XXXVIII -Mood swing-

27 3 0
                                    

"Pada saat-saat tergelaplah kita harus fokus untuk melihat cahaya." - Aristoteles.

Story whatsapp pak Irfan luar biasa memotivasiku di pagi buta ini. Langkah kaki ku yang berat untuk kembali ke apartemenku membuatku terbiasa berada dirumah orang tuaku. Bukannya apa-apa, sejujurnya aku masih marah ke si rubah yang entah datang darimana yang mengacaukan suasana hatiku akhir-akhir ini. Aku takut jika mendadak terserang luapan emosi ku yang tertahan pada orang itu semisal kami berpapasan. Entah di koridor atau di area parkir, tempat-tempat sepi yang bisa sewaktu-waktu menggodaku untuk menuntaskan amarah ini.

Subuh aku kembali ke apartemenku untuk sekedar mandi dan bersiap ke kantor. Benar saja, belum beberapa meter memasuki area parkir aku melihat orang itu. Mr. Ad yang menyebalkan itu sedang berjalan menuju mobilnya. Menyadari tipe mobilnya yang satu level di atasku menambah kadar emosi ku pada rubah ini. Hanya saja ada sedikit tanda tanya melintas dikepalaku kenapa dia masuk ke mobil melalui pintu sebelah kiri. Siapa yang berada disebelah kanan dan menyetir mobilnya?

Selesai menyantap burger dan secangkir teh hangat, aku duduk bermalas-malasan di kamarku. Mengintip sinar matahari yang cukup terang di pagi yang tak senyaman biasanya dan baru menyadari bahwa burger yang baru saja kumakan adalah makanan pertamaku sejak sore kemarin. Awalnya aku cukup tenang setelah kami saling melambai kan tangan dan masih bisa berpamitan dengan senyum. Nyatanya semalaman aku tak mampu mengatasi rasa tidak nyaman yang mengendap didalam dadaku. Bukankah ini adalah keputusan terbaik bagi kami? Bahkan semalaman mencoba memikirkan Nadia pun tak bisa khusyuk. Berapa kali sudah aku menghela napas. Perlukah aku medical check up untuk mengecek apa ada gangguan di rongga pernapasanku? Mengancingkan kemeja dengan gerakan slowly motion sambil berpikir entah bagaimana Khalila melewati tadi malam serta bagaimana pertemuan kami nanti.

Beberapa dokumen yang kemarin terpending sudah selesai ku periksa dan tanda tangani. Menyisakan satu dokumen proposal kegiatan gathering HUT yang baru pagi ini kuterima dari Pak Dian. Secara garis besar itu adalah perencanaan yang matang dan sempurna, sayangnya aku bukan orang yang mudah terpuaskan. Aku mengundang Pak Dian, Juni bersamaan dengan semua tim HR dan SHE yang terlibat untuk ke ruang meeting siang nanti. Sungguh ini bukan alasan untuk bertemu Khalila, bukan, aku bahkan tak terpikirkan itu. Aku sedang sibuk sekarang.

Sebuah pesan whatsapp masuk dari Pak Irfan menanyakan kesediaan ku untuk zoom meeting atas proyek WBD Dwijaya. Cukup mengejutkan tak memakan waktu lama setelah pendaftaran tender sudah ada feedback dari Dwijaya. Karena saat ini aku sudah tak terlalu sibuk, aku mengabari Pak Irfan bahwa aku bersedia. Tak berselang lama sebuah link zoom meeting masuk ke email ku dan langsung buka tautan tersebut. Mendengar ucapan selamat bergabung di meeting resmi pra-tender proyek WBD Dwijaya Group, moderator menyebutkan beberapa nama perwakilan peserta meeting. Dengan seksama ku simak siapa saja calon pesaingku sambil menghitung elektabilitas mereka terhadap Utama Group. Aku memasang wajah datar saja walaupun sedikit tenang karena Utama Group punya potensi lebih besar untuk mendapatkan proyek ini. Sekarang saat nya menganalisa wajah-wajah perwakilan perusahaan-perusahaan itu saat masing-masing kami memperkenalkan diri. Beberapa dari mereka tak asing bagiku, ada juga beberapa wajah baru dari perwakilan BUMN yang secara kasat mata patut di waspadai. Sedangkan perwakilan Dwijaya, lagi-lagi dia, apakah selain menjadi Advisor dia juga merangkap jabatan sebagai Project Manager?

Mr. Ad memperkenalkan dirinya sebagai Ad. Dia meminta maaf karena mengundang meeting dadakan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kemudian menyatakan bahwa dia yang bertanggung jawab penuh atas setiap keputusan terutama untuk proyek WBD. Tanpa menyebutkan jabatannya apa, dia sukses membuat orang-orang terkagum pada kesan pertama perkenalannya yang singkat dan berbobot serta misterius. Dia memaparkan tahapan-tahapan seleksi awal yang prosesnya dilakukan secara online. Kemudian proses selanjutnya mulai dari review dokumen sampai presentasi akan dilakukan offline di tempat peserta tender. Mendengarkan orang ini menjadi sangat serius saat membahas pekerjaan berbanding terbalik dengan kejadian beberapa hari lalu. Dia menjadi orang yang berbeda.

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang