XI -Titik titik-

39 3 0
                                    

Masih jam 5 waktu indonesia tengah dan aku sudah terjaga. Aku bermimpi di cium oleh Niko... Arggghhtt tidaaakk orang itu sudah memasuki alam bawah sadarku!!! Tapi aku benar-benar seperti merasakan kecupan lembut dibibirku. Rasanya seperti nyata! Ku raba bibirku dan mencoba mengingat mimpi indahku itu. Ahh Lila yang malang! Pantas saja aku memimpikanya, aku masih mengenakan jaketnya saat tidur. Hey seingatku aku tadi malam masih di sofa depan! Dia kah yang mengangkatku kesini? Senyum terkembang diwajahku. Aku melihat pantulan cewek genit sedang menatapku si cermin. Aku keluar dari kamar dan menemukan Niko tidur di sofa. Nyenyak sekali tidurnya, suka melihatnya begini. Kuselimuti dia dengan jaketnya dan meninggalkannya keluar. Di kejauhan kulihat Metta dan Juni jalan-jalan menghirup udara pagi. Masih dingin dan agak gelap namun aku memutuskan bergabung bersama mereka.

Hari ini tak banyak yang kami lakukan. Hampir setengah hari hanya bermain air. Niko, Metta dan Juni bertiga mereka snorkeling, aku hanya melihat dari atas. Aku tak ikut karena masih trauma karena dulu aku pernah tersedak air laut.
Aku hanya berenang di dekat villa, mereka juga bergabung, sungguh ini liburan dadakan yang menyenangkan buatku dan rasanya cepat sekali berlalu. Kami akan segera kembali. Aku dan Metta berencana akan kembali duluan tapi karena ada hal penting dan mendesak akhirnya kami berempat menyudahi liburan ini.

Dibandara Niko menawarkan diri untuk mengantarku tapi kutolak.

"Gue bawa mobil". Kataku, kuliat reaksi kagetnya.
"Gimana kalo lu yang anter gue pulang". Balasnya kemudian.
"Oke, temenin gue ambil mobil". Kataku. Kami berjalan beriringan menuju tempat parkir. Lagi-lagi aku melihat reaksi kagetnya.
"Kamu kekantor kok ga bawa mobil?" tanyanya seperti penuh selidik.
"Ini mobil Andi tetangga gue, gue kemaren gagal jemput orang di bandara". Jawabku.
Hufft aku sudah berbohong soal gagal jemput orang ke Niko, kebohongan kecil yang masih melekat di otakku. Bukan gagal jemput, tapi salah bandara,, maafkan aku hikkss.

Yang terjadi kemudian adalah aku yang kaget mengetahui Niko tinggal sendiri di sebuah apartemen yang lumayan mewah.
"Baguskan view nya". Katanya.
"Lu kan punya rumah disini kenapa ga tinggal dirumah?". Tanyaku.
"Gue pengen bebas, tapi kadang weekend gue pulang kok". Jawabnya.
"Apartemen ini mahal ya?" tanyaku kemudian.
"Gue bisa beliin buat lu, tapi dengan beberapa syarat" jawabnya.

Hah si kurang ajar ini. Aku tertawa mendelik sembari melemparnya dengan bantalan kursi.

"Uang lu ga bisa beli gue" jawabku yang kemudian membuatnya tersenyum kecil. Pasti dia memilih apartemen biar bisa bebas beraktifitas mesum pikirku. Sedikit aku heran kenapa dia memilih tinggal sendiri sementara kediaman keluarganya berada di kota yang sama, kenapa tak memilih pindah kota sepertiku. Atau dia tak bernyali besar sepertiku hahaha...
Dia random menanyaiku, dari alamat tinggalku, hobby, makanan favorit, aku disini sama siapa dan pertanyaan itu kujawab sekedarnya, beberapa bahkan tak kujawab. Ketika dia menanyai alasan kenapa aku memutuskan tinggal di kota ini, barulah kujawab serius yakni ingin hidup mandiri dan berusaha melupakan mantan.

Mataku memandang keindahan matahari terbenam dari jendela apartemen Niko. Namun dari sudut mataku kulihat Niko menatapku tajam dan itu membuat hatiku kembali berdesir aneh. Entah apa maksud tatapannya. Tak lama aku berpamitan pulang meninggalkannya bersama sedikit rasa canggung yang tak tahu kapan muncul di diriku.
"Gue seharusnya sedari tadi pergi dari sini" batinku bertutur.

Sesampainya dirumah, banyak pekerjaan menungguku baju-baju yang masih bertengger di jemuran balkon, lantai yang ketika di injak gambaran debu nya sudah seperti karya seni, dan aku lapar!

Jam 11 malam ketika kondisi kamar sudah mumpuni untuk ditinggali lagi aku bersantai mendengarkan musik sembari meminum jahe hangat dibalkon, baru saja menikmati keindahan malam, aku kembali merasa tak tenang karena baru saja menerima pesan dari Adrian, kakakku. Pesan yang semua kalimatnya pake tanda seru!! Huruf nya kapital semua!! Aduh! Aku tak akan bisa menghadapi nya kali ini, apalagi aku sendiri tanpa Mamah sebagai pembelaku. Firasatku dia pasti akan menyeretku kembali ke Jakarta tanpa peduli apa alasanku! Kakakku itu selalu menganggapku anak kecil manja tak bisa apa-apa, dan seketika tiba-tiba saja aku hijrah keluar kota dan mampu bertahan hidup sendiri dia tak akan menerima itu dengan mudah. Dia itu ibarat ujian kelulusan yang soalnya pilihan ganda semua! Jika jawabanmu tidak tepat maka sudah jelas kau tak akan dapat nilai.

Aku gelisah semalaman ini, kepalaku dipenuhi pemikiran yang tidak tidak terkait nasibku beberapa hari kedepan. Masa aku harus secepat ini kembali lagi ke Jakarta sementara aku sudah sedikit tenang disini?
Dan hatiku pun sudah mulai tertata sedikit.., eh? hati ;)

Jujur, momen liburan yang singkat kemarin itu masih menari-nari dikepalaku, membuatku beberapa kali menatap cermin sambil tersenyum. Aku melihat beberapa foto di kamera sembari mengingat beberapa hal menyenangkan disana. Tak habis pikir kok bisa aku ikut mereka berlibur. Kenapa Niko bisa se spontan itu membelikanku tiket serta menyandera dompetku. Apa ia memang ingin aku ikut? Aku mengernyitkan alis dan menggeleng sendiri. Dia hanya tak mau jadi penonton sepasang kekasih yang pergi bersamanya! Iya, ini alasan paling masuk akal, apalagi aku dan Metta saling mengenal. Aku ingin berpikir logis, tak mau cepat ge er, walaupun.... rasa itu kadang muncul hilang tak beraturan ditambah lagi sorot matanya yang penuh tanda tanya sore tadi, ada dampak rasa tak nyaman yang tak kutahu kenapa kurasakan.

Seperti perang berkecamuk dipikiranku, satu sisi aku ciut mengingat kakakku akan datang dalam beberapa hari ini, sisi lain euphoria liburan yang masih terasa, dan pergolakan dalam hati yang berusaha menyangkal semua itu... aku saat ini tak tau apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin semua berjalan alami dan datar. Hatiku mungkin belum siap menghadapi drama baru pasca berpisah dari Yusuf.

Yusuf, gimana dia sekarang, lama aku tak membuka sosmed karena takut di beranda ku akan muncul foto nya dan aku akan berlama-lama memandangi dan memikirkannya lagi. Ditambah jika akhirnya ia memposting foto bersama seseorang arrgghhtt hiks.
Apa dia telah benar-benar lupa padaku?
Terlintas satu momen saat makan steak dia terus meledekku yang selalu memesan steak ayam padahal ditempat itu makanan yang paling di rekomendasikan adalah tenderloin steak. Aku dibilang cewek "sekek". Di anggapnya aku selalu makan steak ayam karena harganya jauh lebih murah padahal alasan utamaku adalah karena sedang memakai behel untuk merapikan gigiku. Jadi setiap kesitu dia akan bilang "Sekek ku mau pesen apa?".

Yusuf and his material mind, dia rela keluar negeri juga untuk pembuktian terkait materi, bahwa cowok yang sukses adalah cowok yang punya pundi-pundi emas ketika muda, dan saat tua adalah untuk menikmatinya. Aku tak menyalahkan pemikirannya hanya saja bagiku hidup adalah tentang bagaimana kamu bersyukur dengan apa yang kamu punya. Dan Yusuf tak pernah puas dengan apa yang ia sudah raih, ia selalu ingin lebih. Ketika ia sudah punya beras 1 ton, ia tak akan berhenti sampai ia punya lumbung padi, begitu seterusnya.

Hey Lila berhenti memikirkannya, alihkan pikiranmu!!
Oh malam yang indah, apakah aku bisa tidur nyenyak?

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang