VIII -That feel?-

50 4 0
                                    

Sudah setengah jam aku menunggu pasangan mesum itu disini. Setahuku dari update akun sosmednya Juni harusnya sudah di bandara ini sejak sejam yang lalu. Otakku memikirkan bahwa kedua orang ini sedang melakukan sesuatu di salah satu sudut tempat disini apalagi mereka sudah terpisah berberapa bulan. Dan aku paham betul bagaimana tergila-gilanya sahabatku ini terhadap kekasihnya. Tak seperti aku yang tak pernah tahu bagaimana hebatnya tergila-gila kepada seseorang. Aku menjalin hubungan pun hanya karena aku tertarik pada fisiknya. Aku menyukai kecantikan, kelembutan dan eksotisme seorang wanita. Tak sulit bagiku mendapatkan itu. Mereka akan datang dan dalam sekejap jatuh kedalam pelukanku. Aku sedikit teringat Nadia. Wanita yang sejauh ini adalah yang paling sempurna yang pernah kudapatkan. Aku bahkan rela meninggalkan kebiasaan menebar pesona ke semua wanita saat ia bersamaku. Tapi setelah bersamanya, lagi- lagi aku merasa biasa. Hanya karena menghargai sikap lemah lembut dan ketulusannya lah aku rela menjadikan dia satu-satunya wanita disisiku selama tiga tahun belakangan. Tak genap tiga tahun sih, kami terlalu sering putus nyambung. Dan selama itu aku tak bermain dengan wanita lain saat ia denganku. Kecuali saat kami berjauhan, naluri petualangku tak bisa kuhentikan.

Setelah beberapa minggu aku resmi tak berpasangan. Rasanya biasa saja, aku bingung kenapa orang-orang menjadi rendah diri jika tak punya pasangan. Padahal sungguh, lebih bebas dan menyenangkan rasanya sendiri. Akhirnya kutemukan sahabat mesumku ini sedang sarapan di salah satu eksekutif lounge bandara ada Khalila juga! Apa yang dia lakukan disini? Dengan penampilan yang terlewat santai dia terlihat begitu bersahaja dan manis menyegarkan mata dan hati. What? hati? You know am just kidding right? Haha.... Aku mengambil tempat duduk disebelahnya dan menyimak saja obrolan mereka yang terlalu asyik untuk disela tanpa berkomentar apapun hingga Juni dengan lincahnya ngajak Khalila liburan bareng dan dengan setengah paksaan juga dari Metta, ceweknya Juni yang ternyata mengenal Khalila. Khalila dengan sengit menolaknya. Ya aku mengerti, mungkin dia belum merasa nyaman bersama kami apalagi terlihat dia agak tak enak saat Juni menjodohkan kami saat field trip!

Huh... Aku masih merasa tak nyaman saat dia terang-terangan lebih memilih Juni daripada aku. Kali inipun sepertinya Khalila bersikeras tak mau ikut, ada saja alasan aneh yang dikemukakannya seperti kamar berantakan, belum kelar baca komik, masih otw nonton drakor, mau belajar naik motor, sedang tak ingin kemana-mana, tak bawa baju! Ada benarnya sih, tapi jujur kali ini aku ingin dia ikut! Terlepas dari keinginan bersikap santai, i wanna get a little close with her! Like a friend, only friend!
Pengumuman check in open untuk penerbangan kami sudah terdengar. Metta masih merayu Khalila secara tak langsung aku berharap ia berhasil merubah pikirannya dan ikut bersama kami tapi ia tak terkalahkan dan berniat melarikan diri dari kami.
Kulirik Juni, dia hanya mengangkat bahunya dengan cuek hoho ini drama sekali! Dia tak berkomentar apapun hanya dari mata nakal dan senyumnya yang licik itu aku tahu ia sedang ikut menggodaku secara tak langsung.

"Daripada lu nangis sambil meluk bantal ngabisin satu dus tisue hanya untuk mengenang Yusuf, mending lu have fun sama kita...".
Who is Yusuf? Ada rasa aneh terbesit saat kumendengarnya. Jelas sekali kalimat itu tertuju ke Khalila! Metta seperti mengupas sedikit demi sedikit tabir Khalila! Yes, I wanna know more about you Lila Jariku seperti kesurupan bermain lincah di screen smartphoneku. Yes, Issued dan langsung kutunjukkan ke Khalila. Aku gemas sekali melihat reaksinya. Mata membesar dan mulut yang hampir terbuka lebar tapi langsung ia tutup dengan topinya. Aku suka reaksi ini! Belum cukup, tanganku dengan terampilnya mengambil dompetnya yang tergeletak dimeja dan memasukkan ke kantong celanaku. Haha coba saja kalau dia punya nyali mengambilnya. Aku sungguh menikmati menggodanya! Ini menyenangkan. Juni terlihat kaget dengan tingkahku. Kuangkat bahuku sambil meliriknya, kemudian Juni tertawa dan menggeleng-geleng kepalanya. Bagi kalian yang sedikit suka bermain api tentu tahu bagaimana sensasinya ketika penasaran akan seseorang yang baru dikenal. Ditambah lagi seseorang itu begitu menyenangkan untuk dipandang...

Dan disinilah aku. Duduk di dalam kursi pesawat dengan Khalila disebelahku. Perjalanan selama satu jam lima menit ini akan kumanfaatkan semaksimal mungkin menggodanya hahaha, entah apakah otakku ini sudah terlalu bermasalah? ingin menjauhinya tapi malah terlihat seperti makin berusaha mendekatinya.

"Lu udah pernah ke Derawan sebelumnya?". Ehm memang penuh basa basi sekali aku ini.
"Ini yang pertama kali, Pak. Bapak kok liburannya milih derawan?".
"Khalila, panggil Niko aja, itu perintah!".
"Huh, baiklah Bapak Niko yang terhormat, ups Niko aja maksudnya". Ia mendelik kearahku, mendengus, melempar pandangannya ke jendela dan tertawa kemudian.
"Nah gitu, please deh gak usah jaim sama gue".
"Gak jaim sih, belum terbiasa aja. Lagian gak sopan kalo manggilnya pake nama doang".
"Mau menjaga kesopanan? Mau saran, panggil aja aku kakak hahaha,,,,".
"Amit-amit....hahahaha".

Pengumuman bahwa pesawat akan segera landing membuat obrolan kami terputus. Aku terperangah lagi saat mengetahui dia ternyata takut naik pesawat. Terlihat dari bagaimana dia memejamkan mata dan menggenggam erat pegangan kursinya saat pesawat di posisi landing.
"Ah, ada gitu zaman sekarang yang phobia naik pesawat", celotehku yang dibalas sikutan darinya.
"Pantas tadi ngotot ga mau ikut, lain kali lu dibagasi in aja hahaha".
"Ah rese lu!". Sahutnya dan meninggalkanku untuk bergabung dengan Metta sementara aku dan Juni masih menunggu bagasi.

"Bro, apa gua salah tanggap ato lu lagi nyari pelampiasan pasca putus?".
"Haa menurut lu?".

"Please deh bro, sekantor? Hello.... Klo ntar dia patah hati sama lu trus dia resign gimana? gue ga mau kehilangan anggota!!!".

"Bukannya lu mau jodohin gue sama dia? Lah ini sudah, lanjutkan bro". Kerlingku ke Juni.

"Lah kan gue becanda doang broo". Selorohnya sambil menepuk kepala belakangku.

"Tenang aja bro, gue ga bakalan punya affair sama orang kantor, ga enjoy bro hahaha".

"Tapi kalo lu serius ya gpp juga sih, jodoh kan ga pandang bulu, hahahahaaa tapi gue ga yakin dia ga bakalan mau sama lu hahaha".

Ah sahabatku ini memang paling bisa mangaduk suasana hati. Dia ga cuma bisa bikin aku keki, serius, salah tingkah, tapi juga bisa bikin badmoodku hilang dalam sekejap. Hey apa maksudnya Khalila ga bakal mau denganku? Juni,,,,,,!!! Doktrin apalagi ini?? Sungguh meresahkan mental!

Aku tertidur lumayan lama. Mataku langsung segar mendapat suguhan bentangan laut biru didepanku. Seperti baru di charge, tanpa lelah aku memutuskan untuk berenang sendiri. Ini kali ketiga aku kesini, pertama kalinya sewaktu dulu Nadia meminta ulang tahunnya dirayakan disini bersama teman-temannya. Bayangkan saja hampir semua watervilla kusewa demi menyenangkannya. Aku tersenyum mengingat bagaimana aku berusaha membuatnya senang padahal perasaanku padanya tidak begitu spesial.
Byuuuuurr
Juni dan Metta bergabung denganku dia air. Aku langsung teringat Khalila mataku mencari-cari nya. Kemana dia?

"Aha, nyari siapa lu".
Ah Juni mulai lagi.
"Lila tadi jalan sendiri, ga tau kemana". Ujar Metta, aku masih melihat kesana kemari mencari sosoknya tapi tak kutemukan. Kuputuskan keluar dari air dan berusaha mencarinya. Akupun heran kenapa aku harus repot mencarinya. Aku menepuk kepalaku, seingatku aku tak melihatnya sejak kami sampai di Derawan.

Aku makin gelisah dan bolak balik mencoba meneleponnya dan handphone nya ga aktif! Tak kuhiraukan ledekan kedua orang sahabatku. Aku ingin ia disini sekarang!
"Santai bro, paling disekitar sini aja dia".
"Kok lu pada ga ngerti dia kemana sih? Kalo dia nyasar gimana?".
"Ga mungkin dia nyasar. Lu kayak bapak-bapak yang kehilangan anak gadis sih?".
"Juni! Sempet-sempetnya lu becandain gue".

Cemas, tak tenang, aku lari menyusuri jembatan kayu kesana kemari namun tak juga menemukannya. Sebenarnya aku bingung ada apa denganku? Khalila itu siapaku kenapa harus begitu peduli padanya? Ku teguhkan hatiku agar tak memikirkannya lagi namun degup jantungku semakin kencang karena belum menemukannya.

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang