Sebelum baca, harap follow dan vote terlebih dahulu. Instagram : @ffyah18___ Tiktok : @Wattpadpi_
...
"Happy reading"
.
.
.
.Hari sudah mulai gelap, kini isi pondok pesantren Al-mubarak tengah sibuk mengaji di dalam masjid. Begitupun dengan Gus-Gus pondok yang tengah mengajarnya. Setelah selesai mengaji, ada sedikit pemberitahuan dari Ali untuk semua para santri sebelum kembali ke kamar untuk tidur.
"Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Al-Qur'an, yaitu bulan suci ramadhan." ucap Ali, lelaki ini pengganti Kyai Abdullah untuk mengurus pondok. Sebab, sudah tak ada siapa-siapa lagi selain ia, Laksita yang menyuruhnya.
"Jadi, saya mau, kalian perbanyak doa, sholawat, dzikir dan membaca do'a Allahumma balighna ramadhan."
••••••••••••
"Gus Ali kemana, ya? Udah jam 9 padahal, gue kan mau belajar ngaji, keburu ngantuk dah."
Fatimah yang baru saja menyelesaikan sholat isya didalam kamar itu masih menunggu Ali untuk belajar mengaji.
Sholat isya jam 9? Namanya juga Fatimah.
Dengan keadaan yang masih memakai mukena dan duduk diatas sajadah, perempuan itu kemudian beranjak dari duduknya dan pergi keluar kamar.
Sedangkan Ali, setelah acara mengajar dan sebagainya, mereka, Gus-Ning berada diruang pengurus, mereka tengah meeting.
"Sepertinya, bulan ramadan nanti kita harus adakan masak bersama, setelah itu kita bagikan makanannya atau takjil nya ke orang-orang." ucap Ning Fara memberi saran.
Semua orang yang berada disana mengangguk anggukan kepalanya.
"Boleh juga, Ning." ucap Adam.
"Gus Ali, gimana? Sebagai menantu Bu Nyai? Apakah setuju?" tanya Abinaf.
Ali mengangguk. "Boleh boleh saja. Cuman, kita juga harus membicarakan ini dengan Bu Nyai."
"Iya, Gus. Ini kan sebagai saran."
"Iya, saya terserah saja, jika Bu Nyai mengizinkan." ucap Ali.
...
Gadis dengan mukena berbahan silk berwarna abu-abu ini tengah mengelilingi setiap penjuru pesantren, ia mencari suaminya disaat pesantren sudah sangat sepi karna para santri-santri sudah tidur karna harus bangun tahajjud nanti malam.
Sampai akhirnya gadia ini membuka pintu satu ruangan yang ternyata disana lah suaminya berada. Ia sangat malu, sebab semua orang yang berada disana menengok ke arahnya. Ia kemudian kembali menutup pintunya.
"Astagfirullah..." Fatimah menepuk dahinya saat membelakangi pintu. "Malu banget jadinya, kan."
Sedangkan Ali, ia justru malah diledek oleh Gus-Gus beserta Ning disini. "Cie cie cie... Udah ditunggu istrinya tuh, Gus." ujar Adam membuat pipi Ali memerah.
"Aduh, yang punya istri mah dicari-cari sama istrinya karna belum pulang." sambung Abinaf terkekeh.
Kemudian Ali beranjak dari duduknya dan berpamitan. "Saya pulang duluan, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Kemudian Ali pun pergi keluar, saat membuka pintu, ternyata istrinya itu sudah tak ada lagi disana. Ia kemudian kembali ke rumahnya dan masuk ke dalam kamar.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Fatimah yang tengah duduk diatas kasur itu beranjak menghampiri Ali, lalu mencium punggung tangannya.
Ali tersenyum.
"Ning kenapa tadi kesana?" tanya Ali.
"Nyari Mas, soalnya aku kan mau belajar mengaji." ucap Fatimah membuat Ali sedikit heran.
Pasalnya, Fatimah kali ini menyebutnya dengan sebutan 'Mas' padahal waktu itu, Fatimah bilang, ia masih tak biasa, tapi sekarang?
"Mas?" Ali menaikan kedua halisnya sembari menatap Fatimah.
Fatimah mengangguk. "Iya, Mas. Kenapa? Nggak suka dipanggil Mas?"
Ali menggeleng. "Nggak, s-saya kira, saya salah dengar."
"Masih bilang Saya? Kata Ummi kan jangan bilang Saya, bilang Aku."
Ali hanya mengangguk anggukan kepalanya sembari tersenyum tipis dan keheranan.
......
"Ning, kapan mencintai saya?"
Pertanyaan yang Ali lontarkan membuat Fatimah tertegun, ia hanya menunduk sembari menatap Al-Qur'an yang berada dihadapannya.
"Saya harap secepatnya, ya." ucap Ali tersenyum membuat Fatimah langsung menatapnya.
"Mungkin, rasa cinta itu sedang dalam perjalanan. Kemarin masih proses, sekarang baru diperjalanan dan akan diantar." timpal Fatimah membuat Ali tersenyum salting.
"Walaupun aku belum mencintai Mas sepenuhnya, tapi aku akan memperlakukan Mas seperti orang yang aku cintai. Karna, aku juga yakin Mas adalah orang yang akan paling aku cintai. Cuman, belum aja."
"Semoga rasa cinta itu segera diantar, ya, Ning."
"Can u stop call me Ning?" lagi dan lagi pertanyaan itu Fatimah lontarkan, membuat Ali tersenyum dan mengangguk.
"Semoga rasa cinta itu segera diantar, ya, Sayang. Mas sudah menunggu."
Fatimah tersenyum.
"Maaf ya, Mas."
"Kenapa minta maaf?" tanya Ali menaikan kedua halisnya sembari menatap sang istri.
"Karna belum mencintai Mas, Mas juga terpaksa menikah sama aku karna dijodohkan. Salah banget aku."
Ali menghela nafasnya, lalu meraih tangan Fatimah. "Nggak ada yang salah, Mas juga tidak terpaksa harus menikah dengan kamu. Mas terima sepenuh hati Mas."
"Tapi—"
"Jangan dibahas, ya. Kamu nggak salah."
"Kenapa perempuan selalu benar?"
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah."
Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan sajadah?"
Ali mengedikan bahunya sembari tersenyum jahil. "Yang tahu-tahu saja."
.
.
.
.
.#ToBeContinued
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU GUS PONDOK
Spiritual"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan sajadah?" Berawal dari Ayahnya yang tiba-tiba meninggal dan menitipkan pesan agar ia menikah dengan l...