BAB 18 • APARTEMEN

68.3K 2.6K 110
                                    

18. APARTEMEN

Sudah 2 hari semenjak Luna pulang dari acara bina akrab, dan sudah 2 hari itu pula dirinya sendirian di rumah tanpa ditemani sosok Aidan ataupun mamanya. Mereka pergi entah ke mana, meninggalkan Luna sendirian saja.

Selain itu, sudah 2 hari pula Xavier tidak menemui Luna. Entah apa yang terjadi, cowok itu tidak ada kabar. Ia juga tidak mengirimkan pesan kepada Luna.

Sementara itu, terlihat Luna yang kini sedang duduk di food court kampus bersama Virza dan Zila sambil menikmati makan siang mereka.

"Orang-orang pada ngelihatin kamu mulu, Na, dari kemarin. Rumor tentang kamu yang pacaran sama Kak Xavier udah tersebar luas," ujar Zila sambil memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Luna menghela nafas. "Itu, kan, hanya rumor. Aslinya aku sama Kak Xavier nggak pacaran."

Zila mengangkat acuh pundaknya. "Aku mau ke toilet dulu, deh. Mau buang air kecil," ujarnya sambil berdiri dari kursi.

"Gue ikut. Gue juga pengen. Lun, nitip tas gue, ya?" Virza ikut berdiri dari duduknya dan menitipkan tas branded-nya kepada Luna. Mereka pun pergi ke toilet bersama.

Luna yang sendirian lantas kembali memakan baksonya sambil sesekali mendengarkan bisikan para mahasiswi lain yang sedang membahasnya dan Xavier.

"Hay, boleh ikutan gabung nggak?" tanya seseorang yang membuat Luna mendongak. Pupil Luna sedikit membesar saat menyadari Edgar dan Kellan yang berdiri di depannya.

"Boleh, Kak. Silahkan duduk," jawab Luna mempersilahkan.

Edgar dan Kellan pun segera duduk di depan Luna sambil menunggu makanan dan minuman yang sudah mereka pesan. Selagi menunggu, mereka memandangi Luna yang asik memakan baksonya.

Samar-samar Luna dapat merasakan sorot mata semua orang di food court itu yang tertuju kepadanya. Yah, bagaimana tidak? Dua lelaki tampan yang sangat populer di Lysander University sedang duduk di hadapan gadis biasa sepertinya.

"Apa lo semua? Mau gue hajar satu-satu?" Kellan menatap sinis para orang-orang yang memperhatikannya, membuat mereka semua segera mengalihkan pandangannya.

"Oh, iya, Lun. Hubungan lo gimana sama Xavier?" tanya Edgar yang tiba-tiba membuka percakapan.

Luna mengernyit. "Hubungan apa, Kak? Aku sama Kak Xavier nggak ada hubungan apa-apa."

"Nggak usah mengelak. Kami tahu, kok, kalau lo sama Xavier pasti ada something, kan?" tanya Edgar lagi. Melihat Luna yang terdiam di depannya, Edgar pun menghela nafas sambil menyikut lengan Kellan.

"Kenapa lo bisa dekat sama Xavier?" tanya Edgar kembali tanpa menghiraukan petugas food court yang membawakan pesanannya.

Melihat Luna yang diam saja dan sepertinya gugup untuk menjawab, Edgar pun kembali menyikut Kellan di sampingnya yang mulai makan.

"Kalau lo nggak mau jawab, nggak apa-apa, kok. Gue cuman mau bilang kalau maafin sahabat gue, ya, yang orangnya kasar banget? Kami udah nebak kalau Xavier pasti bakal kasar kalau nanti suka sama cewek. Dan dia beneran kasar sama lo," ujar Edgar.

Luna mengernyit. "Kak Xavier nggak suka sama aku. Kakak salah fah-"

"Salah faham?" sela Edgar yang diangguki oleh Luna. "Salah faham gimana? Xavier itu paling nggak suka didekatin sama cewek, dan lo berangkat ke kampus bareng dia. Xavier itu paling nggak suka kalau mobilnya dinaikin sama cewek, dan lo naik ke mobil dia. Dia juga nggak suka kalau disentuh sama cewek, dan dia nyentuh tangan lo di depan kami secara terang-terangan. Dengan kayak gitu aja udah nunjukin banget kalau dia suka sama lo."

XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang