Chapter 33

3.9K 219 7
                                    

H A P P Y R E A D I N G

....

"Assalamu'alaikum. Ali?"

Sulaiman yang mendapat info dari security pondok, bahwa Ali datang kemari dan masuk ke dalam rumahnya, sontak Sulaiman segera mengeceknya. Saat ia membuka pintu rumahnya, pintu tak terkunci, Sulaiman pun akhirnya masuk dan mencari keberadaan Ali.

Ia mencari dari kamar ke kamar, sampai akhirnya ia mendengar suara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari arah kamar kedua orangtua Ali. Sulaiman memutar kenop pintunya dan benar saja ia melihat Ali yang sedang mengaji didalam sana.

Sampai akhirnya Ali mengakhiri bacaannya dan menutup mushafnya, setelah itu menatap ke arah pintu yang mana Sulaiman tengah berdiri dan tersenyum disana. Sontak Ali berdiri dan menyalimi tangan Sulaiman.

"Assalamu'alaikum, Paman."

"Wa'alaikumsalam."

"Kapan kamu kemari, Ali? Mengapa tidak memberi tahu Paman?" ucap Sulaiman dan dibalas senyuman oleh Ali.

•••••••••••

Sedangkan dirumah sakit bahkan dipondok pesantren Al-mubarak sedang panik dan khawatir dengan Ali, sebab Gus satu ini tidak mengabarkan siapapun, bahkan ponselnya tidak aktif, hal itu semakin membuat mereka khawatir dengan keadaan Ali. Apalagi Laksita yang sedari siang bahkan pagi tadi sibuk menelfon Ali walaupun tak aktif, ia khawatir apalagi ia sudah tidak punya orangtua.

"Aduh... Ali ini kemana, ya? Bagaimana kalo dia kenapa-napa?" ucap Laksita.

"Memangnya Mas Ali kemana? Kok bisa sampai tidak ada kabar? Apa karna aku yang menyuruhnya untuk pergi?" batin Fatimah, ia pun mulai khawatir dengan sang suami sebab benar-benar tidak ada kabar.

"Idris, Gus Ali tidak bicara sama kamu kalo mau pergi dan perginya kemana?" tanya Laksita pada Idris yang sedang duduk disofa.

"Nggak, Ummi. Gus Ali hanya bilang titip Kakak."

Laksita sudah berpikir negatif, berpikir entah kemana arahnya, yang pasti saat ini ia benar-benar khawatir.

"Apa Ali pulang ke pondoknya?" batin Laksita yang terus pergi keluar.

"Ummi mau kemana?" tanya Idris sebelum Laksita keluar.

"Ummi mau keluar sebentar,"

Sesampainya diluar, Laksita segera menghubungi Sulaiman, untung saja waktu itu ia pernah menyimpan nomor Sulaiman.

"Assalamu'alaikum, Ustadz."

"Wa'alaikumsalam. Ada apa Ummi?"

"Saya mau bertanya, disana apa ada Ali? Kami disini khawatir dengan keadaannya,"

Sulaiman tersenyum, lalu memberikan ponsel itu pada Ali agar Laksita bisa berbicara langsung dengan Ali.

"Assalamu'alaikum, Ummi. Ali ada disini,"

"Ya Allah, Nak. Ummi cari-cari kamu, ditelfon nggak aktif, padahal Ummi sudah bawakan makanan untuk Ali."

Ali tersenyum, betapa senangnya dirinya mendapatkan mertua seperti Laksita, yang menganggap dirinya anak kandungnya sendiri.

"Maaf, Ummi. Ali nggak izin sama Ummi dan yang lain. Mungkin beberapa hari ini Ali akan disini dulu, untuk menunggu Fatimah memaafkan Ali. Maaf kalo Ali nggak bisa jagain Fatimah dulu, Ali titip Fatimah. Mungkin jika Ali tidak ada kabar, Fatimah khawatir dan bisa memaafkan Ali."

IMAMKU GUS PONDOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang