BAB 8 • OPERASI

93.8K 2.6K 20
                                    

8. OPERASI

09.20 WITA.

Di atas kasur, terlihat seorang gadis yang masih tertidur dengan tubuh yang ditutupi oleh selimut putih.

Karena sinar matahari yang menyinarinya, Luna pun merasa terusik. Perlahan, iris coklat gadis itu sedikit terbuka, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Aww," Luna meringis ngilu saat merasakan seluruh tubuhnya yang pegal dan seperti remuk.

Dengan perlahan, Luna pun duduk dan menyandarkan tubuhnya pada headboard kasur.

"Udah bangun?"

Deg!

Seketika iris coklat Luna langsung terbuka sempurna. Degup jantung gadis itu langsung berpacu cepat saat mendengar suara lelaki yang baru saja berbicara kepadanya.

Ketika menoleh, Luna melihat sosok seorang lelaki berwajah western yang sedang berdiri di balkon kamar hotel. Lelaki itu tidak menggunakan baju hingga tubuh sixpack-nya terlihat.

"K-kak Xavier?" pekik Luna yang terlonjak kaget. Berulang kali ia berusaha meneguk salivanya dengan ketakutan.

"Kenapa Kakak bisa ada di kamar aku?" tanya Luna dengan panik bukan main.

Xavier mengernyit. "Lo udah ngebeli hotel ini?"

Jantung Luna semakin tak karuan. itu baru ingat apa yang terjadi semalam.

Dengan masih meringis, Luna pun turun dari kasur tersebut sambil tetap mengenakan selimut putih. Ia meringis saat merasakan tubuhnya yang benar-benar sangat sakit dan ngilu.

Iris hazel Xavier kemudian memperhatikan Luna yang sedang memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.

Luna pun beranjak masuk ke dalam kamar mandi hotel.

Saat Luna berdiri di depan kaca wastafel, ia melihat tubuhnya yang penuh dengan bekas kemerahan, terutama di bagian leher. Kepalanya juga terasa pusing karena Xavier yang bermain kasar sampai beberapa kali menjambak rambutnya.

"Nggak apa-apa, Luna. Yang kamu lakuin ini nggak salah, kok. Ini demi adik kamu. Lebih baik kehilangan sesuatu yang penting buat masa depan kamu daripada kehilangan adik kamu, kan?" gumam Luna berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Setelah mandi dan memakai kembali pakaiannya semalam, Luna pun berjalan keluar dari kamar mandi tersebut.

"Mana nomor ATM lo? Biar gue transfer bayarannya 300 juta, kan?" tanya Xavier kepada Luna.

Luna mengangguk pelan. Ia pun menyebutkan nomor rekeningnya kepada Xavier. Tak lama kemudian, uang yang ditransfer Xavier pun masuk ke dalam rekeningnya.

"Ya udah, Kak. Makasih banyak," ujar Luna yang merasa malu kepada Xavier.

Sebelum benar-benar pergi, Luna pun kembali menatap Xavier yang membuat Xavier mengangkat sebelah alisnya.

"Kak, soal yang semalam, lupain aja, ya? Anggap aja nggak terjadi apa-apa," pinta Luna. Setelah mengatakan itu, ia pun bergegas pergi meninggalkan hotel tersebut dengan jalannya yang pincang.

XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang