13

7.6K 474 95
                                    

Pemuda bangir itu melangkah kan kaki nya keluar dari area kamar dengan sangat tergesa ketika mendapati seseorang yang akhir akhir ini memenuhi isi kepala nya tak ada diruangan tersebut. Dimana? Kemana si Hansa? Kabur kah?

Meskipun sempat resah, tapi akhirnya ia dapat bernafas lega ketika mendapati sosok pemuda manis yang kini tengah duduk di lantai depan sofa ruang tamu. Jisung nya ada disana, duduk di lantai depan sofa sembari membaca dan menulis sesuatu pada buku di atas meja.

Dengan langkah ringan Minho pun mulai mendekat dan duduk di belakang si manis, "Hansa..." katanya dengan suara berat khas orang bangun tidur. Dimana hal tersebut membuat yang barul saja di panggil dan dipeluk tiba-tiba terkejut. Jisung tersentak, bahkan sampai menolehkan pandanganya, "M-minho? Kenapa?" Dia bertanya gugup.

Namun bukan nya menjawab pertanyaan yang diberikan sosok bangir itu malah dengan sangat tak sopan mulai mencium dan menghirup ceruk leher si manis dalam, "Lo wangi banget" bisiknya rendah, sehingga pemuda chubby itu sendiri kini mulai meremang.

"H-ho gue mau belajar dulu.... " Ia mencoba menjauhkan wajah pemuda Manuela itu dari lehernya yang mulai merasa geli.

"Mmm...nanti dulu Hansa, Siapa suruh lo wangi banget"

"Ini tu cuma wangi sabun. Awas ih, gue mau belajar. Lo gak belajar? Minggu depan udah ulangan kan?"

Minho menghela nafas berat dan menggeleng singkat "Nanti aja, yang harusnya belajar itu lo. Kalo gue mah gak belajar juga udah pinter" dengan santainya dia malah mengangkat pinggang Jisung hingga sekarang si chubby duduk tepat di atas pangkuan nya. Bukan hanya itu, dia juga semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping sang empu yang kini sudah mendengus malas.

"Lo ngeselin!" Katanya kesal dimana hal tersebut membuat pemuda tampan yang merupakan kekasih nya itu terkekeh.

"Mau gue ajarin gak?"

Mendengar tawaran dari Minho barusan Jisung langsung menampilkan ekspresi wajah tertarik. Diajari oleh Minho? Si juara umum sekolah? Really? "Emangnya lo mau ngajarin gue?" Dia bertanya sedikit ragu.

Pemuda bangir itu pun mulai menarik sudut bibir nya hingga membentuk sebuah seringai tipis "Mau. Gue punya metode belajar yang seru banget. Jadi nanti lo gue jelasin soal materinya, abis itu gue kasih soal tes. Nah, setiap jawaban lo yang salah itu nanti kita bakal ciuman, gimana? Asik kan metode belajar sama gue?" Kata Minho sambil menaik turunkan alisnya menggoda.

Jisung melongo tak percaya, "Apa— apa-apaan anjir! Asik apanya! Kenapa harus ciuman coba?!"

"Ya lo gue ewe gak mau, kalo gue suruh nyepongin punya gue juga emangnya lo mau?"

Buru buru si Hansa menggeleng ribut "Ya nggak lah!!!. Punya lo gede bangett! Kecilin dulu sana!!!"

"Nah itulah, masalah nya ini gak bisa di kecilin. Udah ah yok siap siap kita belajar. Gue gak sabar nih buat ciuman nya"

Sinting, Minho ini benar benar sinting. Bagaimana Jisung bisa terjebak dengan pemuda mesum seperti ini, terlebih disatu rumah yang sama pula. Jika saja Minho tak berjanji untuk tak melakukan sex dengan nya, mungkin dia sudah lumpuh permanen sekarang karna digempur setiap saat oleh pemuda itu.

Akan tetapi meskipun begitu, pada kenyataannya ternyata Minho juga akhir-akhir ini menyimpan rasa stress. selama beberapa hari ini ia terus menerka-nerka kira-kira kapan Jisung mau di ajak bercinta dengan nya, berapa lama dia harus menunggu agar pemuda itu siap? Atau bahkan kemungkinan terburuk nya apakah jordhan nya ini tak akan masuk sarang dan merasakan kehangatan surgawi lagi sampai tua nanti jika ukuran nya tetap sebesar ini? Ah sial itu adalah beban fikiran terberat yang Minho miliki di semasa hidupnya.

PANTARA- [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang