Chapter 36

3.4K 166 44
                                    

H A P P Y R E A D I N G

.....

"Kedatangan saya, kedua orangtua saya beserta kerabat dan guru saya, bermaksud untuk silaturrahmi. Dan, saya bermaksud untuk mengkhitbah putri Bapak, Ning Fara."

Beberapa kali Abinaf merangkai kata-kata untuk ia ucapkan saat menghadap kedua orangtua Ning Fara, sampai akhirnya ia hanya bisa mengucapkan kata-kata tersebut, walaupun aslinya ia gugup dan tak bisa berkata-kata.

"Kami sangat bahagia dengan kedatangan kalian, apalagi Bu Nyai dan para Gus ini, kami juga menghargai niat baiknya. Sore tadi, putri kami memang mengabarkan bahwa akan ada seorang laki-laki yang akan bersilaturahmi kemari. Tapi, soal menerima atau tidak, hanya putri kami yang bisa memutuskan. Bagaimana, Nak?" tanya sang Ayah pada Ning Fara yang berada disampingnya.

Perempuan yang tengah menunduk itu hanya sesekali melihat wajah sang Ayah. "Kalo soal menikah, masih ada Kakak yang masih sendiri. Kalo aku menikah, mungkin harus melangkahkan Kakak."

"Kalo soal itu, kami akan beri uang langkah untuk Kakak Ning Fara." sambung Ayah Abinaf. "Berapa yang Kakak Ning Fara inginkan? Nanti bisa dibicarakan."

"Aku cuman mau jodoh, bukan uang." ucap Kakak Ning Fara pelan yang biasa disebut Friska.

Keluarga Ning Fara memang berlatar belakang paham agama, bahkan kedua orangtuanya sudah menjadi haji.

"Apa Ning Fara mau menerima khitbah putra kami?" tanya Ibu Abinaf.

Ning Fara menatap orang-orang satu persatu, lalu menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. "Kalo soal itu, aku kembalikan pada Abah dan Ummi, merestui apa tidak?" Ning Fara menatap kedua orangtuanya yang terus tersenyum dan mengangguk.

"InsyaAllah, jika kamu mau menerima khitbah Gus Abi, kami akan merestui." ucap sang Ayah.

Ning Fara menghela nafasnya, lalu tersenyum. "InsyaAllah, jika ini sudah jalannya, aku menerima khitbah Gus Abinaf."

Ucapan yang keluar dari mulut Ning Fara barusan membuat semua orang disana menghela nafasnya lega dan tersenyum. Abinaf yang tadinya gugup dan tak tenang kini tenang begitu saja saat mendengar ucapan itu keluar.

"Alhamdulillah...."

••••••••••••••

Setelah acara khitbah selesai jam 9 tadi, kedua pasutri ini langsung bersih-bersih untuk tidur. Keduanya lega setelah acara khitbah ini lancar, dan mereka pun sudah menentukan tanggal pernikahannya. Tak lupa dengan janji yang sempat diucapkan tadi, Ali kini sudah memegang tiga tote bag alias hadiah susulan untuk istrinya.

Keduanya duduk diatas kasur, Fatimah sembari membuka hadiah dari suaminya.

Saat membuka kado pertama, yang Fatimah dapatkan adalah mukenah, yang kedua cadar. Fatimah mengerutkan keningnya heran saat mendapat hadiah cadar.

"Ini buat apa?" tanya Fatimah memegang cadar tersebut.

"Kok masih nanya buat apa? Buat dipake lah."

"Maksud aku, ngapain Mas belikan aku cadar? Aku kan nggak pake cadar."

"Justru karna Mas belikan kamu cadar, Mas mau kamu pakai cadar."

"Biar apa? Biar sama kaya si Syifa?!" ucap Fatimah tiba-tiba, bahkan Ali sama sekali tidak berpikir kesana. "Males banget, masa mau sama-samain aku sama dia?"

IMAMKU GUS PONDOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang