BAB 14 • PULANG

71.6K 2.1K 20
                                    

14. PULANG

21.00 WITA.

Sudah dua minggu semenjak Luna menjadi mainan Xavier. Hampir setiap malam Xavier selalu menjemput Luna setiap gadis itu pulang kerja, sampai Luna berpikir apakah Xavier tidak lelah sama sekali? Dirinya saja sampai kewalahan setengah mampus menghadapi lelaki itu.

Xavier juga tak jarang datang ke rumah Luna saat tengah malam, tak peduli jika tetangga Luna bisa saja menggrebek mereka.

Sementara itu, Luna terlihat sedang sibuk di bagian kasir malam ini dengan menggunakan seragam kerjanya yang berwarna merah.

Selagi Luna sedang sibuk di bagian kasir, Zila pun tampak sangat sibuk di bagian pramusaji. Cafe malam ini sangat ramai sampai membuat kedua gadis itu kewalahan.

"Hay, Mbak. Karyawan baru, ya, di sini?" tanya salah satu pelanggan di cafe itu sambil berdiri di depan meja kasir menatap Luna.

Luna tersenyum manis. "Iya, Mas. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ohh, pantesan baru saya lihat. Saya pesan 1 matcha latte aja deh. Yang manis kayak senyum mbaknya," ujar cowok itu sambil menatap Luna dengan centil, membuat teman-temannya di belakang langsung menoyor kepalanya, sementara Luna hanya tersenyum saja.

"Baik, Mas, totalnya jadi 25 ribu," ujar Luna dengan sopan. Ia tersenyum saat cowok itu menyodorkan uang 50 ribu kepadanya.

Luna merasa risih saat cowok di depannya itu terus tersenyum kepadanya sambil memandangi dirinya dengan centil. Setelah memberikan kembalian dan struknya, cowok itu pun pergi dari sana.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya ban-" Seketika mulut Luna langsung terasa keluh saat melihat siapa pelanggan selanjutnya. 2 lelaki tampan yang membuat suasana cafe sedikit lebih ricuh.

Edgar dan Kellan.

"Eh, Luna. Kamu kerja di sini?" ujar Edgar saat melihat Luna di cafe itu.

Luna tersenyum simpul. "Iya, Kak. Aku baru kerja di sini."

"Ohh, gitu. Ya udah, deh, gue pesan 1 moccachino. Kalau lo apa, Lan?" Edgar menyikut pelan lengan Kellan di sampingnya.

"Kalau gue americano."

"Okey, jadi gue pesan 1 moccachino, chicken finger, pisang goreng, dan sandwich. Kellan pesan 1 americano, kalau Xavier pesan espresso. Bayarnya pakai ini, ya?" ujar Edgar seraya menyodorkan kartunya kepada Luna.

Luna tersenyum. "Okey, Kak." Ia pun menerima kartu itu dan mulai melakukan transaksi.

Sementara Kellan, cowok itu tampak memperhatikan Xavier yang sedang duduk di salah satu kursi sambil memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Aneh banget tuh anak ngajakin kita ke sini. Tumben bukan di cafe yang biasa?" gumam Kellan kepada Edgar.

Edgar mengangkat acuh bahunya. "Lagi bosan kali di cafe yang biasa. Bodo amat, sih, yang penting malam ini kita ditraktir sama dia."

"Pin-nya, Kak." Luna menyodorkan alat transaksinya kepada Edgar, membuat Edgar sedikit meringis.

"Duh, gue lupa lagi pin kartunya Xavier," gumam Edgar dengan sedikit kesal.

XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang