XX -Tantangan-

28 3 0
                                    

Kembali di hari Rabu. Aku baru saja selesai mendengar paparan para Manajer di Rapim bulanan hari ini dan aku menghubungi Nessi, Kakakku. Berbagi keluh kesah selama menggantikannya, menceritakan betapa lihainya orang-orang tadi menampakan cover sempurna atas kurangnya performa di bulan kemarin. Nessi terkekeh dan mengamini ceritaku. Menurutnya diantara semuanya memang kinerja Juni sajalah yang selalu melampaui target. Sementara yang lain fluktuatif. Tapi Nessi meyakinkan ku bahwa semuanya sudah berusaha keras. Memang saat ini iklim bisnis terus bergeser. Tak boleh lekas berpuas diri dan lengah karena pesaing mu ada dimana-mana.

"Sudah lu cek siapa aja yang ikut di projek West Borneo Districts?".
"Masih belum final, baru kita dan Superinsco kayak nya".
"Itu projek taruhannya gengsi loh, Dwijaya Grup sangat selektif memilah kandidat".
"Lu kasih ini ke gua, sementara lu juga ga pernah berhasil nembus Dwijaya". Sahutku yang dibalas tawanya yang meledak.
"Apa yang kita tawarkan hanya sedikit lebih rendah rate nya dari Superinsco, gue juga masih merasa penasaran sih". Sahutnya.
"Memang secara koneksi, kita belum punya advisor dari Dwijaya yang bisa dipegang sih, harapan gue, Lu kan sekarang yang pegang kendali, Lu lah gimana caranya pendekatan ke mereka". Tambahnya.
"Berarti cuma Bokap yang pernah sukses pegang proyek mereka dua kali berturut-turut ya?". tanyaku.
"Yes! ", Sahutnya mengakhiri video call kami sembari menyarankan ku sedikit lagi meminta pencerahan dari Bapak.

Kubuka website Dwijaya Grup, mempelajari detail yang siapa tahu terlewat saat pengajuan tender dua tahun lalu. Luar biasanya mereka benar-benar menjaga privasi. Tak ada satupun nama Direksi mau Direktur atau CEO dituliskan di website nya layaknya perusahaan besar lainnya. Ku bandingkan dengan website perusahaan kami Utama Grup, terpajang disana wajahku sebagai Direktur, juga nama beberapa komisaris. Ah kenapa aku merasa malu sendiri. Ada baiknya juga sedikit misterius biar punya kesan mahal seperti Dwijaya.

Mendekati jam makan siang, aku menelepon Bapak dan kemudian pergi mengunjungi nya di rumah. Beliau menanyakan kenapa aku yakin akan dibantu kali ini, bukankah Bapak tidak mengurusi perusahaan lagi. Maksudku aku tidak berharap dibantu banyak, hanya kisi-kisi saja agar kuhadapi dengan apa tantangan didepan ku nantinya. Kemudian yang ada aku malah disuruh menikah. Menyesal rasanya datang kesini. Minta saran tapi di tagih memberikan menantu! ckck. Permintaan seenaknya itu membuat ku memasang tampang masam saat berpamitan. Dan Ibu berkata

"Coba Ibu nya dikenalkan sama yang kemarin liburan bareng..... Berhentilah bermainnya". Mataku melebar, darimana mereka tahu Khalila? Juni? Nessi? Aku menyipitkan mataku penuh selidik menatap Ibuku.

"Kapan itu Ibu lihat kamu di mall sama dia, kemudian di apartemen mu, Ibu baru datang Cewek itu pergi, terus terakhir Bapak tak sengaja melihat layar laptop mu isinya foto-foto hasil screen save CCTV kantor, cuma terfokus di satu wajah....".

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, hahaha kok jadi begini sih,,, Aku gelagapan sendiri.
"Belum waktunya", sahutku.
"Niko pamit". ujar ku kemudian.
"Assalamualaikum". Aku cium tangan keduanya dan bergegas kembali ke kantor. Astaga apa-apa an ini, terlalu nampak rupanya hahaha. Dari kaca mobil kupandangi orang tuaku tersenyum sambil geleng-geleng. Rupanya aku menambah beban pikiran mereka kembali. Sayangnya ini masih Rabu, Khalila belum waktunya kembali ke kantor. Hari ini jatah libur sekembalinya ia dari field trip.

Ingat akan perkataan ku akan menangkap dan tak melepaskan nya. Aku mengembangkan senyumku sepanjang jalan. Rasanya malas kembali kekantor. Harus kemana aku? Ku menepi sebentar kemudian memeriksa google drive ku. mencari suatu dokumen, membacanya, menggigit bibirku dan memacu mobil ku kesuatu tempat. Seketika hawa hari yang panas ini berubah segar ketika mobilku berhasil mengantarkan ku ketujuan. Ada seseorang yang kurindukan di tempat ini. Dan itu orangnya. Duduk sendiri di kursi bawah pohon sambil menggerutu. Memutar-mutar handphone nya menggeleng-geleng kemudian memandang awan. Menggemaskan sekali.

"Sudah makan?". Sapaku.
Dia tampak kaget, matanya membesar seperti biasa berkedip beberapa kali dan tergagap. Entah apa dia juga gugup seperti ku atau tidak.

"Kalau belum, ayo bareng". Tambahku kemudian.
"Gak bisa, gue ga bisa kemana-mana". Sahut nya.
"Lu buruan pergi, bahaya lu disini". Katanya sembari mendorong ku kembali ke arah mobilku terparkir. Baru saja aku memutar otak menerka apa yang terjadi, tiga orang tua keluar dari pintu samping rumah. Salah satunya memanggil Khalila.

"Sayang,, Mamah Papah balik dulu ya sayang.....'' Setengah terbata menyelesaikan perkataannya, Seorang wanita mendekati Lila.

Berkali-kali kejutan yang kudapat di hari rabu ini. Tak menyangka secepat ini semesta mendekatkan ku dengan orang-orang penting di kehidupan Khalila padaku. Mereka orang tuanya, sepasang suami istri dengan penampilan bersahaja namun meninggalkan kesan sangat elegan. Menyalami Ibunya aku mendapat sambutan hangat ala ibu-ibu pejabat. Sedang Bapaknya terlihat dingin dan tenang tapi beberapa kali terkesan menelisik ku seakan menilaiku. Aku maklum, karena tak ada seorang ayah pun di dunia ini yang mudah melepaskan putrinya dengan sembarang orang. Sudah kulihat itu dulu sewaktu Nessi membawa suaminya pertama kali ke rumah.

Kudengar Lila di ceramahi karena kepergok mau mengusirku tadi siang. Akupun memaklumi perlakuan nya. Dia pasti sangat ketakutan seperti yang kurasakan tadi siang. Kuperkenalkan diriku sebagai rekan kerja Lila, tapi dari sudut pandang orang tuanya tak bisa di kelabui. Mereka sepertinya mengerti kondisi kami saat ini. Kondisi yang belum pasti. Bukan belum pasti, maksudku mendatangi nya siang tadi malah untuk memastikan. Keadaan saja lah yang sedikit tak terelakkan. Aku ingin menangkap ikan ku dan membawanya pergi.

Setelah mobil penjemput membawa kedua orang tuanya ke bandara Lila bercerita orang tuanya akan kembali ke Jakarta hari ini. Mereka hanya sebentar menemuinya demi melepas rindu karena hampir lima bulan tak bertemu. Ia meminta maaf atas perlakuan tidak sopan nya padaku. Ia hanya takut orang tuanya salah faham dan menuntut nya lebih tanpa ia tahu justru yang ia lakukan tadi siang malah membuat siapapun akan salah faham. Permintaan maaf juga kusampaikan padanya karena mengunjungi nya tanpa mengabari terlebih dahulu. Dan kami pun akhirnya bicara tentang ikan.

"Kuanggap kita berdua sama-sama ikan yang juga sama-sama sudah memakan umpannya. Kataku.

"Kurasa aku ikan dan kamu nelayannya". Balasnya.

"Baik, kalau begitu kamu ikan dan aku danau nya. Aku akan jadi pemenuh semua dahaga dan laparmu".

"Jadi ikan nya mau kamu apakan? bisakah kita berhenti ber analogi tentang ikan? Biarkan dia bersenang-senang menikmati kibasan sirip dan ekornya yang anggun". Tambahnya.

Aku memandang nya lekat dan berkata.

"Bisakah aku menempati ruang kosong dihatimu?".

Dan aku terbangun dari tidurku saat handphone ku berdering. Pak Irfan advisor untuk tender Dwijaya Grup menghubungi untuk mengajak diskusi.

"Setengah jam saya kembali Pak". Kataku menutup panggilan. Aku tertidur di mobilku. Bayangan menemui Khalila, bertemu orang tuanya dan menyatakan perasaan ku padanya tadi ternyata hanya mimpi! Bisa-bisanya aku tertidur dan bermimpi begini! Serta kemana pula sih orang yang sedari tadi ingin kutemui? Sesuai yang tertera di CV nya, harusnya alamat tempat tinggalnya betul rumah oranye yang kupandangi ini. Walau tidak ada nomor rumahnya tapi aku yakin ini rumahnya. Rumah ini yang paling sesuai deskripsi, ada paviliun bertingkat di sampingnya. Di paviliun itu harusnya dia berada. Apa kutahan rinduku ini sampai besok? sepertinya aku tak mampu bertahan sampai besok. Aku sekarat! Dia penawar ku! Astaga lebay nya kamu NIKO!! Baru saja aku ingin membelokkan mobilku kembali ke kantor, sebuah mobil yang kukenal melewati ku sampai ke ujung komplek perumahan ini. Terpaksa kuikuti, karena aku yakin pengemudi Lexus itu adalah dia. Mobil nya berhenti di sebuah rumah cantik di ujung komplek. Rumah yang sangat cantik dan anggun. Dengan desain ala Kalimantan namun dengan polesan modern. Atap depan rumah yang bersilang sebagai simbol bahwa sang pemilik rumah adalah masyarakat asli suku di Kalimantan. Nomor rumah yang sama dengan alamat Khalila, serta paviliun disampingnya yang di desain layaknya tempat tinggal putri Disney. Dan benar sekali, ketika kemudian sang putri Disney keluar dari kursi penumpang disebelah kiri? lagi? Aku memicingkan mataku memastikan. Siapa yang mengemudikan mobilnya.

Disinilah aku seperti Dejavu. Terhenyak dan kembali merasa tertipu pemikiran ku sendiri. Sang siluman rubah ekor sembilan itu kembali. Sang mantan yang belakangan adalah satu-satunya orang yang mengusik kedamaian ku, serta sepasang orang tua dari kursi belakang. Ini maksudnya apa? Yusuf dan kedua orang tuanya Khalila kah? Lantas bagaimana dengan ku? Aku nelayan kelaparan yang baru saja berhasil menangkap ikan impian ku,,, saat laparku tak tertahankan haruskah ikanku kurelakan??

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang