"Ummi nggak izinkan Mas untuk berangkat besok." ucap Fatimah, perempuan ini tengah memegang Al-Qur'an baru saja ia belajar mengaji bersama suaminya.
Mendengar itu, Ali mengerutkan keningnya. "Kenapa?"
"Pas Ummi tidur siang, Ummi mimpi kalo Mas itu kecelakaan dan meninggal. Padahal mimpi cuman bunga tidur, tapi kata Ummi kaya nyata banget. Mas turun dari bis gara-gara mau telfon buat ngabarin aku, setelah itu Mas tertabrak mobil, lalu meninggal."
"Kata Ummi, biar Gus Adam sama Gus Abinaf aja yang ngurusin santri-santri."
Ali tersenyum sembari menghela nafasnya dan mengangguk. "Iya, Mas nggak akan pergi."
"Kenapa?"
"Feeling orangtua itu kuat, apalagi perempuan. Bisa jadi saja jadi kenyataan."
"Tapi, itu kan takdir."
"Kita juga harus jaga-jaga. Memangnya kamu mau Mas tinggalin?"
"Nggak lah, masa Mas ngomongnya kaya gitu. Mana kata Ummi aku sempet marahin dokter gara-gara nggak bisa nyelamatin Mas."
"Oh, dalam mimpi Ummi, kamu sangat-sangat mencintai Mas, ya?" ucap lelaki ini dengan terkekeh.
"Emang kalo diaslinya nggak, ya?" Fatimah menaikan kedua halisnya membuat Ali tersenyum.
"Mas nggak tahu kalo kamu sangat-sangat mencintai Mas kalo didunia nyata."
"Kalo aku nggak mencintai Mas, untuk apa aku memberikan tubuh ini sama Mas?" Fatimah mendekatkan wajahnya pada Ali.
"Mencintai sama sangat-sangat mencintai itu beda."
"Bedanya apa? Kan sama-sama mencintai."
"Kalo mencintai, ya mencintai. Tapi, kalo sangat-sangat mencintai, cintanya lebih banyak."
"Sama aja itu mah!"
Ali terkekeh setelah mengobrol random dengan istrinya ini. "Sudah, lebih baik kamu tidur. Sudah malam."
"Kamu? Aku aja? Mas nggak?"
"Tidur, tapi mau cek santri-santri dulu buat mastiin kalo mereka sudah pada tidur atau belum. Biasanya ada yang lagi terciduk disemak-semak."
"Ngapain?"
"Lagi kirim-kiriman surat sama santri putri."
Fatimah mengangguk anggukan kepalanya paham, setelah memincingkan senyumannya. "Mas pilih cek santri-santri atau ibadah sama aku?"
"Ibadah apa?"
"Kaya kemarin itu loh Mas." ucap Fatimah penuh godaan.
Ali yang mulai paham dengan ucapan istrinya itu tersenyum. "Mas harus cek santri-santri dulu. Cuman sebentar kok."
"Sebanyaknya pengurus disini kenapa harus Mas terus, sih?"
"Nggak papa." Ali beranjak dari duduknya.
"Berarti nggak jadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU GUS PONDOK
Spiritual"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan sajadah?" Berawal dari Ayahnya yang tiba-tiba meninggal dan menitipkan pesan agar ia menikah dengan l...