XLI -Aku tak jatuh hanya terpeleset-

21 4 0
                                    

Bukan sekedar omongan, hari ini Adrian benar-benar merendahkan dirinya meminta ijin pada Niko untuk menggunakan jasaku. Dia merendahkan dirinya secara keren menurutku. Tak terlihat merendah justru terkesan sombong membuat semangat didadaku membara. Aku jadi ingin sedikit menyadarkan nya dari kesombongan nya itu. Tapi bagaimana caranya? Serta apa yang akan kulakukan untuk memenuhi permintaan nya itu? Aku tak pernah punya ketertarikan menerima tawaran membuat konten untuk perusahaan meskipun itu Dwijaya. Jangankan tertarik, sekalipun tak pernah terlintas dikepalaku satu pun ide atas itu. Katanya suasana sunyi di site bisa membantu ku fokus mengerjakan nya hahaha dia memperolok ku! Sungguh menyebalkan!

"Advisor dari Dwijaya itu ingin kamu membuatkan landing page website mereka". Kata Pak Juni tadi siang sewaktu memanggil ku untuk bergabung di pertemuan mereka di ruang meeting lantai atas.

"Iya Pak, saya bahkan belum bisa memikirkan apa yang bisa saya lakukan. Itu sama sekali bukan gaya saya, mendapat endorse dari korporat?".

"Tentu ada alasan khusus".

"Katanya sedang bosan dengan template yang digunakan kebanyakan perusahaan".

"Kamu pernah membuka website mereka".

"Sudah beberapa kali saya lihat, rasanya sudah bagus. Entah mereka mau yang seperti apa lagi".

"Buat saja seperti video bermain catur itu".

"Hahaha durasi hampir satu setengah jam dengan keheningan, hembusan napas yang terdengar berat, tawa penuh kesombongan serta jerit kekalahan?".

"Saya akhirnya berlangganan channel kamu gara-gara menonton itu".

"Hahaha terimakasih Pak, tapi sayang seperti nya teman bapak yang satu itu sama sekali tak tau apapun, dia tidak pernah bertanya atau membahas".

"Hmm rupanya ada yang berharap lebih".

"Harapan itu ada karena menjadi kekuatan bagi yang mempercayai nya".
Pak Juni memandangi ku lekat sampai membuat ku sedikit gugup. Lagian ini lift kenapa rasanya lambat sekali padahal cuma memanjat dua lantai!

"Tapi teman bapak sudah sukses menenggelamkan nya ke dasar palung mariana hingga tercerai-berai. Saya cuma asal bicara hehehe tolong jangan berpikir saya masih berharap ke orang itu".

Aku melihat Pak Juni kembali bereaksi tersenyum atas perkataan ku barusan.

"Cara kamu berkata 'orang itu' cukup menjelaskan betapa sebenarnya harapan itu masih mengapung dilautan luas. Jangan terlalu keras memaksa diri sendiri untuk cepat melupakan. Lalukan apa saja yang bisa menyenangkan mu saat ini".

"Kalau bapak jadi saya apa yang akan bapak lakukan?".
"Kamu kan dekat dengan Mr. Ad bukan kah itu sendiri pun bisa membantu bukan?".

"Kedekatan kami bukan seperti yang kalian pikirkan, bagaimana mungkin kami tak dekat, kami lahir dari ibu yang sama, dibesarkan orang tua yang sama, bagaimana bisa kami tak dekat!". Ah ingin rasanya mengatakan ini ke Pak Juni tapi mulutku memilih menyampaikan hal lain.

"Sayangnya meski saya sedekat itu dengan Ad, tidak akan membantu memperbaiki sakit di dalam sini Pak". Ujarku berseloroh sambil mengisyaratkan sakit didalam hati yang kembali sukses membuat Pak Juni tertawa yang kemudian menular padaku juga.

Ketika pertama kalinya menginjakkan kakiku di lantai paling atas kantor ini yaitu ruang kerja Niko, aku tertatar kenyataan bahwa memang sebenarnya tak ada celah bagiku untuk masuk dan menyatu ke dalam kehidupannya. Di sisi paling kanan meja kerjanya aku melihat penampakkan ornamen kemudi kapal yang tak sengaja pernah kulihat didalam postingan instagram Nadia. Arrgghhtt Niko bajingan! Umpatku dalam hati. Karena hati yang terlanjur terpantik api, aku seketika menjadi Khalila si Pahit lidah! Ruang meeting itu seakan menjadi arena pertempuran antara aku dan Adrian. Entah ini adalah bagian rencananya atau tidak, pembicaraan kami berakhir dengan kekalahanku seperti biasanya serta meningkatkan kharisma seorang Adrian hingga Niko tak mendapat kesempatan untuk menyela apapun yang kami bicarakan. Dia tak bisa menyela atau dia memang tak tahu apapun tentang pekerjaan ku sebagai pembuat konten. Dia bisa memberi reaksi suka atas semua postingan Nadia, lalu dengan manisnya berkata menyukai ku dengan caranya sendiri hahahahaha padahal tidak tahu apapun tentangku! Huft, cepatlah senin! Aku ingin segera berangkat ke site! Aku sudah tidak punya kekuatan mengetahui kejutan-kejutan lain dari kenyataan bahwa dia memang tidak bisa menggeser tahta Nadia dihatinya. Niko si bajingan egois! Berhenti menebarkan racunmu jika kau tak bisa memberiku penawarnya!

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang