frizar menggelengkan kepalanya, "Jangan, nanti hatinya makin infeksi." Larang Frizar yang langsung diangguki Nana.

Frizar menatap Haechan lekat, masih ada sedih akan pembicaraannya dengan Mark sebelumnya.

Frizar merapikan klinik, lalu pintu terbuka menampakkan Mark yang sedikit sempoyongan dengan bau alkohol.

Dia menghentikan acaranya lalu menangkap tubuh Mark mendudukkan pria itu. Frizar menatap miris pada Mark.

"Kau kenapa lagi, Mark?" Tanya Frizar jengah. Ini kedua kalinya dia melihat Mark di titik terendah. Sebelumnya, dia melihat Mark yang menangis meracau setelah satu hari kematian istrinya. Sekarang, apalagi? Pikir Frizar.

Mark menutup mata, "Kau brengsek, Frizar." Mark mendorong tubuh Frizar di depannya.

"Kenapa kau menyuruhku hiks... Haechan itu Angela, Frizar. Haechan, kau buat aku menodainya..." Lirih Mark yang penuh pilu sambil memukul dada kanannya.

Frizar sedikit kaku, "A-aku tidak, aku hanya memberi saran. Kau harusnya tau mereka orang yang berbeda, Mark istrimu sudah lama meninggal. Haechan itu Haechan, bukan Angela."

Mark tertawa miris, dia menggelengkan kepalanya.

"Kau.. kau tau apa Frizar. Aku melihat jelas Haechan adalah Angela! Arghhggg aku begitu jahat kepada Angela-ku."

[END] The JailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang