"Gus, istrinya hamil, ya?" tanya Adam.
"Iya, Alhamdulillah."
"Tutor dong, Gus."
"Yang pertama, harus punya bini dulu." sambung Abinaf.
Ketiganya tertawa setelah mendengar jawaban dari Abinaf, ketiganya yang baru akan mengajar saat sedang dijalan mereka mengobrol terlebih dahulu. Mereka melontarkan candaan satu sama lain.
"Pake jamu apa? Kok bisa cepet hamil?"
"Jamu kuat iman, supaya Gus-Gus ini nggak berbicara aneh-aneh." imbuh Ali membuat keduanya seketika terdiam membisu.
"Gus, Gus Abinaf lagi ngincer salah satu Ning pondok ini loh." ucap Adam mulai ember membuat Abinaf menatapnya tajam.
"Oh, ya? Siapa?"
"Ning Fara."
Ali tersenyum. "Semoga Allah mudahkan niat baiknya, ya."
"Aamiin."
"Saya belum mau nikah, Gus." ucap Abinaf.
"Terus?"
"Ingin memantaskan diri terlebih dahulu, supaya saat saya izin mengkhitbah Ning Fara, saya nggak ditolak."
"InsyaAllah nggak, kalo Ning Fara nya nggak dijodohkan." sambung Adam.
"Apa sih, kenapa setiap anak yang religi itu selalu dijodohkan?" ucap Abinaf kesal.
"Soalnya, kalo nggak dijodohkan nggak pasti, pasti pacaran. Kalo sama pilihan orangtua kan sudah pasti, dan orangtuanya juga sudah pasti merestui." jawab Ali.
"Tapi saya nggak suka. Jadi kehalang, kan?"
"Berarti bukan jodoh,"
"Iya, sih."
•••••••••••
"Aku hamil? Kok bisa, ya? Padahal kemarin aku masih diem terus dikamar, dan nggak pernah kepikiran sampai sejauh ini."
Perempuan yang tengah mengandung diusia muda ini tengah duduk dikursi yang berada dibalkon kamar sembari menikmati pemandangan pesantren. Beberapa kali ini menyadarkan, bahwa dirinya kini bukan anak remaja lagi, melainkan akan sudah akan menjadi Ibu.
Fatimah benar-benar tak menyangka bahwa ia bisa sampai disini, yang awalnya menolak lelaki itu, kini justru ia tengah mengandung anak dari lelaki tersebut.
Perempuan ini tersenyum saat mengingat kejadian dimana ia menolak mentah-mentah perjodohan itu, sampai akhirnya ia bisa menerima dengan lapang dada.
"Nak, Umma kamu satu bulan yang lalu menolak Abba kamu, tapi sekarang Umma kamu malah sayang banget sama Abba." ucapnya sembari mengelus perutnya yang masih rata itu.
Ia terus mengelus perutnya, sampai akhirnya ia tak sengaja melihat sang suami dan kedua lelaki dan dua perempuan itu mengobrol dibawah sana yang terlihat dari arah balkon.
Fatimah berdiri, lalu menyipitkan matanya agar memperjelas penglihatannya, dan benar saja yang ia lihat itu. "Mas Ali ngapain disana sih?! Katanya mau ngajar, kok malah ngobrol!"
Sampai akhirnya perempuan ini mengambil ponsel yang berada dimeja, lalu menelfon sang suami sembari mengamatinya dari atas balkon kamar.
"Assalamu'alaikum, kenapa?"
"Wa'alaikumsalam." jawab Fatimah sembari mendecak pelan. "Mas! Katanya mau ngajar, kok malah ngobrol?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU GUS PONDOK
Espiritual"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan sajadah?" Berawal dari Ayahnya yang tiba-tiba meninggal dan menitipkan pesan agar ia menikah dengan l...