XXXIII -Berjalan Diatas Pecahan Kaca-

34 4 0
                                    

Lihatlah dia huh dengan apa aku harus menyebutnya kali ini. Legolas? huh apaan legolas setelah kuamati dengan objektif tentu saja dia masih jauuuh sekali tertinggal level gantengnya dari Orlando Bloom pemeran legolas! Nelayan yang menawan? Ahahahaaha gak ada tuh menawan-menawan nya! Sial!

Melihatnya aku tak tau apa yang membuat dadaku berdegup kencang. Khawatir? Marah? Emosi yang tersulut cemburu? Atau malah rindu? Menjengkelkan! Ini cuma aku yang merasakannya! Cuma aku yang gugup! Dia menatapku lekat tepat dimataku dan memberiku senyuman manisnya yang aku yakin mampu meningkatkan kadar gula dalam darahku.

"Kamu sempat tidur? Makan? Gak pusing sepagi ini udah dikantor?". Kataku memulai obrolan sambil menyilangkan kedua tanganku. konon katanya melipat atau menyilangkan tangan di dada bermaksud untuk memberikan rasa nyaman pada diri kita sendiri walau sebenarnya juga memberi kesan sedang tidak ingin diganggu, sedang marah, dan tidak nyaman. Tunggu! Aku khawatir sama dia? Hahaha masih khawatir? Khawatir ini jenis penyakit apalagi? Dia tidak mengkhawatirkanmu Khalila!!

"Tidurku cukup sayang, aku sudah makan dan aku baik-baik saja. Satisfied?".

Sayang sayang, apaan masih manggil sayang. Kalau sayang gak mungkin aku di abaikan! Hiks! Sayang palsu!! Tiba-tiba aku seperti berhalusinasi ada malaikat kebajikan di sebelah kananku memberiku nasihat dan kebijaksanaan untuk mencoba lebih memahami dan mengerti perihal Niko. Menyuruhku sabar demi meraih buah manisnya rasa sabar.

"Mengulang pesanku, maaf kemarin mengabaikanmu, as I said This project makes me suffocate sayang. Dan jujur saja Advisor dari Dwijaya sungguh push me beyond my limits. Maaf berkata dia terobsesi sama kamu. I'm just worried".

Aku memasang wajah datar mendengarnya. Andai aku tak mendengar cuplikan rekaman pembicaraan sialan itu mungkin aku percaya aja proyek ini mencekikmu Niko! Tapi kamu tercekik karena masa lalumu bukan proyekmu!

"It's OK Niko, fokus dan dapatkan proyek itu. Lagipula seberapa berpengaruh seorang Advisor dari empunya proyek terhadap keberhasilanmu? Have you lost your confidence? Once again, he might have obsesion with you nor something only you know?".

Tebas Lila! Tebas! Jangan mau dikibulin Mas Gollum! Aku berhalusinasi lagi melihat jelmaan beberapa Gollum kecil yang melompat berkeliaran di sekitar Niko yang mengisyaratkan Niko sama dengan mereka, kadang baik, kadang jahat, atau lebih tepatnya egois!

"Kepercayaan diriku masih kumiliki sepenuhnya sayang, dan betul harusnya aku menemui CEO nya saja daripada Advisor nya. Tapi informasi yang dikumpulkan tim terkait Dwijaya Group sungguh jauh dari kata cukup. Ini saja syukur sudah bisa bertemu dengan Advisor nya yang memang diluar dugaan mengetahui ku lebih banyak dari yang kukira. Yang kutangkap dari sikapnya mungkin saja dia ingin menjauhkan kamu dariku....".

Mendengar itu napasku berhembus cukup berat. Rupanya Niko belum tahu siapa yang ia temui. As info Niko, orang yang kamu temui kemarin itu CEO nya bukan Advisor nya. Dwijaya tidak pernah punya Advisor, setahuku. Aku menggusap dahiku yang sedikit terasa hangat.

"Aku mengenalnya dengan sangat baik, ya betul memang sepertinya dia berniat menjauhkan kita. Tapi bukankah harusnya dia punya alasan kuat melakukan itu?". Aku menunggu jawabanmu Niko!

"Sekuat apapun alasannya bukankah kurang elok mencampuradukan urusan personal dan bisnis?".

"Have you asked him?".

"He rejected to answer".

"Iya sih, orang itu memang sekokoh lempengan baja purbakala. Dia itu ibarat ujian kelulusan yang soalnya pilihan ganda semua! Jika jawabanmu tidak tepat maka sudah jelas kau tak akan dapat nilai". Ungkapku teringat bagaimana akupun jarang bisa memenangkan perdebatan dengan Adrian.

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang