XVI -Mengejarmu sampai ketengah laut!-

52 3 0
                                    

Awalnya kukira dengan berjauhan darinya aku bisa menjalani hariku seperti dulu, damai tanpa beban, beban memikirkannya. Bagaimana tak membebaniku, sejak aku menguntitnya hari itu otakku semakin dipenuhi olehnya. Rasa tak terima melihatnya begitu nyaman bersama lelaki lain. Bagaimana ia terlihat santai dirangkul, bagaimana lelaki itu terlihat berhasil mengubah mood nya, membuatnya terus tertawa. Begitu banyak pertanyaanku yang tak mendapat jawaban apapun, lelaki itu sang mantan kah? Melihat keakraban nya sudah tentu mereka sudah lama saling kenal. Dan bodoh aku menjauh, semakin menggila pikiranku padanya. Andai bisa kuulang hari itu, ingin aku menarik dan membawanya pergi layaknya ksatria berkuda yang menyelamatkan sang putri dari gangguan monster rubah ekor sembilan!

Menyebalkan melihat tampang orang itu yang tiba-tiba datang entah darimana, sangat mengusikku karena dia berhasil mengambil seseorang yang perlahan masuk ke hidupku. Harusnya kalau sudah putus ya sudah pergilah jauh sana! Kamu sudah gagal membuatya bahagia! Beri kesempatan orang lain untuk membahagiakannya! Astaga! Dan Khalila! Kenapa juga kamu belum melupakannya? Kalau kamu belum selesai dengan nya jangan masuk ke hidup orang lain! Sekarang kamu membuat orang lain itu menderita begini....

Beberapa hari aku bekerja di cabang luar kota, maksudku hanya menyegarkan pikiran yang sedikit semrawut ini. Entah lah apa termasuk melarikan diri juga, namun hari-hari diluar kota kulalui dengan penyesalan. Bagaimana tidak, setiap hari setiap waktu yang kulakukan hanya mengakses CCTV kantor. Melihat dia disana, memastikan dia ada, memantau senyumnya. Ada hari dimana aku melihat dia berjalan tertatih, aku langsung menelepon Juni dan Juni bilang dia jatuh saat belajar motor. Siapa yang kurang ajar, mengajari naik motor tapi membiarkannya terluka! Si Rubah itu kah?

"Khalila kenapa Bro, dilayar jalannya tertatih gitu?"
"Katanya belajar naik motor, nabrak pagar trus jatuh"
"Wait, Bapak Niko, Jadi Direktur job desk nya ngurusin CCTV? Fokusnya ke satu orang aja kayaknya hahahaha".

Sialnya aku lupa bahwa Juni adalah pembully nomor satu, sejak itu aku di katai penguntit. Aku tak perduli, sementara hanya ini yang bisa kulakukan. Berberapa hari kupantau semua normal, dia lebih banyak tertawa. Melihat tawanya ingin rasanya berada disana, diruangan yang sama, menertawakan hal yang sama,,, I Miss Her!

Rabu ini, aku ke kantor pusat, tak kuasa lagi membendung keinginan hati menemuinya, melihatnya langsung, mendekatinya. Dari kejauhan aku melihatnya, sedari tadi tak kualihkan pandanganku darinya. Tak lama Juni! Astaga mengganggu kesenanganku! Juni memanggilnya masuk keruangannya, bersama seorang yang lain. Oh, Dian, penggantiku di posisi lamaku. Tak mampu ku kontrol kakiku ikut melangkah kesitu, dimana terdapat magnet yang menarikku masuk. Kami berpapasan di pintu masuk, hanya sepersekian detik kami seperti tak berjarak. Ia berjalan melewatiku. Mataku menatap lekat padanya, tadinya mata kami sempat beradu tatap, tapi dia menunduk memberi isyarat pamit. Masih menempel padaku kibasan angin saat kami berpapasan tadi, masih ada sisa-sisa degup dadaku yang tak teratur. Dia yang seminggu lebih hanya kulihat dilayar laptopku, dia ada didepanku tapi aku tak bisa apa-apa... Bagaimana aku bisa lumpuh begini.

Setelah menyalami Dian, aku mencecar Juni, bagaimana bisa dia mempercayakan Dian dan Khalila pergi ke site bersama-sama? Bukankah Juni sangat paham tentang aku dan Khalila? Meski tak terucap bukankah dia tahu sahabatnya ini sekarang sedang menguntit bawahannya! Dan bawahannya disuruh pergi dengan orang lain?
"Hahaha bro, elu Direktur loh disini, you can do what you want!" Seloroh Juni mengejekku.
"Penyalah gunaan kekuasaan" sahutku.
"Ya sudah bro, balik aja awasi CCTV" balasnya sarkas.

Ke kurang ajaran Juni, membawaku disini hari ini, Jum'at pagi yang cerah, di dalam mobil menuju dermaga, menunggunya datang kesini, dari dalam mobil aku melihatnya, Wanita magnet itu dengan bare face nya. Iya ini masih pagi tapi setidaknya janganlah tampil dengan wajah sepolos ini didepanku! Ini sangat menggodaku!

Mungkin beberapa waktu lalu aku keras pada diriku sendiri berusaha menganggap dia tak penting, menganggap dia tak berarti, hari ini, saat ini, dia adalah satu-satunya yang membuatku segila ini se aneh ini. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang sedang melandaku, aku mengutuk perbuatannya, dia harus merasakan juga rasa ini! Aku akan membuatnya melupakan lelaki rubah ekor sembilan yang menyebalkan itu. Cukup aku saja yang boleh di dekatnya saat ini. Aku saja!

Office Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang