BAB 43 • TITIK TERANG

59.2K 4.2K 1K
                                    

43. TITIK TERANG

6 months later...

Terlihat seorang lelaki tampan berbadan kekar dengan tato di sekujur tubuhnya. Jika sebelumnya hanya ada tato sayap di punggungnya, maka kini di lengan kiri, leher, punggung, dan dadanya sudah dipenuhi oleh tato lainnya.

Sepertinya Xavier terlalu menganggap enteng perkataan orang tuanya yang menyuruhnya untuk memperbaiki diri agar mereka memberi tahu Luna. Lelaki itu malah semakin menjadi-jadi hingga emosinya sering meledak-ledak tanpa bisa dikontrol.

Malam ini, lelaki pecandu rokok itu terlihat baru saja pulang ke apartemen-nya setelah menghabiskan waktunya seharian penuh mencari Luna.

Klek!

"Lo udah pulang? Lama amat," ujar Edgar yang ternyata sudah berada di apartemen Xavier bersama Kellan sambil duduk di sofa.

Xavier melirik kedua sahabatnya itu dan kemudian duduk di sofa bersama mereka.

"Gimana? Udah ada kabar soal Luna?" tanya Edgar dengan matanya yang memperhatikan penampilan amburadul Xavier dari atas sampai bawah.

Penampilan sahabatnya kini terlihat sangat mengerikan walaupun masih tetap sangat tampan.

Xavier tak menjawab. Lelaki itu fokus menyibak asap rokoknya dan kemudian mengembuskan asapnya ke udara.

Cinta Xavier itu seluas samudra, tetapi menakutkan seperti ombaknya.

"Apartemen lo udah kayak kapal pecah. Malah lebih pecah daripada kapal," ujar Kellan sambil memperhatikan penampilan apartemen Xavier saat ini.

"Lo emangnya nggak nyoba perintah orang tua lo aja? Gampang, Xa, lo cuman harus ke psikiater nyembuhin otak sinting lo itu." Seketika Edgar berhenti berbicara ketika Xavier meliriknya dengan tajam.

"Sebenarnya otak lo berdua sama-sama sinting, sih, makanya bisa kena karma berdua," celutuk Kellan.

"Sialan lo. Nanti lo juga kena karma, jadi kita bertiga bakal sama-sama menderita, hahaha."

"Dih, sialan lo."

Edgar pun menghela nafas panjang setelah menertawakan Kellan. Lelaki itu kini menatap miris penampilan Xavier yang terlihat tak terurus, tato di badan Xavier sangat banyak, luka-luka di punggung tangannya membuktikan seberapa sering lelaki berwajah blasteran itu memukuli barang-barang, rambutnya yang sedikit memanjang, dan wajahnya yang selalu terlihat kelelahan. Aura mengerikannya tidak menghilang, melainkan semakin bertambah.

"Miris gue ngelihat keadaan lo sekarang," ujar Edgar blak-blakan.

Xavier mendengus. "Karena nggak ada luna."

"Makanya berubah, bego. Gimana Luna mau balik kalau lo-nya malah makin parah kayak gini," nasihat Edgar kembali.

Xavier berdecih pelan mendengar perkataan Edgar.

Tolong tahan Edgar sekarang. Ia benar-benar geram ingin menganiaya temannya itu yang sangat keras kepala.

"Nggak ngobat, kan, lo? Narkoba?" tanya Kellan. Melihat penampilan Xavier sekarang membuatnya jadi bertanya-tanya.

"Belum," jawab Xavier singkat, padat, namun sepertinya akan terjadi.

Kellan mendengus. "Jangan jadi segila Edgar. Jangan ngikutin jejak dia."

"Dih, lo juga gila kali. Ngaca!" hardik Edgar tak terima.

"Lo sama Xavier lebih gila!"

"Sama-sama gila nggak usah saling ngehina," cibir Xavier memecahkan perdebatan di antara keduanya.

XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang