The Jail 8

3.7K 337 30
                                    

"Bortahnes, Tuan Marshall memanggilmu." Panggil Cedric, salah satu sipir tangan kanan Marshall.

Semua mata menatap ke Haechan sejenak, berlalu buyar saat dehaman dari Cedric menggema.

"Segera, Bortahnes."

Haechan meneguk ludah, mencoba bangkit dengan lobang pantatnya yang masih nyeri.

'Lihat si jalang lord M itu'

'Wajahnya kukira bukan berbatang awalnya'

'Haha tapi Lord sepertinya menyukai tubuh montoknya'

'Makin terlihat jalang, lihat jalannya begitu'

'Sayang sekali kita sulit mencobanya'

Mencoba mengabaikan kicauan burung dajjal itu, Haechan terlalu kenyang menerima gosip dan ujaran pelecahan yang dibicarakan tepat di dekat telinganya. Dia perlahan sambil sedikit jalan pincang berjalan menuju pintu keluar ruang makan lapas yang cukup luas itu.

Lain hal dengan Cedric yang menatap datar seseorang yang menatapnya tajam, Nana.

"Ayo." Ajak Cedric tanpa sedikit peduli dengan Haechan yang kesakitan berjalan.

Mereka pun sampai setelah berjalan lima menit lamanya. Haechan keringat dingin menahan sakit sedangkan Cedric menghela letih. Dia pun  mengetuk ruangan Marshall dengan pola nada ketukan tertentu yang Haechan kurang pahami.

Setelahnya Cedric membuka pintu diikuti masuknya Haechan.

"Aku permisi dahulu, tuan." Pamit Cedric meninggalkan mereka kedua.

Haechan mendengus, dia capek disetubuhi sekarang.

Mark yang melihat keterpaksaan Haechan itu memundurkan kursinya, menepuk pahanya kuat bak memberi kode.

Patuh, pemuda itu pun bergerak mendekati. Dia berdiri di hadapan Mark, lalu perlahan memposisikan pantatnya yang berisi itu agar mendarat aman di paha Mark.

Mark langsung memeluk tubuh itu dan menciumi aroma tubuh Haechan yang Manis baginya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Mark tepat di sela leher Haechan.

Sedikit merasa merinding, Haechan mengangguk.

"B-baik, kurasa."

Tangan Mark melaju mengambil lengan Haechan lalu beralih ke jemarinya.

"Apa pekerjaanmu berat, hm?"

Lagi, Mark sedikit mendusel kepalanya di leher Haechan lalu menatap jemari Haechan yang sedikit terluka dan kasar karena pekerjaannya sebagai penghancur batu selama di lapas.

Haechan bimbang menjawab, dirinya seakan dijebak jika salah.

"Ini memang pekerjaanku," perlahan menjauhkan lehernya dari Mark, "oh ya, hm yang kemarin itu apakah mereka—"

"Dihukum."

Haechan sedikit terdiam, kekepoannya membuat raut wajah manja Mark menjadi kembali datar.

"Ah begitu..." Respon Haechan berlalu sambil mengingat dua orang sebelumnya diisukan 'bijinya dibinasakan' oleh sipir.

Tangan Mark bangkit merapikan rambut Haechan yang agak berantakan, menyelipkannya di sela telinga pemuda itu.

"Aku boleh tanya?"

"Hm? Anytime."

Hatinya ragu, tapi ribuan kali hal ini berputar di otaknya.

"Apakah... aku mirip dengan seseorang yang kau cintai, tuan?"

[END] The JailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang